Bakal Tentukan Pelatih Anyar dalam Waktu Dekat, PSSI Harus Belajar dari Kasus STY dan Indra Sjafri

Sekar Anindyah Lamase | M. Fuad S. T.
Bakal Tentukan Pelatih Anyar dalam Waktu Dekat, PSSI Harus Belajar dari Kasus STY dan Indra Sjafri
Pertandingan antara Timnas Indonesia melawan Irak di ronde keempat babak kualifikasi Piala Dunia 2026 (dok. AFC)

Tanda-tanda bakal terungkapnya pelatih anyar Timnas Indonesia senior dalam waktu dekat belakangan ini kian menguat. Setelah kurang lebih dua bulan pasca pemecatan Patrick Kluivert dari kursi nakhoda Skuat Garuda, induk sepak bola Indonesia mulai memberikan tanda-tanda bakal merilis nama pengganti.

Memang, jika dibandingkan dengan sebelumnya, penentuan pelatih Timnas Indonesia senior kali ini terbilang cukup lama. Pasalnya, sepertimana informasi yang diunggah oleh kanal YouTube Suara.com, PSSI sendiri tak ingin mengulang tragedi "beli kucing dalam karung" yang sempat mereka lakukan ketika menunjuk Kluivert di bulan Januari 2025 lalu.

Sejatinya, langkah yang dilakukan oleh federasi pada penentuan kali ini terbilang sangat berhati-hati. Meskipun terkesan lamban, namun faktor ingin mendapatkan pelatih yang tepat bagi Pasukan Garuda menjadi sebuah pertimbangan tersendiri yang mana menempati porsi terbesar dalam menentukan hasil akhir.

Terlebih lagi, dalam beberapa tahun belakangan ini, PSSI sudah mendapatkan dua bukti nyata yang saling bertolak belakang dalam diri Shin Tae-yong dan Indra Sjafri.

Sebuah pengalaman yang sangat berharga di mana peningkatan prestasi yang didapatkan oleh sebuah tim tak sepenuhnya bergantung pada materi pemain yang dimiliki, namun juga dikarenakan kualitas melatih dari sang nakhoda.

Perbandingannya seperti ini: Ketika Timnas Indonesia dengan materi pas-pasan diserahkan kepada Shin Tae-yong, Pasukan Garuda berhasil bertransformasi menjadi tim militan yang cukup disegani. Bukan hanya di level regional Asia Tenggara, namun juga di tingkatan benua Asia.

Seperti misal, di babak kualifikasi Piala Asia 2023 lalu, Timnas Indonesia asuhan STY hanya bermodalkan pemain berdarah campuran yang jumlah totalnya bisa dihitung dengan jari satu tangan yakni Elkan Baggott dan Marc Klok. Namun pada kenyataannya, tim itu berhasil lolos ke putaran final Piala Asia 2023 dan mempermalukan Kuwait yang bertindak sebagai tuan rumah babak kualifikasi.

Sementara di sisi lain, Indra Sjafri justru memberikan pengalaman yang sangat berbeda. Dibekali dengan barisan pemain mewah, pelatih asal Sumatra Barat tersebut justru tak mampu menaklukkan gelaran berlevel regional sekelas SEA Games yang dilangsungkan di Thailand.

Alih-alih mempertahankan medali emas yang digapainya dua tahun lalu, Indra Sjafri yang membawa sejumlah nama mewah sekelas Muhammad Ferarri, Ivar Jenner, Rafael Struick, Jens Raven hingga Mauro Zijlstra justru pulang cepat dan tak mampu lolos ke fase gugur.

Dari dua kasus ini, PSSI harus benar-benar belajar agar nantinya tak kembali mengambil keputusan yang salah. Dari STY dan Indra Sjafri, mereka bisa belajar bahwa sejatinya kumpulan pemain yang berkualitas tak serta merta membuat mereka menjadi kekuatan yang disegani jika tak disertai polesan pelatih yang tepat.

Dengan kata lain, ketika sebuah tim diserahkan kepada pelatih yang berkualitas, komposisi pemain dengan kualitas yang biasa-biasa saja pun bisa menjadi sebuah monster yang mengerikan bagi lawan-lawannya. Sementara kebalikannya, jika kumpulan pemain berkualitas diserahkan kepada pelatih yang tak berpengalaman, maka kehadiran mereka dalam sebuah event atau turnamen bisa jadi hanya sebagai pelengkap semata.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak