Komunikasi antar Pemain Menjadi PR Besar Ganda Putra Indonesia

Hikmawan Firdaus | Agus Siswanto
Komunikasi antar Pemain Menjadi PR Besar Ganda Putra Indonesia
Bagas/Fikri, pasangan ganda putra Indonesia saat hadapi Ahsan/Hendra (instagram/@badminton.ina)

Secara kuantitas sebenarnya tidak ada masalah dengan ganda putra Indonesia. Apalagi jika dibandingkan dengan sektor Tunggal. Dalam nomor ganda putra stok yang dimiliki termasuk banyak.

Satu hal yang juga patut disyukuri adalah dalam kualitas. Dari 5 pasangan ganda yang dimiliki, secara kualitas tidak jauh beda. Buktinya dalam Denmark Open 2023, Bagas/Fikri mampu mengalahkan seniornya, Fajar/Rian.

Lepas dari kondisi Fajar/Rian yang mungkin sedang down, ini sebagai bukti jarak antara mereka tidak terlalu lebar. Bahkan terkadang para pasangan muda ini kalah dari Ahsan/Hendra, seperti saat Pramudya/Yeremia di babak 32 besar Denmark Open 2023.

Namun yang jadi masalah, belakangan sektor ini merasakan paceklik gelar. Dalam beberapa ajang, mereka begitu mudah dikalahkan. Seperti Fajar/Rian yang beberapa kali harus kalah di babak awal. Padahal lawan yang dihadapi secara level, jauh di bawah mereka.

Kenyataan inilah yang mengundang tanda tanya besar. Beberapa negara lain yang mempunyai jumlah pasangan terbatas, justru banyak meraup gelar. Lihat saja seperti India, Korea Selatan, Jepang, maupun China Taipei.

Mereka yang hanya mempunyai satu atau dua pasangan saja, justru mampu meraih gelar. Sementara Indonesia dengan stok melimpah, justru nirgelar.

Namun memang kenyataan inilah yang tersaji. Para pemain Indonesia selalu tampil dalam situasi tertekan, tidak enjoy seperti pasangan negara lain. Hal itu terlihat jelas pada raut muka mereka. Tampak kesan mereka tidak bisa bermain lepas.

Jika hal ini yang terjadi, dapat dipastikan penampilan mereka tidak akan optimal. Karena situasi batin yang tidak nyaman, justru mampu dibaca dan dimanfaatkan lawan. Seperti kemarin saat Bagas/Fikri menghadapi Aaron Chia/Soh Wooi Yik.

Bagas/Fikri justru sering melakukan kesalahan sendiri. Sikap tegang, kurang percaya diri, takut kalah dan segalanya, membuat permainan mereka rusak. Ujung-ujungnya kalah.

Hal lain yang juga kentara adalah komunikasi antar pemain. Hal ini jarang ditemukan. Mulai dari saling memberi support, ‘ngobrol’ sebelum melakukan serve. Atau juga memberi kode pada pasangan tentang model serve yang akan dipergunakan.

Di sisi lain hal-hal seperti ini justru dipertontonkan oleh pemain negara lain. Dapat disaksikan bagaimana Rankireddy/Shetty selalu ‘ngobrol’ saat akan melakukan serve. Atau juga Kang Min Hyuk/Seo Seung Jae memberi kode tentang model serve yang akan dipergunakan.

Pasangan Indonesia justru terkesan bermain sendiri-sendiri. Apalagi kalau salah satu di antaranya melakukan kesalahan, muncul gestur kesal dari pasangan. Sebagai pasangan, jelas hal ini tidak boleh dilakukan. Justru saling support yang didahulukan.

Akhirnya PR besar ini memang harus segera diselesaikan. Harapannya pada tahun mendatang stok yang begitu melimpah di sektor ganda putra mampu menuain prestasi.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak