M. Reza Sulaiman | Ryan Farizzal
Poster serial Plur1bus (IMDb)
Ryan Farizzal

Serial Plur1bus, yang juga dikenal sebagai Pluribus, adalah karya terbaru dari Vince Gilligan, pencipta Breaking Bad dan Better Call Saul. Serial sci-fi post-apokaliptik ini tayang perdana di Apple TV+ pada 7 November 2025, termasuk di Indonesia, dengan dua episode pertama dirilis sekaligus, diikuti episode baru setiap minggu hingga total sembilan episode di musim pertama.

Di Indonesia, penonton bisa mengaksesnya melalui langganan Apple TV+ yang tersedia secara global pada tanggal tersebut, tanpa penundaan regional.

Wabah Kebahagiaan Paksa yang Mengancam Umat Manusia

Salah satu adegan di serial Plur1bus (IMDb)

Plur1bus mengambil latar dunia yang dikuasai oleh wabah misterius yang memaksa manusia menjadi bahagia secara paksa. Fenomena ini dimulai dari penemuan astronomis yang mengubah planet: gelombang energi asing membuat orang-orang tersenyum terus-menerus, kehilangan emosi negatif, dan berperilaku seperti zombie bahagia. Protagonis utama, Carol Sturka (diperankan oleh Rhea Seehorn), adalah salah satu dari sedikit orang yang kebal terhadap wabah ini. Sebagai novelis pemarah dan sinis, Carol menjadi harapan terakhir umat manusia untuk mengungkap asal-usul wabah dan menyelamatkan dunia dari kebahagiaan palsu ini.

Gilligan, yang merancang ide ini sembilan tahun lalu, awalnya membayangkan karakter utama sebagai pria, tetapi akhirnya memilih Seehorn setelah kolaborasi sukses di Better Call Saul. Seehorn tampil brilian sebagai Carol, membawa kedalaman emosional yang mirip dengan Kim Wexler, tetapi dengan lapisan humor hitam dan keputusasaan yang lebih dalam. Aktingnya menjadi pusat kekuatan serial ini, di mana ia menavigasi dunia yang absurd, saat orang-orang bahagia justru menjadi ancaman.

Plot dimulai dengan episode pertama, We Are We, yang memperkenalkan wabah secara dramatis. Seorang astronom menemukan sinyal luar angkasa, dan tiba-tiba, umat manusia berubah. Carol, yang sedang dalam krisis pribadi, menyadari dirinya kebal saat melihat keluarganya berubah menjadi versi sempurna yang menyeramkan. Episode ini membangun ketegangan dengan lambat, ala Gilligan, menggabungkan elemen thriller psikologis dengan sci-fi besar-besaran. Episode kedua, Ms. Pirate, memperluas dunia dengan Carol bertemu penyintas lain, termasuk ilmuwan dan pemberontak, sambil menghindari "bahagia" yang memaksa asimilasi.

Review Serial Plur1bus

Salah satu adegan di serial Plur1bus (IMDb)

Musim pertama mengeksplorasi tema dalam: kritik terhadap masyarakat konsumtif, pengaruh AI dan teknologi (Gilligan bahkan menyindir Silicon Valley dalam wawancara), serta pertanyaan filosofis tentang kebahagiaan sejati. Apakah kebahagiaan paksa lebih baik daripada penderitaan? Serial ini menjawab dengan gelap, menunjukkan bagaimana kebaikan bisa menjadi tirani. Elemen alien mungkin mengingatkan pada They Live atau Invasion of the Body Snatchers, tetapi Gilligan menambahkan twist modern, seperti dampak media sosial dan pandemi.

Secara visual, Plur1bus memukau dengan sinematografi kelam: kota-kota yang cerah tetapi menyeramkan, kontras antara senyum paksa dan ekspresi Carol yang muram. Skor musik minimalis menambah ketegangan, sementara efek spesial untuk wabah—seperti mata yang bercahaya—efektif tanpa berlebihan. Pemeran pendukung kuat: Michael McKean sebagai ilmuwan gila, dan cameo dari alumni Breaking Bad menambah nostalgia.

Kelemahannya, menurutku ada beberapa episode di bagian tengah terasa lambat, fokus pada backstory Carol yang bisa lebih ringkas. Akan tetapi, ini sejalan dengan gaya Gilligan yang membangun karakter sebelum klimaks. Ending musim pertama cliffhanger, menjanjikan musim kedua dengan skala lebih besar.

Jadi, bisa kusimpulkan, Plur1bus adalah sci-fi orisinal yang berani, dengan skor 100% di Rotten Tomatoes untuk musim pertama. Ini bukan sekadar hiburan; ini kritik sosial yang tajam, dibalut narasi mencekam. Bagi penggemar Gilligan, ini wajib tonton. Di Indonesia, akses mudah via Apple TV+ sejak 7 November 2025, ideal untuk binge-watching akhir pekan, ya, Sobat Yoursay!