Cermin-Cermin Impian merupakan novel karya Stella Olivia yang diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo pada tahun 2014. Stella Olivia berhasil menerbitkan karya yang sangat apik dan meninggalkan kesan yang memukau saat selesai membacanya.
Di saat penulis berlomba-lomba mengambil latar luar negeri, Stella Olivia memilih latar Yogyakarta di ceritanya. Novel ini menceritakan Tania yang bekerja sebagai penulis artikel dan bercita-cita menerbitkan novel karyanya. Sedangkan Lie Hansen merupakan koki di restoran ternama di Yogyakarta yang bercita-cita mengelola restoran sendiri dengan dia sebagai pemilik dan kepala koki. Keduanya berjanji akan meraih impian bersama-sama dan mendukung satu sama lain.
Tania yang bekerja menjadi penulis, memiliki waktu luang karena waktunya dihabiskan di kos. Tidak seperti Hansen yang bekerja di tempat, Tania lebih fleksibel karena pekerjaannya dapat dikerjakan dimanapun. Karena pekerjaannya fleksibel, Tania selalu berkunjung ke restoran tempat kerja Hansen dan laki-laki itu akan dengan senang hati menerimanya. Hubungan mereka sangat dekat sampai Hansen akhirnya menjatuhkan hatinya pada Tania.
Tidak memiliki perasaan yang sama, Tania lebih tertarik dengan rekan kerjanya yang bernama Leo. Menurut Tania, Leo itu tampan dan mapan. Siapapun tidak akan menolak pesonanya. Mengetahui fakta menyakitkan itu, Hansen memendam perasaannya tapi terus mendukung apapun yang dilakukan Tania. Jujur, Hansen muak mendengar Tania menyebutnya sebagai teman terbaik. Baginya, sebutan itu merupakan kutukan.
Hansen mempertanyakan satu hal, apakah benar Tania tidak mengetahui perasaannya lewat apa yang dilakukannya selama ini? Bukankah perempuan itu terlalu jahat hanya menganggapnya sebagai teman terbaik setelah semua yang dia lakukan?
Apapun keinginan Tania, Hansen akan menurutinya. Bahkan, jika hanya suatu kode, Hansen langsung bisa tahu bahwa itu adalah keinginan Tania. Begitupun ketika Tania mengatakan bahwa dia mencintai Leo, sudah saatnya Hansen untuk mundur dari medan perang. Melihat sebesar apa cinta Tania pada Leo, Hansen tidak sanggup meneruskan perjuangannya.
Dalam novel ini, Hansen digambarkan sebagai laki-laki green flag dambaan para perempuan. Di samping itu, Hansen merupakan tokoh laki-laki dewasa yang sayang keluarga dan bersikap ramah kepada sesama. Mungkin, para lelaki di luar sana dapat mencontoh Hansen sebagai laki-laki yang berbudi luhur.
Sementara untuk Tania sendiri digambarkan sebagai sosok yang ceria, cerdas, dan bersikap manja ketika bersama Hansen. Tentu tidak akan melupakan keahlian Tania yang menjadi penulis artikel hebat. Sayangnya, Tania bersikap kurang peka terhadap perasannya. Tapi, jika tidak dibuat begitu, pembaca kurang greget saat membacanya.
Dari novel ini, pembaca dapat belajar banyak hal. Dari mulai sadar akan perasaan sendiri, terus maju meraih impian tanpa kenal lelah, dan lebih berani jika diharuskan untuk keluar dari zona nyaman. Gaya penulisan novel ini tergolong sederhana dan baku. Rasanya, pembaca dibuat masuk ke dalam dunia Tania dan Hansen. Fakta menariknya, mereka bersama-sama meraih impian. Jadi, sebagai pembaca, kita juga terpacu untuk maju terus sampai impian kita tercapai.
Selama membaca novel ini, belum ditemukan tata penulisan yang tidak tertata. Istilahnya, semua sempurna dan nyaman ketika dibaca. Jalan cerita juga menarik walaupun tema friendzone sudah kerap dibahas. Sayangnya, pembaca dibuat penasaran bagaimana hubungan Tania dan Hansen selanjutnya. Sepertinya, penulis sengaja membuat pembaca mengimajinasikan sendiri bagaimana ending yang terbaik untuk mereka. Tidak masalah, justru pembaca dibuat berpikir kreatif untuk melanjutkan jalan ceritanya. Ending yang sesuai kreativitas pembaca justru menambah daya tarik novel.
Baca Juga
- 
                      
              Ulasan Novel Bukan Nikah Biasa: Rasa Nyaman yang Tak Tergantikan
- 
                      
              Ulasan Novel Jogja Jelang Senja: Berbeda dalam Doa, Menang dengan Keyakinan
- 
                      
              Ulasan Novel Oregades: Pilihan Pembunuh Bayaran, Bertarung atau Mati
- 
                      
              Ulasan Novel Take Me for Granted: Menemukan Rasa Bahagia di Antara Luka
- 
                      
              Ulasan Buku Kepada yang Patah: Pulih terhadap Luka yang Ditinggalkan
Artikel Terkait
Ulasan
- 
                      
              Review Anime Umamusume: Pretty Derby Season 2, Menghadapi Badai Cedera
- 
                      
              Review Film Tron: Ares, Membawa Aksi Digital ke Level Tingkat Baru!
- 
                      
              Review Film Black Phone 2: Lebih Gelap, Lebih Sadis dan Lebih Menyeramkan!
- 
                      
              Review Film Murder Report: Wawancara Gila Menguji Batas Akal dan Nurani
- 
                      
              Review Film Shelby Oaks: Debut Horor yang Menggoda, tapi Belum Sempurna
Terkini
- 
           
                            
                    
              Na Daehoon Ajak Anak Walk Out dari Kajian usai Disenggol Soal Perceraian
- 
           
                            
                    
              Putusan FIFA kepada 7 Pemain Malaysia dan Keadilan Nyata yang Dinanti Publik Sepak Bola Vietnam
- 
           
                            
                    
              Alumnus Tim-Tim Besar, Seberapa Mengerikan Jude Soonsup-Bell Penyerang Anyar Timnas Thailand?
- 
           
                            
                    
              Berani Banget! 'Munafik' Film Horor Terseram Malaysia Diremake Indonesia
- 
           
                            
                    
              Piala Dunia U-17: Ajang Pembuktian Warisan STY di Skuad Garuda Junior