Film anime 100 Meters (Hyakuemu), adaptasi dari manga karya Uoto, kini bersiap menjangkau audiens global setelah Netflix mengumumkan bahwa film tersebut akan mulai tayang secara eksklusif pada 31 Desember.
Informasi ini dikonfirmasi melalui trailer terbaru yang dirilis oleh platform tersebut, sebagaimana diberitakan oleh Anime News Network.
100 Meters pertama kali tayang di bioskop Jepang pada 19 September. Film ini digarap oleh sutradara Kenji Iwaisawa, sosok yang sebelumnya dikenal lewat karya uniknya ON-GAKU: Our Sound.
Kali ini, Iwaisawa kembali menghadirkan ciri khasnya: animasi yang terasa personal dengan sentuhan handmade, namun dikombinasikan dengan teknik rotoscoping untuk memperkuat kesan realistis dalam adegan-adegan atletik.
Cartoon Brew menjelaskan bahwa pendekatan visual tersebut berkembang secara organik selama produksi dan menghasilkan pengalaman sinematik yang berbeda, terutama pada adegan hujan menjelang akhir film yang digarap dalam satu pengambilan kamera menggunakan rotoscoping (sebuah tantangan baru bagi sang sutradara).
Secara naratif, film ini mengangkat kisah yang sederhana namun emosional: perjalanan dua pelari muda yang terikat oleh takdir dan ambisi.
Togashi, yang disuarakan oleh Tori Matsuzaka, adalah pelari berbakat yang sejak kecil selalu memenangkan lomba 100 meter tanpa usaha berarti. Hidupnya berubah ketika ia bertemu Komiya, disuarakan Shota Sometani, seorang murid pindahan yang penuh tekad tetapi kurang dalam teknik.
Pertemuan tersebut bukan hanya melahirkan persaingan, tetapi juga memberikan arah baru bagi Komiya: keyakinan untuk menang apa pun yang terjadi.
Seiring waktu, persaingan ini berkembang menjadi hubungan yang membentuk karakter keduanya. Tahun-tahun berlalu, dan Togashi serta Komiya kembali bertemu sebagai rival di lintasan lari, kini dengan beban masa lalu, ambisi baru, dan identitas diri yang mulai terkuak.
Iwaisawa, dalam wawancara yang dikutip oleh Cartoon Brew, menyebut bahwa fokus utamanya adalah menggambarkan perjalanan Togashi sebagai sosok yang jatuh sedalam-dalamnya sebelum bangkit lagi melalui kerja keras. Inilah yang menjadikan film ini bukan sekadar drama olahraga, tetapi juga refleksi tentang kegagalan, harga diri, dan tekad.
Film ini diproduksi oleh studio baru Rock 'n' Roll Mountain, bersama Pony Canyon, TBS TV, dan ASMIK Ace. Naskah ditulis oleh Yasuyuki Muto, yang dikenal melalui Tokyo Revengers. Keisuke Kojima bertanggung jawab sebagai desainer karakter sekaligus chief animation director, sementara musik digarap oleh komposer Hiroaki Tsutsumi.
Lagu tema berjudul Rashisa dibawakan oleh grup musik populer Official HiGE DANdism, menambah daya tarik emosional dalam film ini.
Selain Togashi dan Komiya, film ini juga menghadirkan sejumlah karakter pendukung yang diperankan oleh Jun Kasama (Nikami), Koki Uchiyama (Zaitsu), dan Kenjiro Tsuda (Kaido), sebagaimana dikutip dari Anime Trending. Meskipun 100 Meters tidak memiliki pamor komersial sebesar Demon Slayer: Infinity Castle atau Chainsaw Man – The Movie: Reze Arc, rilisan ini dinilai penting untuk memperluas jangkauan karya Iwaisawa di kancah internasional.
Film ini telah meraih respons kritis yang positif sejak debutnya. Menurut Screen Rant, 100 Meters memperoleh rating 100% Fresh di Rotten Tomatoes berdasarkan ulasan kritikus, serta skor audiens 92% dari lebih dari 50 ulasan, sebuah pencapaian impresif bagi film olahraga yang cenderung bernuansa intim dan understated.
Film ini juga masuk dalam daftar 35 judul yang memenuhi syarat untuk kategori Best Animated Feature pada Oscar 2026, sebagaimana diumumkan oleh Academy of Motion Picture Arts and Sciences pada 21 November.
Dengan kekuatan cerita yang emosional, visual yang unik, serta momentum besar dari perilisan Netflix, 100 Meters menjadi salah satu film anime yang patut dinantikan di penghujung tahun. Bagi penonton yang mencari drama olahraga dengan kedalaman karakter dan penyampaian artistik, film ini diprediksi menjadi pengalaman yang berkesan.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS