Film Lupa Daratan merupakan karya terbaru dari sutradara Ernest Prakasa, yang kali ini berkolaborasi perdana dengan Netflix. Dirilis secara eksklusif di platform streaming tersebut, film ini tayang perdana di Indonesia pada 11 Desember 2025.
Sebagai produksi Imajinari Pictures, Lupa Daratan hadir dengan durasi 115 menit, mengusung genre drama komedi satir yang mengupas sisi gelap industri hiburan.
Dibintangi deretan aktor papan atas seperti Vino G. Bastian, Dea Panendra, Agus Kuncoro, dan Emil Kusumo, film ini langsung menduduki peringkat pertama di Netflix Indonesia sejak rilisnya. Bagi penikmat sinema lokal, ini adalah sajian segar yang tak hanya menghibur, tapi juga menggigit dengan kritik sosialnya.
Aktor Top yang Tiba-tiba Lupa Cara Berakting di Puncak Karier
Sinopsis film ini berpusat pada Vino Agustian, seorang aktor top Indonesia yang sedang di puncak karier. Karakternya digambarkan sebagai seniman narsis yang angkuh, terbiasa dengan sorotan lampu panggung dan pujian berlimpah. Saat akhirnya mendapatkan peran impian sebagai mantan presiden dalam sebuah proyek bergengsi, nasib berkata lain: Vino tiba-tiba kehilangan kemampuan aktingnya secara misterius.
Insiden memalukan ini membuatnya hancur lebur, memicu perjalanan introspeksi yang penuh liku. Di tengah krisis identitas, ia bertemu dengan tokoh-tokoh pendukung yang membantunya menghadapi realitas pahit di balik gemerlap selebriti.
Tanpa spoiler, cerita ini mengeksplorasi tema kehilangan, ego, dan pencarian makna hidup di era media sosial yang haus sensasi. Ernest Prakasa, dikenal lewat film-film seperti Teka Teki Tika dan Susah Sinyal, kali ini menyajikan narasi yang lebih dalam, menggabungkan elemen komedi slapstick dengan sentuhan emosional yang menyentuh.
Secara plot, Lupa Daratan dibagi menjadi dua bagian yang kontras. Bagian pertama adalah pesta komedi murni, di mana kegagalan Vino di lokasi syuting menjadi sumber tawa tak terbendung.
Bayangkan aktor sombong yang tiba-tiba blank saat kamera menyala—dialog absurd dan situasi konyol seperti mendobrak kamar mandi menjadi highlight yang bikin aku ngakak sepanjang nonton filmnya. Bisa kubilang Ernest pintar memanfaatkan meta-narasi, di mana film-dalam-film menjadi cerminan industri perfilman Indonesia itu sendiri, lengkap dengan sindiran halus terhadap award show dan hype selebriti.
Transisi ke bagian kedua, bagaimanapun, sedikit melambat. Di sini, cerita bergeser ke drama introspektif, mengeksplorasi trauma masa lalu Vino dan hubungannya dengan orang-orang terdekat. Meski begitu, pacing keseluruhan tetap mengalir, menghindari jebakan klise dengan twist yang tak terduga.
Review Film Lupa Daratan
Performa aktor menjadi tulang punggung kekuatan film ini. Vino G. Bastian, yang biasa dikenal dengan peran serius di film seperti Hanya Namamu Dalam Doaku, kali ini bertransformasi total menjadi karakter lebay dan narsis yang relatable.
Ekspresinya yang over-the-top, dari Siuuuu ala Ronaldo hingga muka panik saat lupa dialog, berhasil mencuri perhatian. Ia tak hanya lucu, tapi juga menyampaikan kedalaman emosional saat karakternya runtuh—sebuah bukti fleksibilitas Vino sebagai aktor.
Dea Panendra sebagai pasangan Vino membawa nuansa segar; chemistry mereka terasa alami, meski perannya lebih sebagai katalisator daripada bintang utama.
Agus Kuncoro, veteran yang sering tampil di film Ernest, mencuri hati dengan peran pendukungnya yang penuh karisma dan humor halus. Emil Kusumo dan cameo dari selebriti lain menambah lapisan satir, membuat film ini terasa seperti pesta bintang tanpa terlalu memamerkan.
Dari segi teknis, sinematografinya layak dipuji. Pengambilan gambar yang dinamis menangkap esensi Jakarta metropolitan—dari studio mewah hingga lorong-lorong kumuh—sebagai metafor lupa daratan Vino.
Soundtrack orisinal, campuran pop ringan dan lagu-lagu indie, mendukung mood tanpa mendominasi. Editingnaya juga rapi, meski beberapa transisi flashback terasa agak membingungkan timeline.
Tema utama film ini—kritik terhadap budaya selebriti yang toksik—disampaikan dengan cerdas. Ernest tak segan menyindir fenomena min_faves di media sosial atau pressure award seperti Filmfare di Bollywood, yang terasa dekat dengan realitas Indonesia. Ini membuat Lupa Daratan lebih dari sekadar komedi; ini menjadi cermin bagi siapa saja yang pernah merasa hilang di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Tentu saja, tak ada film yang sempurna. Menurutku sih dialognya yang terasa baku dan kurang natural, seolah mencerminkan kekakuan industri film Indo yang sering dikecam. Bagian akhir juga terasa agak maksa dalam menyatukan benang merah, meski endingnya memuaskan secara emosional.
Bagi yang mencari komedi kelas berat ala stand-up, ini mungkin terlalu sentimentil. Namun, bagi penggemar Ernest atau drama ringan dengan pesan mendalam, film ini adalah hiburan premium.
Secara keseluruhan, Lupa Daratan berhasil sebagai debut Netflix Ernest Prakasa. Ia mengingatkan kita bahwa di balik tawa, ada pelajaran tentang kerendahan hati dan reconnect dengan akar. Dengan rating 8/10 dariku. Film ini wajib ditonton, terutama bagi yang lelah dengan narasi dangkal. Di tengah banjir konten streaming, Lupa Daratan menonjol sebagai karya lokal yang bangga dan relevan. Streaming sekarang di Netflix, dan rasakan sendiri bagaimana lupa daratan bisa jadi pelajaran berharga.
Baca Juga
-
Review Film Mengejar Restu: Perjuangan Cinta di Tengah Tradisi Keluarga
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
-
Review Film Mertua Ngeri Kali: Pelajaran Cinta dari Mertua Gila!
-
Dari Korban Bullying Menjadi Inspirasi: Kisah 3 Sosok yang Bangkit Lebih Kuat
-
Review Film Qorin 2: Kritik Kasus Perundungan Lewat Teror Jin!
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan Buku 'The Wager', Misteri Lautan Perang Dunia Pertama
-
Review Film Mengejar Restu: Perjuangan Cinta di Tengah Tradisi Keluarga
-
Kami (Bukan) Sarjana Kertas: Satir Pendidikan dan Perjuangan Anak Muda
-
Novel Sejuta Waktu untuk Mencintaimu: Belajar Tetap Utuh Meski Terluka
-
Review Film 13 Days, 13 Nights: Ketegangan Evakuasi di Tengah Badai Taliban
Terkini
-
Kru Taylor Swift Hampir Pingsan Dapat Bonus Miliaran dari The Eras Tour
-
KPop Demon Hunters Jadi Breakthrough of the Year 2025 Versi Majalah TIME
-
Hamnet Tuai Banyak Pujian, Jadi Film Paul Mescal dengan Rating Tertinggi
-
Davina Karamoy Terseret Isu Jadi Orang Ketiga, Kerisauan Ayah Disorot Lagi
-
Promise oleh Doyoung NCT: Ungkapan Terima Kasih Atas Cinta Tak Tergoyahkan