Dampak buruk abu vulkanik tidak hanya terjadi pada orang dewasa, namun juga berdampak pada kesehatan anak-anak. Sabtu (4/12/2021) Gunung Semeru mengalami erupsi sehingga sebagian wilayah Jawa Timur terpapar hujan abu vulkanik dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan terutama pada anak-anak.
Menurut riset yang dilakukan Damby DE, dkk menyatakan bahwa abu vulkanik mengandung senyawa berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur dioksida dan unsur logam, sehingga hal tersebut berdampak terhadap beberapa organ pada anak seperti organ sistem pernapasan, kulit, hingga memiliki dampak pada mata.
Berbeda dengan orang dewasa, anak-anak seharusnya diutamakan dalam penanganan pasca bencana erupsi, seperti yang kita tahu anak-anak cenderung lebih aktif dalam beraktivitas dan sulit untuk melakukan perlindungan diri. Menurut laman resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak-anak menghirup udara yang telah bercampur dengan abu vulkanik lebih besar jumlahnya.
Anak-anak juga bernapas lebih sering dan memiliki proporsi ukuran paru lebih besar dibanding dengan orang dewasa, sehingga anak-anak cenderung lebih sensitif terhadap dampak akibat abu vulkanik. Berikut beberapa dampak yang dapat dialami anak-anak berdasarkan organ yang terkena.
Dampak pada saluran pernapasan
![Ilustrasi Freepik.com](https://media.arkadia.me/v2/articles/jihadins/KTuSnLbP8f9v9ZBwegBP844SpfGYo4FQ.png)
Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Bob Wahyudin dalam bukunya yang berjudul Karakteristik Klinik Penyakit Saluran Nafas pada Anak, faktanya selain disebabkan oleh mikroorganisme, abu vulkanik dapat menyebabkan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Infeksi itu ditandai dengan adanya gejala pada anak berupa batuk, napas cepat serta terlihat kemerahan pada bagian rongga mulut.
Hal tersebut kemungkinan akan sangat mengganggu aktivitas karena anak akan menjadi rewel dan gelisah, ditambah lagi kemungkinan karena gejala ISPA, anak tidak nafsu makan, kalau sudah begitu biasanya orang tua akan menjadi khawatir, mengingat asupan makanan adalah sumber energi untuk anak. Kandungan sulfur pada abu vulkanik juga dapat memicu terjadinya asma, apalagi jika gangguan tersebut sebelumnya sudah diderita anak, maka gejala yang akan diterima menjadi lebih buruk dan dibutuhkan penanganan lebih lanjut.
Dampak pada kulit
![Ilustrasi Freepik.com](https://media.arkadia.me/v2/articles/jihadins/B6On0knWL5mLn7Zl2BfnSgLglvzdE0nF.png)
Tidak dapat dipungkiri, kulit anak sangat amat sensitif terhadap lingkungan luar. Sering dijumpai anak-anak setelah bermain atau membersihkan rumah, kulitnya terasa gatal dan kemerahan. Hal tersebut dapat terjadi karena debu atau kotoran yang menempel pada kulit, tetapi hal tersebut sudah sering terjadi pada anak-anak dan dapat dihilangkan dengan membersihkan diri dengan air.
Berbeda dengan abu yang terbawa karena erupsi, ternyata senyawa yang terkandung dalam abu vulkanik bisa menyebabkan reaksi hipersensitivitas pada kulit, atau yang lebih dikenal dengan istilah alergi. Hal ini membuat anak merasakan gatal dan muncul warna kemerahan pada kulit. Berbeda dengan debu yang hanya menempel pada kulit, alergi tidak bisa dihilangkan dengan hanya membasuhnya menggunakan air, namun harus diobati dengan anti alergi. Jika tidak segera ditangani biasanya anak akan menggaruk pada daerah yang gatal, sehingga nantinya akan membuat infeksi pada kulit akibat garukan.
Dampak pada mata
![Ilustrasi Freepik.com](https://media.arkadia.me/v2/articles/jihadins/j9up3xTFYHjVUtzWtln940zeir9jxmLr.png)
Mata adalah salah satu organ yang sensitif terutama pada zat kimia yang bersifat asam, sehingga biasanya hal tersebut membuat perubahan warna pada mata menjadi kemerahan dan terasa gatal. Meskipun tidak membuat fungsi penglihatan jadi menurun, tetap saja pada anak hal ini akan menjadi masalah serius jika tidak ditangani dengan tepat.
Biasanya jika mata terasa gatal hal yang pertama dilakukan anak adalah mengucek mata, hal tersebut sangat tidak dianjurkan mengingat mata adalah organ yang sensitif dan dapat menyebabkan cedera yang serius. Oleh sebab itu ingatkan juga pada anak jika sudah terlanjur terkena abu, langsung dibilas dengan air mengalir.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Katsuaki Kimura, dkk dalam bukunya yang berjudul Effects of Volcanic Ash on Ocular Symptoms: Results of a 10-year Survey on Schoolchildren, menyebutkan bahwa biasanya dampak yang terjadi pada mata akibat abu vulkanik adalah iritasi secara mekanis, artinya partikel abu vulkanik yang berbentuk tidak rata melukai bagian luar mata sehingga dengan mengucek bagian mata malah akan memperparah iritasi.
Setelah mengetahui beberapa dampak yang dapat terjadi karena abu vulkanik, sudah seharusnya kita juga mengetahui beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegahnya. Salah satunya dengan mengajarkan anak-anak bagaimana cara memakai masker dengan benar, melindungi mata menggunakan kacamata, dan memakai pakaian yang tertutup.
Selain itu, tidak ada salahnya untuk menyiapkan obat-obatan jika anak memiliki riwayat penyakit tertentu. Jaga gizi anak dengan pemberian makanan dan minuman yang baik dan tidak lupa untuk mengajarkan anak untuk tetap menjaga kebersihan.
Refrensi:
Damby DE, Horwell CJ, Larsen G, Thordarson T, Tomatis M, Fubini B, Donaldson K. Assessment of the potential respiratory hazard of volcanic ash from future Icelandic eruptions: a study of archived basaltic to rhyolitic ash samples. Environ Health. 2017
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Lindungi Anak Dari Abu Vulkanik. 2018.
Kimura K, Sakamoto T, Miyazaki M, Uchino E, Kinukawa N, Isashiki M. Effects of volcanic ash on ocular symptoms: results of a 10-year survey on schoolchildren. Ophthalmology. 2005
Wahyudin, Bob. Karakteristik Klinik Penyakit Saluran Nafas pada Anak. 2012