Mengenal Hypnic Jerk: Perasaan seperti Terjatuh saat Tidur

Hernawan | Bernadeta Rinda Damayanti
Mengenal Hypnic Jerk: Perasaan seperti Terjatuh saat Tidur
Ilustrasi Hypnic Jerk. (pixabay)

Pernahkah kamu merasa seperti sedang terjatuh dari atas gedung ketika tengah tertidur? Jika iya, apa yang kamu rasakan kemudian? Pasti kamu sontak terbangun lalu merasa terkejut dan kebingungan. Nah, apa sebenarnya yang kamu alami?

Sebagian orang mengaitkannya dengan hal mistis. Katanya, hal tersebut terjadi karena roh yang sesaat keluar dari tubuh seseorang. Beberapa lainnya mengatakan hal tersebut merupakan tanda seseorang terkena serangan jantung ringan. Manakah pernyataan yang benar? Atau adakah pernyataan yang benar? Untuk memenuhi rasa penasaran kamu, mari simak penjelasan di bawah ini.

Perasaan seperti terjatuh ketika tengah tertidur disebut dengan hypnic jerk. Hypnic jerk merupakan keadaan di mana seseorang mengalami sentakan mioklonik jinak. Mioklonik merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kejang atau sentakan otot yang intens pada tubuh bagian atas dalam waktu yang singkat.

Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, mioklonik termasuk ke dalam kelompok bangkitan epileptik umum. Walaupun begitu, penderita hypnic jerk hanya mengalami sentakan mioklonik jinak. Berarti, hanya sekedar mirip dengan kejang mioklonik dan merupakan fenomena non-epilepsi jinak. Jadi, kamu tidak perlu khawatir karena fenomena hypnic jerk sama sekali tidak membahayakan kesehatan manusia.

Hypnic jerk juga memiliki sebutan lain. Beberapa di antaranya adalah sleep starts, hypnagogic jerk, hypnic reflex, sleep twitch dan night start. Kondisi hypnic jerk ini dialami oleh hampir seluruh masyarakat dari berbagai usia setidaknya 1 kali dalam hidup mereka.

Sebuah riset pada 2016 mengatakan bahwa sekitar 60-70 persen populasi orang dewasa di dunia pernah mengalami hypnic jerk, ketika mereka hendak atau sedang tertidur. Sentakan yang membuat seseorang terbangun ketika mengalami hypnic jerk bisa terjadi secara spontan atau karena paksaan stimuli.

Selain perasaan seperti terjatuh, hypnic jerk juga sering dikaitkan dengan beberapa hal lain, yaitu adanya cahaya yang seperti datang dari dalam mata atau kepala, adanya suara gertakan keras yang seperti datang dari dalam kepala, dan halusinasi.

Dalam beberapa kasus, sebagian orang tidak menyadari ketika tengah mengalami hypnic jerk karena ukuran sentakan yang dialami setiap orang berbeda-beda. Ada sentakan yang tergolong kecil sehingga tidak membuat seseorang terbangun dan ada juga sentakan yang dapat membangunkan seseorang.

Secara umum, seseorang yang mengalami hypnic jerk ditandai dengan gejala-gejala seperti detak jantung yang berdegup kencang, napas yang terengah-engah, tubuh berkeringat, dan terjatuh dalam mimpinya.

Pada umumnya, terdapat 3 siklus tidur yang dialami manusia, yaitu fase bangun, fase Non-Rapid Eye Movement (NREM), dan fase Rapid Eye Movement (REM). Dalam fase NREM, manusia akan mengalami 4 tahapan. Fase pertama disebut juga dengan dowsy period di mana seseorang merasa seperti tidak tidur ketika terbangun kembali.

Di fase kedua, akan terlihat adanya sleep spindle yang merupakan periode aktivitas sebagai interaksi dari thalamus-cortex. Pada fase ke-3 dan 4 atau yang disebut juga dengan slow wave sleep (SWS), individu akan memasuki tahapan tidur dalam, ditandai dengan adanya gelombang Delta.

Pada tahap ini, individu cenderung untuk sulit dibangunkan. Selanjutnya, pada fase REM, individu akan mengalami tidur ringan dan bermimpi. Untuk hypnic jerk sendiri, biasanya terjadi pada fase NREM tahap 1 atau juga pada fase REM.

Lalu, bagaimana cara mengetahui hypnic jerk terjadi pada fase NREM tahap 1 dan REM? Hal tersebut dikarenakan hypnic jerk dapat dengan mudah diidentifikasi oleh electroencephalography (EEG). EEG merupakan alat yang dapat merekam aktivitas listrik atau gelombang yang ada pada otak manusia. Dengan EEG, dapat diketahui bahwa hypnic jerk tidak memiliki korelasi apapun dengan epilepsi melainkan adanya pola artefak pada otot.

Sampai saat ini, belum ada teori maupun penelitian yang dapat menjelaskan secara masuk akal mengapa hypnic jerk dapat terjadi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana pola motorik, sifat fisiologis, dan mekanisme penyebab dari hypnic jerk sendiri belum memiliki jawaban yang jelas.

Walaupun begitu, ada beberapa kemungkinan yang dapat meningkatkan terjadinya hypnic jerk, yaitu asupan kafein berlebihan, melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berat sesaat sebelum tidur, mengalami stres atau perasaan cemas, dan pola tidur yang buruk.

Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya hypnic jerk, kita dapat menghindari kemungkinan-kemungkinan yang dapat menyebabkan terjadinya fenomena ini. Di antaranya dengan mengurangi asupan kafein, menghindari konsumsi stimulan, tidak melakukan aktivitas fisik yang berat sebelum tidur, dan menenangkan diri atau melakukan meditasi sebelum tidur.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa fenomena hypnic jerk sama sekali tidak membahayakan kesehatan manusia. Fenomena ini sangat umum terjadi dalam masyarakat pada berbagai usia dan tidak memerlukan perlakuan medis khusus.

Namun, jika kamu sering mengalami hypnic jerk dan merasa terganggu karena berdampak pada kualitas tidur, kamu dapat menemui dokter untuk mengetahui secara jelas apa yang sedang kamu alami. 

Referensi :

Sathe, H., Karia, S., Desousa, A., & Shah, N. (2015). Hypnic jerks possibly induced by escitalopram. Journal of Neurosciences in Rural Practice, 6(3), 423-424.

Fryer, J. (2014). Hypnic reflex: A spinal perspective. Journal of Sleep Disorders & Therapy, 3(5), 177-179.

Johnson, J. (2019, March 11). What is a hypnic jerk?. Medical News Today.

Kristanto, A. (2017). Epilepsi bangkitan umum tonik-klonik di UGD RSUP Sanglah Denpasar-Bali. Intisari Sains Medis, 8(1), 69-73. 

Angkawidjaja, K. M. A., & Soetjipto. (2020). Sleep disorders in late-life depression. Jurnal Psikiatri Surabaya, 9(1).

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak