Kanker payudara adalah salah satu jenis kanker yang paling sering terjadi, dan menurut data World Health Organization serta Kemenkes RI, kasusnya terus meningkat setiap tahun. Namun, kabar baiknya: peluang kesembuhan bisa sangat tinggi bila terdeteksi sejak dini.
Tantangannya? Banyak orang, terutama anak muda, masih terjebak oleh mitos yang bikin salah paham. Karena itu, penting untuk membedakan mana informasi akurat dan mana yang hanya “katanya” belaka.
Di bawah ini, setiap mitos akan dijelaskan dengan fakta ilmiah yang merujuk pada lembaga kesehatan internasional yang kredibel.
1. Mitos: Kanker payudara hanya menyerang perempuan.
Fakta dari WHO dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan bahwa kanker payudara memang jauh lebih banyak terjadi pada perempuan, tetapi laki-laki juga bisa terkena. Menurut CDC, pria memiliki jaringan payudara dalam jumlah kecil yang tetap bisa berkembang menjadi sel kanker.
Meski kasus pada laki-laki lebih jarang, keluhan seperti benjolan di area dada tidak boleh diabaikan. Kurangnya awareness pada laki-laki justru membuat diagnosis sering terlambat.
2. Mitos: Bra kawat menyebabkan kanker payudara
Fakta American Cancer Society (ACS) menegaskan tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bra berkawat atau bra ketat dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Sejauh ini, tidak ada studi medis kredibel yang menemukan hubungan antara jenis bra dan perkembangan sel kanker.
Faktor risiko yang benar-benar signifikan justru meliputi usia, gaya hidup, hormon, dan riwayat keluarga: not bra.
3. Mitos: Kalau tidak punya riwayat keluarga, berarti aman
Ini salah satu miskonsepsi terbesar. Menurut American Cancer Society (ACS), lebih dari 80% pasien kanker payudara justru tidak memiliki riwayat keluarga sama sekali. Faktor keturunan memang meningkatkan risiko, tapi bukan syarat.
Sel kanker bisa muncul akibat kombinasi faktor hormonal, usia, mutasi gen spontan, paparan lingkungan, hingga pola hidup. Jadi, siapa pun tetap perlu aware.
4. Mitos: Kanker payudara selalu ditandai benjolan
Benjolan memang salah satu gejala paling umum, tetapi kanker payudara tidak selalu muncul sebagai benjolan. WHO mengingatkan bahwa tanda lain yang perlu diperhatikan meliputi: perubahan bentuk payudara, kulit tampak mengerut seperti kulit jeruk, puting tertarik ke dalam, perubahan warna kulit, atau keluar cairan abnormal dari puting.
Karena gejalanya bisa samar, deteksi dini menjadi sangat penting.
5. Mitos: Gaya hidup tidak berpengaruh pada risiko kanker payudara
WHO dan National Cancer Institute (NCI) menyatakan bahwa pola hidup sehat berperan besar menurunkan risiko kanker payudara.
Faktor yang terbukti membantu termasuk: menjaga berat badan sehat, rutin olahraga, mengurangi konsumsi alkohol, tidak merokok, mengatur pola makan kaya buah dan sayuran, serta cukup tidur.
Meskipun tidak bisa mencegah 100%, gaya hidup sehat terbukti mengurangi risiko secara signifikan.
Awareness adalah Bentuk Self-Care
Membangun kesadaran tentang kanker payudara bukan tentang menakut-nakuti diri sendiri, tetapi soal memahami tubuh dan menjaga kesehatan lebih awal.
WHO menekankan bahwa semakin cepat tanda-tanda dikenali, semakin besar peluang keberhasilan pengobatan.
Langkah sederhana seperti SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) setiap bulan sudah bisa membuat perbedaan besar.
Dengan mengenali fakta yang benar dan menjauhi mitos, kita tidak hanya menjaga diri sendiri, tapi juga membantu orang-orang di sekitar kita mengambil keputusan kesehatan yang lebih baik.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS
 
                 
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                     
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                 
                