Drama Korea populer 'When the Phone Rings' menuai kontroversi setelah episode terakhirnya tayang pada 4 Januari 2024. Drama ini, yang dibintangi Yoo Yeon Seok dan Chae Soo Bin, awalnya dipuji karena alur cerita yang unik. Namun, sebuah adegan dalam episode terakhir justru memicu kritik tajam dari netizen.
Adegan yang menjadi sorotan melibatkan karakter Na Yu Ri (diperankan oleh Jang Gyu Ri), seorang pembawa berita yang melaporkan konflik antara dua negara fiktif, 'Paltima' dan 'Izmael'. Dalam adegan tersebut, disebutkan bahwa Paltima telah melancarkan serangan udara ke Izmael dan menyandera warga Korea. Meski kedua nama tersebut fiktif, banyak netizen yang menafsirkan Paltima sebagai Palestina dan Izmael sebagai Israel. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa drama tersebut menyisipkan propaganda Zionis.
Netizen menilai adegan ini memutarbalikkan fakta dari konflik Israel-Palestina di dunia nyata. Gaza, wilayah Palestina, telah menjadi sasaran serangan udara Israel selama lebih dari setahun terakhir, dengan berbagai laporan internasional yang menyebutkan pelanggaran hak asasi manusia.
Pada Mei 2024, Pengadilan Internasional (ICJ) bahkan menyatakan bahwa tindakan Israel di Gaza 'berpotensi merupakan genosida', dilansir dari Koreaboo. Dalam konteks ini, penggambaran Paltima sebagai pelaku serangan udara dianggap sangat sensitif dan tidak pantas.
Banyak penonton, baik dari Korea maupun internasional, mengecam keputusan tim produksi. Kritikan diarahkan kepada sutradara Park Sang Woo, produser eksekutif Kwon Sung Chang, dan penulis naskah Kim Ji Woon. Netizen meminta mereka, serta stasiun televisi MBC, untuk meminta maaf secara resmi dan menghapus adegan tersebut. Mereka juga menilai penggunaan konflik nyata sebagai plot drama tidak hanya tidak sensitif, tetapi juga eksploitasi terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Di media sosial, diskusi mengenai isu ini semakin memanas. Beberapa komentar menyebut bahwa drama ini seolah-olah mendukung narasi Zionis dengan membalikkan posisi korban dan pelaku dalam konflik dunia nyata. "Memakai penderitaan manusia nyata sebagai plot cerita sangat tidak etis," tulis salah satu netizen.
Hingga saat ini, pihak MBC dan tim produksi belum memberikan tanggapan resmi terkait kontroversi ini. Namun, tekanan publik semakin meningkat, dan banyak pihak menyerukan pertanggungjawaban atas representasi yang dinilai menyakitkan bagi korban konflik yang sebenarnya.
Drama yang sebelumnya dipuji karena kompleksitas karakternya kini menghadapi kritik besar, dan reputasi para kreatornya dipertaruhkan. Para penonton berharap ada klarifikasi dan tindakan konkret dari pihak terkait untuk menanggapi isu ini dengan serius.