Film 'A Business Proposal', adaptasi dari drama Korea populer, resmi tayang pada 6 Februari lalu.
Dibintangi oleh Abidzar Al-Ghifari, Ariel Tatum, Caitlin Halderman, dan Ardhito Pramono, film ini tampaknya belum berhasil menarik perhatian penonton di hari pertama penayangannya.
Berdasarkan laporan akun X @cinepoint_, jumlah penonton pada hari pertama hanya mencapai sekitar 6 ribu orang, bahkan di bawah 10 ribu. Kondisi ini berpotensi menyebabkan pengurangan jam tayang dalam beberapa hari ke depan.
Biasanya, keputusan pemotongan jam tayang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti jumlah penonton, performa di box office, persaingan dengan film lain, serta kesepakatan distribusi antara pihak bioskop dan rumah produksi.
Sepinya peminat film ini pun menjadi topik yang ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warganet yang mengaitkan hal ini dengan pernyataan Abidzar Al-Ghifari, yang sebelumnya mengungkapkan bahwa ia tidak menonton versi asli drama Korea tersebut untuk pendalaman karakternya.
Sikapnya ini kemudian memicu berbagai reaksi, terutama karena banyak yang berpendapat bahwa memahami sumber cerita adalah hal penting dalam proses adaptasi.
'A Business Proposal' sendiri mengisahkan tentang Sari (Ariel Tatum), seorang analis makanan di perusahaan ternama. Demi membantu sahabatnya, Yasmin (Caitlin Halderman), Sari setuju untuk menggantikan Yasmin dalam sebuah kencan buta, dengan harapan bisa menggagalkan perjodohan tersebut.
Namun, keadaan semakin rumit ketika pria yang ia temui ternyata adalah Utama (Abidzar Al-Ghifari), CEO di perusahaan tempatnya bekerja. Apa yang awalnya hanya dimaksudkan sebagai bantuan kecil bagi Yasmin justru menyeret Sari ke dalam situasi yang tidak terduga.
Sebagai adaptasi dari drama yang sempat fenomenal, ekspektasi terhadap film ini cukup tinggi. Namun, pernyataan beberapa pemainnya yang mengaku tidak membaca atau menonton versi asli drama ini, kecuali Ariel Tatum, menimbulkan kontroversi.
Selanjutnya, pernyataan Abidzar yang ingin menciptakan karakter sendiri, bahkan menyarankan orang-orang untuk tidak menonton jika tidak suka, justru semakin memperkeruh suasana dan menuai banyak komentar dari warganet.
Tak berhenti sampai di situ, setelah kontroversi pernyataan Abidzar ramai diperbincangkan, pihak produksi, Falcon Pictures, akhirnya mengeluarkan surat pernyataan yang berisi permohonan maaf atas kejadian yang terjadi.
Namun, alih-alih meredakan kemarahan publik, surat pernyataan tersebut justru menuai beragam reaksi pro dan kontra. Akibatnya, aksi pemboikotan dan cancel culture terhadap film ini masih terus berlanjut di kalangan warganet.
Kalau menurut kalian sendiri gimana nih?
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS