40 Hari Bolos Sekolah, Ferry Irwandi Tersentuh oleh Kesabaran Sang Guru!

Hikmawan Firdaus | Mira Fitdyati
40 Hari Bolos Sekolah, Ferry Irwandi Tersentuh oleh Kesabaran Sang Guru!
Potret Ferry Irwandi (Instagram/irwandiferry)

Tak semua perjalanan masa sekolah berjalan mulus. Ada yang penuh prestasi, tapi ada pula yang justru penuh kenakalan dan penyesalan di masa lalu.

Salah satunya dialami Ferry Irwandi, yang baru-baru ini kembali mencuri perhatian publik lewat unggahan di akun Instagram pribadinya pada Minggu (26/10/2025).

Dalam unggahan itu, Ferry membagikan kisah masa SMA-nya yang penuh tantangan. Sebuah cerita yang membuat banyak orang tersenyum sekaligus tersentuh tentang seorang guru yang tak pernah menyerah meski muridnya sempat kehilangan semangat belajar.

Pernah Absen 40 Hari dari Sekolah

Potret Ferry Irwandi (Instagram/irwandiferry)
Potret Ferry Irwandi (Instagram/irwandiferry)

Lewat unggahannya, Ferry mengungkapkan rasa terima kasih kepada guru-gurunya yang tetap sabar menghadapi tingkahnya di masa sekolah.

Ia mengenang masa ketika semangat belajarnya nyaris padam dan kenakalannya justru semakin menjadi-jadi.

“Kelas dua SMA itu keknya jadi titik di mana seorang anak SMA lagi badung-badungnya. Di rapor gak hadir 40 hari, bisa bayangkan aslinya gimana? Haha,” tulis Ferry dalam caption.

Ia juga bercerita, saat SMA dirinya sering dipanggil oleh wakil kepala sekolah karena berbagai pelanggaran.

“Nilai rapor jeblok, kelakuan jangan ditanya, orang tua bolak-balik dipanggil wakil kepala sekolah. Di atas kertas, semua pelanggaran yang saya lakukan bisa membuat saya dikeluarkan dari sekolah,” lanjutnya.

Guru yang Melihat Potensi di Tengah Kenakalan

Potret Ferry Irwandi dan Teman-temannya (Instagram/irwandiferry)
Potret Ferry Irwandi dan Teman-temannya (Instagram/irwandiferry)

Namun, di balik semua kenakalannya, Ferry masih memiliki guru yang tidak pernah menyerah padanya. Pak Muljono, wali kelas saat ia di kelas 2, dan almarhumah Mom Anita, wali kelas saat kelas 3.

“Di titik itu Pak Muljono, wali kelas saya di kelas 2, dan almarhumah Mom Anita, wali kelas saya di kelas 3, tidak menyerah,” tulisnya.

Alih-alih menghukum, ia justru mendapat kepercayaan oleh sang guru untuk menjadi juru bicara lomba cerdas cermat dan debat antar sekolah.

“Anak bermasalah malah dijadiin juru bicara cerdas cermat dan lomba debat mewakili sekolah,” tulisnya.

Perlakuan itu membuat Ferry berpikir. Ia sempat bertanya-tanya, apa yang sebenarnya dilihat para gurunya dari seorang siswa yang bahkan sudah kehilangan semangat bersekolah.

“Entah apa yang mereka lihat dari anak yang sudah kehilangan semangat bersekolahnya waktu itu,” tulisnya lagi.

Beberapa tahun kemudian, Ferry akhirnya mendapat jawaban. Saat bertemu kembali dengan almarhumah Mom Anita, ia menanyakan alasan mengapa sang guru tidak pernah menyerah.

“Supaya jadi contoh adik-adik kamu nanti bahwa jangan menyerah dengan sekolah. Semuanya bisa terjadi selama kamu memang berusaha untuk berubah,” kata sang guru dalam caption-nya.

Dari pengalaman itu, Ferry menyadari bahwa menjadi guru bukan perkara mudah. Apa yang dilakukan seorang guru hari ini bisa sangat berpengaruh pada masa depan muridnya. Ia menulis, profesi guru jauh lebih kompleks daripada yang selama ini ia bayangkan.

Baginya, kesabaran dan kepercayaan seorang guru bisa menjadi titik balik bagi masa depan seorang murid. Dari seorang remaja yang dulu hampir putus asa, Ferry kini tumbuh dengan penuh rasa syukur atas kesempatan kedua yang pernah diberikan gurunya.

Kisah Ferry Irwandi menjadi pengingat bahwa setiap murid berhak mendapat kesempatan untuk berubah. Terkadang, satu keyakinan dari seorang guru bisa menyalakan kembali semangat yang padam.

Karena di balik setiap murid yang tampak “nakal”, sering kali tersembunyi potensi besar yang hanya butuh seseorang yang mau percaya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak