Berhenti merokok sering dianggap cuma soal niat yang kuat. Padahal, kalau cuma modal tekad, banyak yang tumbang di minggu pertama.
Nikotin bikin otak bergantung, tubuh menjerit saat ditingga", dan pikiran sibuk mencari alasan untuk satu batang lagi. Tapi, kabar baiknya, kamu tidak harus jalan sendirian dalam perjuangan ini.
Baru-baru ini, Ruang Kebijakan Kesehatan Indonesia (RUKKI) menyoroti betapa kuatnya pengaruh industri tembakau di Indonesia. Iklan, sponsor, hingga kampanye sosial kerap membungkus rokok dan vape sebagai pilihan gaya hidup.
Sayangnya, di tengah gempuran narasi seperti itu, akses pada bantuan untuk berhenti merokok seringkali luput dibicarakan, padahal ini sama pentingnya.
Ubah Mindset: Kamu Bukan Pelaku, tapi Korban
Salah satu hal yang harus kamu sadari adalah bahwa kamu juga merupakan korban dari industri rokok itu sendiri. Dengan menyadari dirimu sebagai korban, kamu bisa lebih mudah untuk menyelamatkan diri dan membangun pola hidup yang lebih sehat.
“Mereka harus menyadari kalau mereka itu korban. Jadi, ya, berhentilah untuk menjadi korban kalau mereka sudah tahu dirinya korban,” ujar Mohammad Ainul Maruf, Sekretaris RUKKI, dalam acara Peluncuran & Diskusi Publik Indeks Gangguan Industri Tembakau (TII Index) 2025, di Jakarta, Selasa (14/10/2025).

Di Mana Bisa Cari Bantuan? Ternyata Ada Banyak!
Banyak yang belum tahu, tapi di Indonesia sudah ada layanan berhenti merokok resmi dari pemerintah. Kementerian Kesehatan punya program Upaya Berhenti Merokok (UBM) yang bisa diakses di Puskesmas atau rumah sakit tertentu. Di sana, kamu bisa konsultasi langsung dengan petugas kesehatan, mendapatkan panduan, dan ikut sesi konseling rutin.
Selain itu, ada juga Klinik Berhenti Merokok di beberapa RS besar. Beberapa layanan bahkan menyediakan hotline dan telekonsultasi bagi mereka yang ingin berhenti tapi belum siap datang langsung.
“Sekarang juga, kalau tidak salah, Kemenkes sudah mulai concern di program Upaya Berhenti Merokok, dan mereka juga ada hotline-nya kan sebenarnya yang bisa dihubungi setiap saat. Jadi, kalau perokok butuh bantuan, dia bisa mengakses layanan seperti itu,” tambah Maruf.
Di beberapa kota, komunitas seperti Indonesia Without Tobacco (IWT) dan Quitline Indonesia juga aktif memberikan pendampingan secara daring. Kamu bisa dapat tips, motivasi, dan dukungan dari sesama yang sedang berjuang.
Berhenti Itu Proses, Bukan Lomba Lari Cepat
Menurut artikel dari Business Insider, berhenti merokok butuh pendekatan yang realistis. Ada yang bisa berhenti total dalam sehari, tapi banyak juga yang perlu waktu dan strategi bertahap. Berikut beberapa langkah yang bisa kamu coba:
Kenali Alasanmu: Jangan berhenti karena disuruh, tapi karena kamu sadar mau hidup lebih baik. Entah itu demi keluarga, kesehatan, atau sekadar ingin bernapas tanpa batuk setiap pagi.
Kurangi Secara Bertahap: Kalau langsung berhenti terasa berat, coba kurangi jumlah batang setiap hari. Ganti juga momen “ngopi sambil ngerokok” dengan aktivitas baru, seperti jalan santai atau baca buku.
Alihkan Kebiasaan: Ganti rokok dengan permen mint, sedotan, atau stress ball. Bikin tangan dan mulutmu tetap sibuk tanpa harus merokok.
Cari Dukungan: Jangan malu untuk minta bantuan. Ceritakan rencanamu ke teman, pasangan, atau keluarga. Dukungan sosial bisa membuatmu lebih kuat saat menghadapi craving (rasa ingin merokok yang kuat).
Langkah Kecil yang Berdampak Besar
Berhenti merokok bukan cuma soal kesehatan, tapi juga bentuk perlawanan terhadap sistem yang membuat kita tergantung. Industri bisa terus mengiklankan dan menormalisasi rokok, tapi keputusan untuk berhenti tetap ada di tangan kita.
Kalau kamu gagal di percobaan pertama, tidak apa-apa. Banyak mantan perokok yang baru berhasil setelah berkali-kali mencoba.
Yang penting, kamu tidak berhenti mencoba. Karena berhenti merokok bukan tentang siapa yang paling cepat, tapi tentang siapa yang paling berani untuk memulai lagi setiap kali jatuh.
(Flovian Aiko)