Di pub pedesaan terpencil bernama The Case is Altered, Sue dan Mal Eastwood mencoba menghidupkan kembali usaha mereka lewat kuis mingguan yang ramai.
Namun suatu malam, sebuah mayat ditemukan di sungai tak jauh dari pub mereka dan suasana santai berubah menjadi misteri yang penuh bisik dan intrik.
Tak hanya itu, tim peserta baru yang misterius mulai memenangkan setiap babak kuis secara konsisten, mengusik para pelanggan tetap dan memicu kecurigaan.
Sue dan Mal pun menyimpan rahasia gelap, sebuah operasi polisi rahasia dulu yang memaksa mereka meninggalkan kota sebelumnya.
Lima tahun kemudian, pub telah kosong dan terbengkalai. Keponakan mereka, Dominic, berniat membuat dokumenter mengenai peristiwa tersebut.
Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah sebuah pertanyaan kuis bisa menjadi pembunuh? Dan siapa yang bermain curang, atau bahkan lebih dari itu?
Pertama, Janice Hallett menghadirkan premis unik, kombinasi trivia pub, tim kuis misterius, dan rahasia kriminal yang tersembunyi sebuah pengaturan yang terasa segar di genre thriller.
Formula ini memikat karena kita sebagai pembaca juga ikut “bermain” teka-teki, mencoba menghubungkan petunjuk dari pesan teks, email, hasil kuis, dan catatan dokumenter.
Kedua, gaya epistolary (narasi lewat dokumen, chat, log kuis) membuat cerita terasa interaktif dan modern. Alih-alih narasi panjang deskriptif, Hallett menggunakan fragmen komunikasi yang membuat kita merasa seperti detektif sendiri.
Ketiga, plot yang penuh liku dan twist, beberapa ulasan menyebut bahwa Hallett sedang “di puncak permainannya” di sini. Pembaca yang suka misteri dengan twist tak terduga akan menemukan kepuasan di buku ini.
Namun, ada beberapa hal yang bisa jadi kurang cocok untuk semua pembaca.
Gaya narasi lewat fragmen komunikasi bisa terasa terpisah-pisah, pembaca yang mengharapkan alur tradisional mungkin merasa sedikit terpecah.
Beberapa elemen kuis dan daftar kategori terasa teknis dan mungkin kurang emosional dibanding adegan karakter.
Selain itu, fokus kuat pada teka-teki dan struktur naratif membuat pendalaman karakter agak tersembunyi di balik plot. Bagi pembaca yang mencari emosi karakter yang sangat mendalam, hal ini mungkin terasa kurang memuaskan.
Hallett menggunakan gaya yang ringan tapi cerdas, menyisipkan humor halus dan satir di antara dokumen-dokumen formal.
Narasi tidak konvensional, terdiri dari email, hasil kuis, rekaman dokumenter, menjadikan bacaan terasa seperti memecahkan puzzle. Ulasan menyebut gaya ini “wickedly satisfying ride”.
Bahasa yang dipakai bukanlah bahasa sastra berat, namun tetap kuat dalam membangun atmosfer, sebuah pub Inggris yang remang, persaingan antar tim kuis yang semakin intens, dan rahasia masa lalu yang muncul perlahan. Keseluruhan tone terasa seperti “cozy mystery” dengan sisi kelam.
Meski tampak sebagai thriller hiburan, The Killer Question menyimpan beberapa makna menarik. Pertama, kompetisi dan kecurangan, bagaimana persaingan bisa memunculkan perilaku tak terduga dan bahkan kejahatan
Pub quiz yang seharusnya ringan berubah menjadi medan intrik, menyoroti gelapnya sisi manusia ketika tekanan menang muncul.
Tentang rahasia masa lalu yang membayangi masa depan, Sue dan Mal tampaknya tak bisa melupakan apa yang mereka tinggalkan; pub yang runtuh menjadi simbol bahwa tak ada pelarian sempurna, masa lalu selalu punya cara untuk kembali.
Ungkapan “Can a single question really kill?” menjadi metafora bahwa satu keputusan kecil, satu jawaban, bisa mengubah arah hidup. Jadi, buku ini juga mengajak pembaca merenung: pertanyaan mana dalam hidup kita yang menentukan langkah kita berikutnya?
Jika kamu mencari thriller yang berbeda dari kebanyakan, di mana petunjuk tersebar di dokumen, dan pub kuis menjadi arena kejahatan, maka The Killer Question adalah pilihan menarik.
Dengan plot yang cerdas, alur penuh liku, dan gaya yang mengajak kamu ikut “kuis” narasi, buku ini menawarkan pengalaman membaca yang menyenangkan sekaligus menegangkan.
Hanya saja, jangan berharap karakter-monolog panjang, ini lebih soal puzzle, bukan drama batin terus-menerus.
Singkatnya, siapkan catatan dan pena untuk ikut menebak… siapa yang bermain curang, dan siapa yang benar-benar menjadi pembunuh?
Baca Juga
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
-
Novel Ada Zombie di Sekolah: Ketika Pesta Olahraga Berubah Jadi Mimpi Buruk
-
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
-
Refleksi Diri lewat Berpayung Tuhan, Saat Kematian Mengajarkan Arti Hidup
Artikel Terkait
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
Novel Ice Flower: Belajar Hangat dari Dunia yang Dingin
-
Novel Dia yang Lebih Pantas Menjagamu: Belajar Menjaga Hati dan Batasan
-
Novel Luka Perempuan Asap: Cerita tentang Perempuan dan Alam yang Tersakiti
-
Makna Perjuangan dan Cinta di Balik Novel Lotus In The Mud
Ulasan
-
Film What's Up With Secretary Kim, Semenarik Apa sih Adaptasi Drakor Ini?
-
Raisa Mengubah Pasrah Menjadi Self-Respect Bertajuk Terserah di Ambivert
-
Makjleb! 3 Amanat Satir dalam Film Kang Solah from Kang Mak x Nenek Gayung
-
Relate Banget! Novel Berpayung Tuhan tentang Luka, Hidup, dan Penyesalan
-
4 Kegiatan Seru yang Bisa Kamu Lakukan di Jabal Magnet!
Terkini
-
7 HP Samsung Terbaik 2025: Spek Gahar, Harga Mulai 1 Jutaan!
-
Raisa dan Hamish Daud Tetap Kompak Demi Zalina, Prioritaskan Co-Parenting Sehat
-
Permintaan Kuasa Hukum Raisa pada Publik soal Kabar Cerai: Hormati Privasi
-
Art Fun PAS for Children: Ruang Tumbuh Anak Lewat Seni di Pendhapa Art Space
-
Vidi Aldiano Kirim Pesan Hangat untuk Raisa di Tengah Kabar Perceraian