Hari Bela Negara diperingati kembali setiap tanggal 19 Desember. Biasanya, momen ini identik dengan upacara dan pidato resmi. Namun, makna bela negara justru lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari warga Indonesia.
Meskipun sering dikaitkan dengan mengangkat senjata atau keterlibatan dalam sektor pertahanan, makna bela negara sesungguhnya jauh lebih luas. Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dilandasi kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, serta kemauan untuk berkontribusi sesuai peran masing-masing. Artinya, setiap orang punya ruang untuk membela negara dengan caranya sendiri.
Dalam praktik sehari-hari, bentuk bela negara bisa terlihat dari hal-hal yang sangat sederhana. Misalnya, mematuhi aturan lalu lintas. Terdengar sepele, tetapi disiplin di jalan raya berkaitan langsung dengan keselamatan orang lain dan ketertiban bersama. Sikap ini mencerminkan kepedulian terhadap sesama warga, yang menjadi salah satu nilai dasar bela negara.
Bela negara juga tercermin dari kejujuran dalam kehidupan sosial: tidak memanipulasi data, tidak mengambil hak orang lain, serta bertanggung jawab atas pekerjaan atau amanah yang diemban. Kontribusi warga negara melalui perilaku jujur dan bertanggung jawab menjadi dasar penting dalam menjaga kepercayaan sosial dan stabilitas negara.
Di era digital, bela negara bisa hadir lewat literasi informasi. Menyaring informasi sebelum membagikannya, tidak ikut menyebarkan hoaks, dan berani menghentikan arus kabar bohong di lingkaran terdekat merupakan bentuk perlindungan terhadap ruang publik. Informasi yang keliru tidak hanya menyesatkan, tetapi juga berpotensi memecah belah masyarakat.
Hal sederhana lainnya adalah menjaga toleransi. Menghargai perbedaan pendapat, latar belakang, maupun keyakinan menjadi bagian penting dari upaya merawat persatuan. Semangat bela negara berfokus pada upaya menjaga agar perbedaan tidak berubah menjadi konflik, alih-alih memaksakan keseragaman.
Kontribusi kecil, seperti ikut kegiatan sosial, membantu tetangga yang kesulitan, hingga peduli pada lingkungan sekitar, juga tidak bisa dipisahkan dari semangat bela negara. Ketahanan nasional tidak hanya dibangun dari aspek militer, tetapi juga dari solidaritas sosial dan kepedulian antarwarga.
Hari Bela Negara pada akhirnya menjadi pengingat bahwa nasionalisme tidak selalu hadir dalam bentuk besar dan heroik. Semangat itu dapat diwujudkan lewat rutinitas harian, dalam pilihan-pilihan kecil yang sering luput dari kesadaran. Dari cara kita bersikap, berinteraksi, hingga bertanggung jawab sebagai warga, bela negara sebenarnya sudah kita lakukan meski tanpa seragam dan upacara.