Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ryan Farizzal
Tangkapan layar poster yang diambil dari trailer film Assalamualaikum Baitullah (youtube.com/CINEMA 21)

Halo, pencinta film Indonesia! Kalau kamu sedang mencari tontonan yang nggak cuma menghibur tapi juga bikin hati hangat dan pikiran terbuka, Assalamualaikum Baitullah wajib masuk watchlist kamu.

Film drama religi yang rilis pada 17 Juli 2025 ini adalah adaptasi dari novel best-seller karya Asma Nadia. Disutradarai oleh Hadrah Daeng Ratu, film ini berhasil menyampaikan cerita penuh makna tentang luka, keikhlasan, dan perjalanan spiritual yang bikin penonton ikut merenung.

Dengan durasi 102 menit, film ini bukan cuma soal drama, tapi juga refleksi hidup yang dekat dengan realitas. Yuk, kita ulas bareng!

Assalamualaikum Baitullah mengisahkan Amira (Michelle Ziudith), seorang perempuan yang awalnya punya hidup bak kisah dongeng: bahagia, menikah dengan Pram (Miqdad Addausy), dan sedang menanti buah hati. Tapi, hidup nggak selalu manis.

Dunia Amira runtuh saat ia menemukan tanda-tanda pengkhianatan suaminya—kartu hotel dan pakaian dalam perempuan lain.

Belum cukup, Pram memutuskan menceraikan Amira di saat ia sedang terpuruk. Hancur, kecewa, dan merasa kehilangan arah, Amira sampai di titik terendah, bahkan sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Di tengah keputusasaan, Amira memilih pergi ke Tanah Suci. Bukan cuma pelarian, perjalanan ini jadi titik balik buat Amira untuk menemukan kembali jati dirinya, kedamaian hati, dan hubungan spiritual dengan Tuhan.

Di Makkah, ia bertemu dengan Barra (Arbani Yasiz), sosok yang punya peran penting dalam proses penyembuhan emosionalnya, serta Amel (Tissa Biani), sahabat yang memberikan dukungan penuh. Cerita ini nggak cuma soal perjalanan fisik ke Baitullah, tapi lebih ke perjalanan batin yang penuh luka dan harapan.

Ulasan Film Assalamualaikum Baitullah

Tangkapan layar salah satu adegan di trailer film Assalamualaikum Baitullah (youtube.com/CINEMA 21)

Michelle Ziudith sebagai Amira benar-benar mencuri perhatian. Ia berhasil memerankan karakter yang rapuh sekaligus tegar dengan sangat natural. Ekspresi wajahnya saat syuting di depan Ka’bah, dengan air mata dan doa yang tulus, bikin penonton ikut merasakan beban emosional Amira.

Michelle bilang sendiri, “Amira adalah perempuan yang menyimpan badai dalam diam,” dan aktingnya benar-benar membuktikan itu.

Arbani Yasiz sebagai Barra juga nggak kalah keren, membawa karakter yang hangat dan jadi penopang cerita tanpa terasa lebay. Tissa Biani sebagai Amel memberikan warna tersendiri dengan chemistry yang kuat, apalagi saat segitiga emosional antara Amira, Barra, dan Amel muncul—duh, bikin greget!

Nggak ketinggalan, deretan aktor pendukung seperti Maudy Koesnaedi (Ibu Barra), Vonny Anggraini (Ibu Amira), Ummi Quary (Ica), dan Sadana Agung (Rayhan) juga tampil memukau. Mereka memberikan lapisan emosi yang bikin cerita semakin kaya.

Maudy, misalnya, sukses bikin penonton tersentuh dengan dialognya yang penuh hikmah: “Jangan berkecil hati. Tidak ada doa yang tidak diijabah.”

Hadrah Daeng Ratu, yang sebelumnya dikenal lewat Pemandi Jenazah, kembali menunjukkan kepiawaiannya. Ia nggak cuma menyutradarai, tapi juga memastikan setiap adegan mempunyai “jiwa”.

Film ini nggak berteriak dengan drama berlebihan, tapi justru menyentuh lewat kesunyian dan emosi yang mendalam. Sinematografinya juga patut diacungi jempol. Adegan-adegan di Makkah, dengan latar Ka’bah yang megah, berhasil menangkap nuansa spiritual yang syahdu.

Visualnya nggak cuma indah, tapi juga bikin penonton merasa “ikut” dalam perjalanan Amira. Ditambah lagi, soundtrack “Jalan Cinta” yang dinyanyikan Fadhilah Intan sukses bikin suasana makin haru. Lagu ini seolah jadi pengantar hati yang terluka untuk kembali percaya.

Film ini bukan cuma soal religi, tapi juga tentang kekuatan perempuan menghadapi badai hidup. Tema keikhlasan, pengampunan, dan harapan disampaikan dengan cara yang nggak menggurui.

Salah satu kutipan yang bikin nyes adalah ucapan Michelle: “Film ini mengajarkan bahwa tidak semua doa dijawab dengan cara yang kita harapkan, tapi selalu dengan cara yang kita butuhkan.” Pesan ini bikin kita refleksi: kadang hidup nggak sesuai ekspektasi, tapi selalu ada hikmah di baliknya.

Selain itu, film ini juga menonjolkan solidaritas antarperempuan. Dukungan dari Amel dan karakter perempuan lain di sekitar Amira menunjukkan bahwa kekuatan sejati sering datang dari komunitas dan kebersamaan.

Buat kamu yang pernah merasa patah hati atau kehilangan arah, cerita Amira bakal terasa seperti pelukan hangat yang bilang, “Kamu nggak sendiri.”

Meski secara keseluruhan memukau, ada beberapa bagian yang terasa agak lambat, terutama di awal cerita saat membangun konflik Amira.

Beberapa penonton mungkin juga merasa segitiga cinta antara Amira, Barra, dan Amel sedikit mengalihkan fokus dari perjalanan spiritualnya. Tapi, ini nggak terlalu mengganggu karena chemistry para pemain dan kekuatan narasi tetap bikin kita betah sampai akhir.

Assalamualaikum Baitullah adalah film yang berhasil memadukan drama emosional, spiritualitas, dan realitas hidup dengan apik. Ini bukan cuma film religi biasa, tapi juga cerminan perjuangan manusia yang relatable banget.

Dengan akting solid, sinematografi memukau, dan pesan yang mendalam, film ini layak jadi tontonan buat kamu yang lagi butuh inspirasi atau sekadar ingin merenung. Jangan lupa siapin tisu, karena beberapa adegan dijamin bikin mata berkaca-kaca! Untuk rating aku beri 8/10.

Buat kamu yang penasaran, film ini tayang di bioskop seluruh Indonesia mulai 17 Juli 2025. Tiket bisa dibeli lewat Mtix atau Tix ID. Yuk, ajak teman atau keluarga buat nonton bareng dan rasain sendiri perjalanan Amira yang penuh makna ini!

Ryan Farizzal