Mengenal Bigorexia, Ketika Kamu Terobsesi Menjadi Kuat dan Kekar

Ayu Nabila | N. Zahrani
Mengenal Bigorexia, Ketika Kamu Terobsesi Menjadi Kuat dan Kekar
Ilustrasi otot (freepik.com/freepik)

Dalam era modern ini, perhatian terhadap tubuh dan kebugaran menjadi semakin penting bagi banyak orang. Tampil sehat dan bugar sering kali dianggap sebagai tujuan yang baik. Meskipun memiliki kesadaran akan kesehatan dan kebugaran adalah hal yang positif, seperti halnya segala sesuatu dalam hidup, obsesi yang berlebihan terhadap tubuh yang ideal dapat berubah menjadi masalah serius. 

Salah satu gangguan yang berkaitan dengan obsesi terhadap tubuh ini adalah bigorexia, sebuah kondisi psikologis yang jarang terdengar namun memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan individu yang mengalaminya. Dalam artikel ini, kita akan membahas bigorexia lebih dalam, faktor penyebabnya, dan tanda-tanda yang perlu diwaspadai. 

Apa Itu Bigorexia?

Menurut European Eating Disorders Review. Bigorexia, juga dikenal sebagai gangguan dismorfik otot (Muscle Dysmorphia), adalah gangguan psikologis yang berkaitan dengan obsesi terhadap ukuran, bentuk, dan kekuatan tubuh yang besar dan berotot. Kebalikan dari anoreksia, di mana orang-orang terobsesi dengan menjadi kurus.

Dalam bigorexia, semuanya tentang menjadi lebih besar dan lebih berotot. Orang yang mengalami bigorexia seringkali merasa bahwa tubuh mereka terlalu kecil atau kurang berotot, meskipun dalam kenyataannya mereka mungkin sudah memiliki tubuh yang sangat berotot atau besar. Kondisi ini lebih umum terjadi pada pria, tetapi juga bisa memengaruhi wanita. 

Faktor penyebab bigorexia

Salah satu faktor utama yang memicu bigorexia adalah tekanan sosial yang ada dalam komunitas kebugaran. Budaya yang menekankan pada tubuh ideal yang berotot dan kuat dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis.

Seseorang yang terlibat dalam dunia kebugaran sering merasa terdorong untuk mencapai standar tertentu yang mungkin sulit dipertahankan. Tekanan dari teman dan pelatih kebugaran seringkali memainkan peran penting dalam mendorong seseorang untuk mengidap bigorexia.

Media sosial dan industri kebugaran memainkan peran besar dalam mempromosikan standar. Individu dengan bigorexia sering terpapar dengan gambar tubuh yang "sempurna" dari selebriti kebugaran dan pengguna media sosial lainnya.

BACA JUGA: 5 Jenis Buah yang Bisa Membuat Kulit Cerah Alami, Mana yang Jadi Favoritmu?

Penelitian oleh Sanzari (2023) menunjukkan bahwa paparan berlebihan terhadap gambar-gambar ini dapat memicu perasaan tidak puas terhadap tubuh mereka sendiri dan memperkuat obsesi untuk menjadi lebih besar dan lebih kuat.

Tanda dan gejala pengidap bigorexia

Jadi, bagaimana kamu bisa mengidentifikasi seseorang yang mungkin mengalami bigorexia?  Menurut studi yang dipublikasikan The Journal of clinical psychiatry ada beberapa ciri dan perilaku khas yang perlu di waspadai. Secara fisik, individu dengan bigorexia mungkin menghabiskan waktu berlebihan di gym. Hal itu membuat mereka melakukan latihan berlebihan yang menyebabkan risiko cedera.

Mereka juga mungkin menjadi sangat bergantung pada suplemen, seperti protein bubuk atau kreatin, dan dalam beberapa kasus, bahkan menggunakan steroid untuk mempercepat pertumbuhan otot. Perilaku-perilaku ini dapat mengakibatkan masalah tidak hanya secara fisik tetapi juga sosial dan emosional.

Dari segi perilaku, seseorang dengan bigorexia selalu memeriksa fisik mereka di depan cermin atau secara berlebihan mengukur bagian tubuh. Mereka mungkin sangat ketat dalam hal diet mereka, seringkali menghindari makanan tertentu atau mengikuti diet yang ekstrem. Ketika berurusan dengan aktivitas sosial, mereka mungkin menghindari situasi di mana mereka merasa tubuh mereka tidak dalam kondisi terbaik, yang dapat mengarah pada isolasi.

Secara emosional, bigorexia dapat merusak harga diri dan hubungan. Orang-orang dengan bigorexia sering kali mengaitkan harga diri mereka dengan penampilan fisik mereka, yang mengarah pada perasaan tidak puas yang konstan. Ini dapat merenggangkan hubungan, karena mereka mungkin memprioritaskan rutinitas kebugaran mereka daripada menghabiskan waktu bersama orang yang mereka cintai. 

Pengobatan dan pendekatan terapi

Mengatasi bigorexia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan dukungan dari profesional kesehatan mental. Terapi kognitif perilaku (CBT) telah terbukti efektif dalam membantu individu mengatasi obsesi dan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka. Selain itu, terapi keluarga dan dukungan teman-teman dapat memberikan dorongan yang diperlukan dalam proses pemulihan.

Terapi CBT membantu individu mengenali pola pikir negatif mereka terkait dengan tubuh dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih sehat dan realistis. Dalam terapi keluarga, keluarga dapat memainkan peran penting dalam memberikan dukungan emosional dan mengubah lingkungan yang mendukung pemulihan.

Dalam dunia yang semakin terobsesi dengan penampilan fisik, bigorexia merupakan peringatan bahwa obsesi terhadap tubuh yang ideal dapat berdampak serius pada kesehatan mental dan fisik seseorang. Gangguan ini tidak hanya memengaruhi individu yang mengalaminya, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial dan emosional yang penting dalam kehidupan. Penting untuk diingat bahwa tubuh ideal tidak selalu berarti tubuh yang besar dan berotot. Kesehatan sejati melibatkan keseimbangan antara fisik, mental, dan emosional.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak