Di tengah rutinitas modern, aktivitas makan sering kali menjadi terburu-buru. Kita makan sambil bekerja, sambil mengejar deadline, bahkan tak jarang sambil stres. Makanan cepat saji atau yang tinggi garam, gula, dan lemak jenuh kerap menjadi pilihan utama karena praktis dan mengenyangkan.
Tapi, jarang kita merenung soal apakah makanan-makanan itu sekadar mengisi perut, atau justru diam-diam menggerus ingatan kita untuk 20 tahun ke depan?
Sebuah penelitian terbaru yang dipaparkan dalam pertemuan American Society for Nutrition di Orlando, Florida, Amerika Serikat, memberikan peringatan yang layak kita simak.
Sebagaimana dilaporkan kantor berita UPI, peneliti dari University of Hawaii menganalisis hampir 93.000 orang dewasa berusia antara 45 hingga 75 tahun, dan menemukan bahwa mereka yang memperbaiki pola makannya di usia paruh baya memiliki risiko demensia 25 persen lebih rendah dibanding mereka yang justru memburuk pola makannya.
Bahkan bagi yang tidak memulai dengan diet sehat sejak awal, beralih ke pola makan lebih baik tetap memberi dampak signifikan terhadap kesehatan otak.
Tampaknya ini bukan lagi sekadar slogan “you are what you eat.” Ini adalah bukti ilmiah bahwa apa yang kita konsumsi hari ini membentuk kemampuan otak kita mengingat, berpikir jernih, dan mengenali orang-orang tercinta di masa depan.
Perisai Otak dari Piring Makan
Tim peneliti dari University of Hawaii menggunakan pendekatan MIND diet (Mediterranean-DASH Intervention for Neurodegenerative Delay), gabungan antara Mediterranean diet dan DASH diet yang telah lama dikenal sebagai pola makan yang baik untuk jantung. Namun ternyata, bukan hanya jantung yang mampu dilindungi, otak pun turut dijaga.
MIND diet menekankan konsumsi biji-bijian utuh, sayuran hijau, buah beri, kacang-kacangan, ikan, dan unggas. Sebaliknya, makanan yang disarankan untuk dibatasi termasuk daging merah, keju, makanan yang digoreng, dan makanan manis. Dengan kata lain, ini adalah pola makan yang menghargai kesederhanaan alami bahan pangan, bukan produk olahan pabrik.
Bayangkan saja, saat kita menggantikan satu porsi gorengan dengan sayuran kukus atau mengganti soda manis dengan air infused lemon, kita bukan hanya membuat tubuh terasa lebih ringan, tapi juga sedang menanam benih ingatan yang lebih kuat untuk masa depan.
Gaya Hidup Modern dan Lupa yang Dipercepat
Kita hidup di zaman yang mengedepankan kecepatan. Makanan cepat saji, informasi instan, keputusan tergesa-gesa bagian dari kehidupan kita hari ini. Namun, di antara itu semua, ada satu hal yang justru memerlukan waktu panjang, yakni kesehatan otak.
Sayangnya, perhatian kita sering telat datang. Kita baru peduli setelah mulai sering lupa nama orang, atau kehilangan arah saat berkendara di rute yang biasa kita lewati.
Padahal, gangguan memori tidak terjadi dalam semalam. Ia dibentuk oleh kebiasaan buruk yang dilakukan berulang kali. Terlalu banyak gula menyebabkan peradangan kronis. Lemak trans dapat mengganggu transmisi saraf. Kekurangan antioksidan membuat sel-sel otak lebih mudah rusak.
Dan semua itu, ironisnya, datang dari makanan-makanan yang tampak tak berdosa: biskuit di sore hari, mie instan tengah malam, atau minuman manis saat lembur.
Masih Bisa Diubah, Asalkan Mulai Sekarang
Kabar baiknya, menurut tim peneliti University of Hawaii, perubahan pola makan -- bahkan di usia paruh baya -- masih bisa sangat berdampak. Artinya, tidak perlu menyesal bila kita belum menerapkan diet sehat sejak muda. Yang penting, kita mulai memperbaiki pilihan kita sejak hari ini.
Maka, alih-alih melihat makanan sebagai sekadar sumber energi, mari mulai melihatnya sebagai investasi memori. Sayur dan buah bukan hanya pendamping nasi, tapi pasokan vitamin dan fitonutrien yang dapat memperlambat degenerasi saraf.
Biji-bijian utuh menyediakan serat yang menjaga stabilitas gula darah dan mendukung kerja otak. Ikan seperti salmon kaya omega-3 yang terbukti penting untuk fungsi kognitif.
Ingatan Adalah Harta Tak Ternilai
Bayangkan 20 tahun dari sekarang. Anda duduk di teras rumah, ditemani cucu yang baru bisa membaca. Ia bertanya, “Kakek dulu suka main apa waktu kecil?” Saat itu, Anda menjawab dengan senyum dan paparan cerita yang runut, bukan dengan tatapan kosong serta linglung.
Tentu, hal seperti ini akan sangat bergantung pada keputusan kecil yang Anda buat hari ini, termasuk apa yang Anda makan untuk sarapan saban pagi.
Memori adalah salah satu harta tak ternilai. Ia menyimpan tawa masa lalu, wajah-wajah yang kita cintai, dan siapa diri kita sebenarnya. Jika makanan bisa melindungi memori kita, bukankah layak kita memberi perhatian lebih?
Oleh sebab itu, mulailah dari satu perubahan kecil. Misalnya, tambahkan semangkuk sayur setiap kali sarapan, kurangi satu porsi minuman manis, atau coba makan malam tanpa gorengan. Karena setiap sendok hari ini adalah langkah menentukan menuju ingatan yang lebih baik di esok hari.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS