Ada gak pernah rasain momen sangat menyebalkan? Iya saya rasa pasti dong, entah bentuknya seperti, tapi itu hal lumrah terjadi pada anak cucunya Adam (alias kita-kita ini). Momen menyebalkan memang menggugah hati bahkan bisa saja menyakiti hati, ya tergantung lagi tingkat momen seperti apa, kalau abis dicampakkan orang atau disakiti oleh orang yang disaksikan dengan mata kepala sendiri, tentu momen itu akan ada rasa sebal yang ditimbulkan dan bisa lebih awet pula.
Terlepas dari itu, momen menyebalkan tidak baik juga terlalu mendominasi kita, jangan sampai karena dengan sulitnya melupakan momen sebal justru membuat kita tak memiliki gairah lagi, kan itu sangat fatal akibatnya. Lagi-lagi penting untuk berusaha sebisa mungkin agar momen sebal diganti dengan aktivitas yang lebih produktif.
Tapi tunggu dulu bos, tidak segampang itu kok? Ya benar sekali, tidak gampang memang, tapi bukan berarti tidak bisa. Tergantung juga momennya seperti apa lalu bisa menggantinya dengan hal produktif yang lain.
Mungkin tak jauh-jauh beda dengan yang lain, setidaknya ada empat momen yang menyebalkan bagi saya tapi bisa kok digantinya untuk nulis, dan melalui itu setidaknya ada beberapa tulisan saya yang sudah terpublish.
1. Terjebak hujan
Momen ini mungkin tak sedikit orang mengalaminya, terjebak hujan di jalan saat sedang mengendarai motor. Hanya ada dua pilihan kalau terjebak hujan saat sedang naik motor, yakni menerobos tapi rela diterpa air hujan atau singgah di jalan untuk berteduh. Iya, kalau tidak ada barang berharga yang tidak bisa dikenai air hujan bisa saja akan menerobos, tapi kalau ada kan bisa merusak barang itu, maka tentu singgah untuk berteduh menjadi pilihan alternatif.
Di momen ini bisa saja mengundang perasaan yang menyebalkan, termasuk saya salah satunya. Bukan satu dua kali saya singgah berteduh karena terjebak hujan, dan itu selalu saja ada perasaan sebal dibuatnya. Entah karena kebetulan karena ada urusan terburu-buru namun tak memungkinkan saya berbasah-basah, dan memang menunggu itu menyebalkan seperti menunggu cintamu padaku, wkwkwk.
Karena tidak ada pilihan lain, bagiku menulis menjadi alternatif terbaik mengganti rasa sebal itu. Ide bisa saja banyak muncul di momen itu, dan juga dapat membuat tangan lebih bergairah menuliskan isi yang ada dalam kepala melalui catatan di HP.
Hingga akhirnya pun, waktu tak terasa dan hujan sudah selesai, kan enak kalau menunggu hujan reda waktunya terasa singkat dan disisi lain bisa menghasilkan tulisan, termasuk tulisan yang sobat baca ini idenya dari saat terjebak hujan di jalan.
Daripada ngantuk dan marah kepada air hujan, mending nulis saja. Kalau gak terbiasa nulis tentu beda lagi ceritanya, hehehe. Mungkin bisa cari alternatif lain dengan membaca berita atau nonton video youtube.
2. Nunggu dosen pembimbing
Siapa sih tidak sebal kalau dijanji dosen pembimbing jam 9 tapi datangnya baru jam 10 atau jam 11. Menunggu dosen untuk revisi skripsi juga hal lumrah terjadi di dunia kampus. Seingat saya juga pernah ngalamin dijanji jam 9 tetapi datangnya sudah jam 10 lewat, padahal chat di WhatsApp kalau saya disuruh tidak boleh terlambat. Ini sih tidak terlalu apa-apa bangat bagi saya, tetapi belum tentu yang lain kalau pernah juga ngalamin hal seperti ini.
Tetapi yang jelas itu membuat saya harus menunggu dan tak ada pilihan lain kecuali menunggu sambil megang-megang HP. Lagi-lagi momen itu saya kembali bisa membuat satu tulisan, kan lumayan itu bisa menjadi kebanggaan kalau terbit di media. Ide-ide tentang kampus dan mahasiswa juga kerap muncul karena dihadapkan langsung dengan nuansa kampus.
3. Ngantri di bank atau di kantor yang ada antriannya
Ngantri di bank juga bisa menjadi kekesalan tersendiri kalau lagi banyak orang sementara kita buruh-buruh. Selain baca koran dan bermedia sosial untuk menunggu nomor antrian dipanggil, menulis juga sangat produktif dilakukan.
Saya pun demikian, tidak menyia-nyiakan waktu nunggu saya itu hanya duduk diam menunggu antrian dipanggil, karena kerap saya merasa terkesan terlalu lama baru bisa dipanggil kalau fokusnya hanya nunggu nomor antrian dipanggil.
Maka jurus pamungkas yang saya gunakan, iya lagi-lagi menulis. Walau kadang tulisan saya tidak selesai kemudian sudah waktunya dipanggil, tetapi saya bisa melanjutkannya saat sudah sampai di rumah. Kondisi itu juga membuat saya terasa tidak lama ngantri di bank.
4. Saat kehilangan orang tercinta
Kalau yang ini hal tak bisa diduga kapan dan dimana bisa terjadi. Namanya juga kehilangan orang tercinta, bukan hanya rasa sebal yang dirasakan tetapi sudah menjadi kesedihan dan sakit hati. Misalnya kehilangan keluarga ataupun pasangan. Move on dari sakit hati itu tidak mudah, namun lagi-lagi perlu ada usaha untuk mengalihkan saki hati itu. Karena kalau tidak, bisa saja membuat tambah sakit hati dan sulit melangkah lagi.
Apa pun cara yang dilakukan untuk ngilangin rasa sakit hati, itu semuanya sah-sah saja, asalkan tidak bunuh diri. Kalau dari pengalaman saya saat merasakan kesedihan, saya tumpahkan semua yang saya rasakan untuk menulis.
Menulis pada kondisi itu, saya merasa bebas untuk berekspresi dan mengungkapkan semua rasa sakit hati saya, meskipun tidak bisa langsung ngilangin sakit hati saya, tetapi setidaknya ada kegembiraan tersendiri yang saya rasakan, apalagi kalau sudah diterbitkan di yoursay.id, wkwkwk.
Itulah momen dan pengalaman saya yang menyebalkan, namun disisi lain saya bisa dapatkan ide dan membuat tulisan. Kalau yang saya dapatkan, rasa sebalnya berkurang atau bahkan bisa ilang karena sudah tergantikan dengan hasil tulisan yang saya buat, lagi-lagi ini teruntuk buat orang-orang yang memang suka nulis, dan kalau pembaca yang gak biasa menulis, saya angkat tangan untuk tidak memberikan tips dan saya pun akhiri tulisan saya ini dengan hormat.
Video yang Mungkin Anda Sukai.