Tidak semua buku cerita harus tertulis ceritanya. Kadang hanya melalui sebuah ilustrasi gambar, kita bisa mengetahui alur cerita sebuah buku.
Ada beberapa buku bergambar dari Korea yang menyajikan cerita tanpa kata. Buku jenis ini banyak disukai oleh anak-anak, karena bisa melatih imajinasi mereka.
Berikut 3 rekomendasi buku ilustrasi menarik dari Korea yang banyak disukai anak-anak.
1. Wave – Suzy Lee
Wave merupakan buku bergambar karya Suzy Lee, penulis asal Korea. Ceritanya tentang gadis kecil yang suka bermain di tepi laut.
Tanpa narasi satu kata pun, buku ini memikat pembaca lewat ilustrasi hitam putih yang dipadu dengan semburat biru yang mewakili lautan.
Meski tidak ada kata yang tertulis, dari gambarnya bisa membaca perjalanan emosional gadis itu dari rasa takut, hingga berani bermain dengan ombak.
Kelebihan utama dari Wave terletak pada kekuatan ilustrasinya. Suzy Lee menggunakan pensil dan cat air dengan sangat halus, menciptakan suasana tenang namun penuh dinamika.
Format bukunya yang lebar seperti layar sinema memperkuat pengalaman visual, seakan-akan ombak benar-benar datang dari halaman menuju pembaca.
Anak-anak akan terpesona dengan ekspresi gadis kecil yang begitu hidup, sementara pembaca dewasa akan menangkap makna mendalam tentang keberanian, hubungan dengan alam, dan keindahan momen kecil dalam hidup.
Wave adalah contoh yang sangat bagus untuk memberikan cerita dalam sebuah naskah tanpa kata.
2. Pool – JiHyeon Lee
Dalam buku Pool, JiHyeon Lee mengajak pembaca untuk menyelami dunia bawah air yang tenang dan penuh imajinasi.
Kisah dimulai dengan seorang anak laki-laki yang pergi ke kolam renang umum. Ketika kolam mulai dipenuhi orang-orang, ia menyelam ke bawah permukaan, menghindari keramaian.
Di sana, ia bertemu seorang gadis dan bersama-sama mereka menjelajahi dunia bawah air yang dipenuhi makhluk unik dan fantastis.
Kekuatan Pool terletak pada cara JiHyeon Lee menyampaikan perasaan, rasa malu, penasaran, koneksi, dan keajaiban, semuanya tanpa sepatah kata.
Dengan menggunakan pensil warna dan pastel minyak, ilustrasi dalam buku ini mampu menciptakan nuansa hening yang lembut namun tetap terasa penuh petualangan. Dominasi warna biru yang lembut menambah suasana tenang, sekaligus menegaskan perbedaan antara dunia bawah air yang damai dan hiruk-pikuk di permukaan.
Buku ini cocok untuk semua usia, dan bisa menjadi media untuk berdiskusi dengan anak-anak tentang pentingnya rasa percaya diri, pertemanan, dan dunia yang bisa kita temukan saat berani menyelam lebih dalam.
Pool bukan hanya tentang kolam renang, tapi juga tentang menjelajahi dunia batin dan menemukan seseorang yang bisa mengerti kita.
3. Door – JiHyeon Lee
Masih dari JiHyeon Lee, Door adalah karya lain yang menakjubkan dan kembali mengandalkan kekuatan ilustrasi tanpa teks.
Seorang anak laki-laki menemukan sebuah pintu kecil yang misterius. Ketika ia membukanya, pintu itu membawanya ke dunia lain yang dipenuhi warna-warni, keajaiban, dan makhluk-makhluk aneh nan menakjubkan.
Dari dunia abu-abu yang sepi, ia melangkah ke dunia penuh kehidupan yang merayakan perbedaan dan keberagaman.
Salah satu kekuatan Door adalah transisi visual yang luar biasa—dari halaman-halaman awal yang minim warna hingga ledakan warna saat pintu dibuka. Pesan utamanya sangat kuat: tentang keterbukaan, toleransi, dan keindahan dunia yang beragam.
JiHyeon Lee dengan cerdas menggunakan metafora visual untuk menggambarkan betapa kaya dan indahnya dunia jika kita cukup berani untuk membukakan pintu bagi yang berbeda dari kita.
Selain menggambarkan kisa petualangan yang seru, Door juga menyimpan makna sosial yang dalam.
Buku-buku ilustrasi Korea tanpa kata ini bukan hanya menawarkan gambar yang indah, tapi juga pengalaman membaca yang meditatif dan emosional.
Cocok untuk anak-anak, guru, orang tua, maupun siapa saja yang mencintai seni visual. Dalam diam, buku-buku ini justru berbicara lebih dalam.
Baca Juga
-
The Killer Question: Ketika Kuis Pub Berubah Jadi Ajang Pembunuhan
-
"Bakat Menggonggong", Eksperimen Narasi yang Cerdas dan Penuh Nyinyiran
-
Novel Ada Zombie di Sekolah: Ketika Pesta Olahraga Berubah Jadi Mimpi Buruk
-
Serunai Maut II, Perang Terakhir di Pulau Jengka dan Simbol Kejahatan
-
Serunai Maut: Ketika Mitos, Iman, dan Logika Bertarung di Pulau Jengka
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Anime Umamusume: Pretty Derby Season 2, Menghadapi Badai Cedera
-
Review Film Tron: Ares, Membawa Aksi Digital ke Level Tingkat Baru!
-
Review Film Black Phone 2: Lebih Gelap, Lebih Sadis dan Lebih Menyeramkan!
-
Review Film Murder Report: Wawancara Gila Menguji Batas Akal dan Nurani
-
Review Film Shelby Oaks: Debut Horor yang Menggoda, tapi Belum Sempurna
Terkini
-
Ajak Bicara Sosok Kecil dalam Diri: Mengenal dan Menyembuhkan Inner Child
-
Panduan Ziarah di Arab Saudi: 4 Aturan Penting yang Wajib Diketahui Jamaah!
-
Menimbang Kesiapan TKA 2025: Dari Gangguan Server hingga Suara Siswa
-
Welas Asih dalam Balutan Keramahan Miss Raminten
-
Peran di Film 'Dopamin' Bawa Angga & Shenina ke Refleksi Pernikahan