3 Alasan Penulis Tidak Boleh Jatuh Cinta terhadap Tulisannya Sendiri

Hayuning Ratri Hapsari | zahir zahir
3 Alasan Penulis Tidak Boleh Jatuh Cinta terhadap Tulisannya Sendiri
Ilustrasi menulis (Pixabay/thomas janes)

Banyak yang bilang menggeluti dunia tulis menulis adalah sebuah kegiatan yang seringkali dilakukan seseorang dalam waktu senggang. Bisa pula menjadi sebuah hobi ataupun bahkan sebagai salah satu metode dalam menjaga kesehatan mental.

Selain itu, menulis bisa menjadi salah satu kegiatan yang dapat menambah penghasilan seseorang. Umumnya sekarang banyak orang yang menggeluti dunia tulis menulis untuk menambah penghasilan atau bahkan menjadin pekerjaan utama.

Hal ini tentunya yang membuat banyak orang menggeluti dunia ini dengan berbagai tujuan. Bagi kamu yang menggeluti atau sedang mencoba menggeluti dunia tulis menulis, ada istilah bahwa dirimu tidak boleh jatuh cinta berlebihan terhadap tulisanmu sendiri.

BACA JUGA: Syarifah Kegirangan Bisa Bergandengan Tangan dengan Ferdy Sambo, Netizen: Emang Agak Lain

Mengapa demikian? Mari kita ulas alasannya berikut ini.

1. Menyebabkan Menjadi Anti-kritik

Menyebabkan Anti-Kritik (pixabay/roberts lanning)
Menyebabkan Anti-Kritik (pixabay/roberts lanning)

Seluruh hal di dunia ini dipastikan hampir tidak akan ada yang sempurna, termasuk sebuah karya tulisan. Tulisan yang baik tentunya dapat menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi sang penulis yang membuatnya.

Apalagi jika tulisan tersebut rama diperbincangkan atau bahkan laris manis dipasaran apabila dibukukan atau dipublish. Hal inilah yang bisa menjadi sebuah boomerang bagi sang penulis apabila dia tidak mampu mengolah rasa bangganya tersebut.

Tulisan yang baik dan terlihat sempurna belum tentu memiliki celah atau kekurangan yang kurang terlihat oleh mata awam. Namun, tentunya apabila ada sebuah kekurangan dalam tulisan kita, misalnya adanya typo atau salah ketik, atau mungkin adanya beberapa konten tulisan yang bisa menjadi kekurangan dari hasil karya kita tersebut.

Di sinilah kita harus belajar bijak dalam menyikapi setiap kritik yang ada. Bukan malah memposisikan diri kita sebagai pihak yang anti-kritik. Kritik tentunya jika dimaknai dengan bijak justru dapat menjadi sebuah pembelajaran bagi diri kita sendiri agar lebih baik kedepannya.

2. Tidak Mau Melihat atau Membaca Hasil Karya Orang Lain

Tidak Mau Membaca Karya Orang Lain (unsplash/garbage)
Tidak Mau Membaca Karya Orang Lain (unsplash/garbage)

Prinsip awal dari seorang penulis sebelum membuat karya tentunya adalah rutin membaca baik buku, artikel maupun karya apapun dari orang lain yang dapat dijadikan inspirasi atau pembanding dalam karya yang sedang kita kerjakan.

Namun, terkadang jika seseorang sudah terlalu percaya diri dengan kemampuan dirinya atau bahkan dengan karya tulisannya, umumnya dia tidak akan membaca karya atau hasil tulisan dari orang lain.

Dengan kata lain, dia mengganggap tulisannya sudah sedemikian sempurna sehingga tidak perlu dibandingkan dengan milik orang lain.

Hal ini tentunya merupakan pemahaman yang sangat keliru. Tentunya membaca karya orang lain bukan berarti kamu harus membandingkan karyamu dengan milik orang tersebut.

Hal ini perlu dimaknai sebagai bagaimana membua tulisan yang cukup baik dengan melihat beragam karya milik orang lain yang dirasa kita cukup baik dan populer. Tentunya dengan sering-sering membaca karya milik orang lain bisa sekaligus menambah khazanah tulisanmu sendiri.

3. Menjadi Mudah Terbawa Perasaan

Ilustrasi Sebuah Tulisan (unsplash/mark russell)
Ilustrasi Sebuah Tulisan (unsplash/mark russell)

Kasus ini seringkali terjadi pada seorang penulis yang tulisannya ditolak, gagal dipublish atau kalah dalam sebuah lokakarya atau lomba kepenulisan.

Bila kita mengalami hal tersebut, seyogyanya kita menerima dengan lapang dada dan belajar dari pengalaman. Namun, dalam beberapa kasus beberapa penulis seringkali terbawa perasaan ketika karyanya ditolak oleh penerbit atau media yang dia kirimi naskah atau draft tulisannya.

BACA JUGA: CEK FAKTA: Belum Genap Dua Bulan Menikah, Kaesang dan Erina Tempuh Meja Hijau, Benarkah?

Bahkan, tidak jarang pula dia ikut terlalu mengkritisi tulisan dari penulis lain yang diterima oleh media atau penerbit tersebut. Hal ini tentunya merupakan sesuatu yang sangat salah dan disebabkan diri kita terlalu jatuh cinta dengan tulisan kita sendiri.

Tentunya pihak media atau penerbit memiliki kriteria tersendiri dari tulisan yang diterima atau dipublish. Apabila tulisan kita ditolak itu berarti belum sesuai dengan kriteria mereka dan seyogyanya kita bisa mengambil segala hikmah dari hal tersebut dan mencoba lebih baik lagi di lain kesempatan.

Nah, itulah beberapa alasan yang perlu diketahui olehmu jika seorang penulis tidak boleh jatuh cinta secara berlebihan terhadap tulisannya sendiri. Hal ini tentunya akan menyebabkan kita terjebak di pemikiran kita sendiri dan menolak segala hal yang berasal dari luar dan yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.

Sebuah penolakan tentunya bukanlah sebuah akhir, namun bisa menjadi peluang bagi kita untuk membuka jalan baru yang lebih baru dan lebih sukses lagi.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak