3 Novel Tentang Perjuangan Perempuan Jepang, Ternyata Relate dengan Kita!

Sekar Anindyah Lamase | Ardina Praf
3 Novel Tentang Perjuangan Perempuan Jepang, Ternyata Relate dengan Kita!
Novel Breasts and Eggs, novel Territory of Light, dan Novel Convenience Store Woman (goodreads.com)

Perempuan dalam sastra Jepang kerap digambarkan dalam bayang-bayang sunyi, kesetiaan, atau pengorbanan. Namun di balik semua itu, ada lapisan-lapisan realitas yang lebih rumit.

Keinginan untuk hidup bebas, keterasingan dalam masyarakat, serta keberanian untuk menolak menjadi apa yang diharapkan orang lain.

Dari pekerja minimarket yang dianggap "aneh", ibu tunggal yang mencoba bertahan di kota besar, hingga perempuan muda yang merasa nyaman dalam diam dan jarak, semua tokoh ini mewakili sisi lain dari kehidupan perempuan Jepang yang jarang disuarakan secara langsung, tapi begitu lekat dengan kenyataan.

Berikut ini tiga rekomendasi novel Jepang yang mengusung tema perempuan Jepang.

1. Breasts and Eggs – Mieko Kawakami

Novel Breasts and Eggs (goodreads.com)
Novel Breasts and Eggs (goodreads.com)

Buku ini cukup mewakilkan banyak suara wanita Jepang dengan cara yang cukup berani dan lantang. Tidak hanya wanita Jepang, mungkin kisah disini juga dialami banyak perempuan di dunia.

Lewat kisah dua saudari, yang satu ingin melakukan operasi pembesaran payudara, sementara yang lain tengah mempertimbangkan inseminasi buatan untuk menjadi ibu tunggal, novel ini menyentuh berbagai isu yang dekat dengan tubuh dan pilihan hidup perempuan.

Banyak sekali gambaran dari berbagai aspek yang dialami wanita Jepang, mulai dari tekanan ekonomi, hingga standar kecantikan.

Semua tuntutan itu memberi dampak yang cukup signifikan dalam kehidupan seorang perempuan, terutama di kalangan menengah ke bawah.

Dengan gaya yang tajam namun penuh empati, cerita ini menggugah kita untuk melihat ulang apa makna kebebasan dalam tubuh dan kehidupan seorang perempuan.

Mieko Kawakami menolak untuk menyederhanakan kompleksitas menjadi jawaban, justru ia menghadirkan ruang refleksi yang tajam dan sangat personal.

2. Territory of Light – Yuko Tsushima

Novel  Territory of Light (goodreads.com)
Novel Territory of Light (goodreads.com)

Ditulis dengan narasi puitis dan tenang, novel ini mengikuti seorang ibu muda yang baru bercerai, mencoba membangun kembali hidupnya bersama anak perempuannya di sebuah apartemen kecil.

Dalam sunyi dan cahaya yang berubah sepanjang musim, kita menyelami perasaan rapuh, marah, dan juga harapan dari seorang perempuan yang tidak lagi bisa kembali ke hidup lamanya.

Territory of Light menjadi kisah yang cukup untuk menggambarkan perjuangan perempuan dalam bertahan di atas kakinya sendiri, meski selalu dianggap remeh oleh banyak orang.

3. Convenience Store Woman – Sayaka Murata

Novel Convenience Store Woman (goodreads.com)
Novel Convenience Store Woman (goodreads.com)

Novel ini bercerita tentang Keiko Furukura, seorang perempuan yang bekerja di minimarket. Novel ini mungkin sangat relate dengan banyak perempuan di Jepang atau bahkan di manapun, tentang ekspektasi yang harus dibentuk oleh perempuan.

Bahwa perempuan di usia tertentu harus memiliki karir yang layak, sudah menikah, dan dituntut untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial.

Selama ini, kebanyakan laki-laki yang selalu dituntut untuk memiliki karir dan kondisi finansial yang layak. Sebaliknya, di novel ini sangat menggambarkan tekanan yang dialami perempuan dari berbagai aspek.

Tapi Keiko menolak itu semua. Dengan gaya penulisan yang sederhana namun nyentrik, Sayaka Murata mengangkat suara yang jarang terdengar dari perempuan Jepang: hasrat untuk menjalani hidup sesuai pilihan sendiri, meskipun itu berarti menjadi berbeda dan dinilai tak wajar oleh masyarakat.

Sastra Jepang punya cara unik dalam menyampaikan pergulatan batin, halus, lambat, tapi menghujam. Dan lewat tokoh-tokoh perempuan ini, kita diingatkan bahwa menjadi perempuan bukan sekadar tentang peran, tapi tentang bertahan, berdamai, dan menemukan makna dari hal-hal yang kerap dianggap sepele.

Kesembilan novel ini tidak memberi jawaban yang pasti, tapi menghadirkan ruang renung yang jujur: bahwa setiap perempuan punya jalannya sendiri, seaneh atau sesunyi apa pun itu.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak