Pola Hubungan Anies dan Jakmania dalam Sudut Pandang Gaya Kepemimpinan

Tri Apriyani | Ulil Abshor
Pola Hubungan Anies dan Jakmania dalam Sudut Pandang Gaya Kepemimpinan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menyambut pemain Persija di halaman Gedung Balaikota, Jakarta Pusat, Sabtu (15/12). [Suara.com/Fakhri Hermansyah]

Kursi kepemimpinan di DKI Jakarta merupakan salah satu jabatan yang selalu mendapatkan perhatian berlebih dari masyarakat Indonesia. Bagi banyak orang, kursi kepemimpinan di DKI Jakarta merupakan miniatur dari kepemimpinan negara Indonesia secara keseluruhan. Oleh karena itu, siapapun yang menduduki kursi jabatan Pemprov DKI Jakarta tidak akan terlepas dari perhatian bagi masyarakat untuk diperbincangkan. Salah satu kepemimpinan yang turut menjadi perbincangan adalah proses kepemimpinan Anies Baswedan di DKI Jakarta.

Sosok Anies Baswedan

Anies Baswedan dikenal sebagai sosok pemimpin yang santun, cerdas, serta dekat dengan masyarakat yang menjadi objek dari kepemimpinannya jauh sebelum Anies menjabat di DKI Jakarta.

Ciri khas tersebut kembali dibawa oleh Anies dalam masa kepemimpinannya di DKI Jakarta. Pembawaannya yang tenang serta didukung oleh kemampuan komunikasi publik yang baik membuat sosok Anies mudah mendapatkan hati masyarakat kecil. Kelebihannya tersebut menjadi gaya kepemimpinan yang dipilih oleh Anies dalam upayanya memengaruhi masyarakat. Melalui pembawaan kepemimpinan yang partisipatif serta didukung kemampuan untuk melakukan pendekatan terhadap berbagai lapisan masyarakat DKI Jakarta yang dapat memengaruhi kepemimpinannya.

Kita tentu ingat bagaimana sejak masa kampanye Pilgub DKI Jakarta, sosok Anies bersama pasangannya waktu itu, Sandiaga Uno dicirikan sebagai pasangan calon kegemaran emak-emak di Jakarta. (Hanifan, 2017).

Lebih lanjut, ketika Anies menginisiasi istilah penggeseran dibandingkan penggusuran yang akrab dengan pemimpin pada periode sebelumnya. Hal tersebut merupakan serangkaian langkah pendekatan Anies dalam upayanya meningkatkan kepercayaan dalam kelompok masyarakat yang memiliki pengaruh bagi kepemimpinannya.

Lebih lanjut, bagi penulis terdapat satu pola hubungan kedekatan yang juga dibangun oleh Anies dalam kepemimpinannya di DKI Jakarta yang cukup strategis dan berhasil dilakukan oleh Anies Baswedan dalam upayanya meningkatkan kepercayaan terhadap konstituennya di DKI Jakarta. Hubungan tersebut adalah kedekatan yang dibangun oleh Anies dengan kelompok pendukung klub sepakbola Persija Jakarta, atau yang biasa dikenal dengan Jakmania.

Anies dan Jakmania

Hubungan antara Gubernur Anies Baswedan dengan Kakmania dimulai sejak masa kampanye Pilgub DKI Jakarta 2017 berlangsung. Pada saat itu, pasangan Anies-Sandiaga menyertakan janji kampanye nya berupa rencana pembangunan Stadion Bersih Manusiawi Wibawa (BMW) atau yang kini dikenal sebagai Jakarta International Stadium (JIS) di Tanjong Priok, Jakarta Utara (Kompas Tv, 2017).

Stadion tersebut diproyeksikan untuk menjadi kandang Persija Jakarta yang baru setelah terusir dari Stadion Lebak Bulus akibat rencana pembangunan yang dilakukan oleh Pemprov DKI 2013 lalu.

Bagi Jakmania, janji kampanye tersebut disambut positif karena semenjak terusir 13 tahun lalu, belum terlihat rencana yang nyata dari sosok Gubernur DKI Jakarta dalam menaruh perhatian terhadap Persija Jakarta. Bahkan sebelumnya, perseteruan antara Jakmania dan Pemprov DKI kerap terjadi.

Sebagai contoh, pada masa kepemimpinan Gubernur Basuki Tjahatja Purnama (Ahok) di DKI Jakarta, hubungan Jakmania dengan Pemprov DKI memanas setelah rencana Ahok untuk mengakuisisi Persija menjadi kepemilikan Pemprov DKI Jakarta (Faqih, 2014).

Oleh karena itu, kehadiran Anies dengan rencana kebijakannya seperti angin segar bagi pendukung tim sepakbola berjulukan macan kemayoran tersebut. Meskipun 2 pasangan calon yang menjadi kompetitor Anies-Sandi (AHY-Sylvi dan Ahok-Djarot) pada saat itu juga turut menjanjikan pembangunan stadion bagi Persija, tetapi hasil akhir pemilihan memenangkan pasangan Anies-Sandiaga sehingga hubungan antara Anies dan Jakmania berlanjut hingga masa kepemimpinan Anies di Jakarta.

Kedekatan Anies dan Jakmania sempat dikritik karena dianggap sebagai sebuah langkah politis untuk memenangkan massa pada masa kampanye saja. Sebaliknya, hubungan antara keduanya semakin erat setelah Anies menjabat. Anies dan Jakmania menunjukkan hubungan positif yang terlihat dari kehadiran Anies dalam berbagai momen penting Jakmania seperti kehadiran Anies dalam Final Piala Presiden di mana Persija keluar sebagai juaranya pada 2018 silam. Anies juga terlihat hadir dalam beberapa laga Persija dalam ajang kompetisi sepakbola Liga Indonesia.

Anies juga turut serta dalam parade perayaan juara yang berakhir kepada penyambutan tim Persija Jakarta di Balaikota DKI Jakarta. Meskipun beberapa hubungan dilaksanakan antara Anies dan institusi Persija, namun sinyal hubungan tersebut disambut positif oleh Jakmania (Rudi, 2018).

Hal tersebut diakui oleh eks Ketua Umum Jakmania, Ferry Indrasjarief. Bung Ferry, sapaan akrabnya menyatakan bahwa tanpa campur tangan Anies, beberapa momen Persija mungkin saja terhambat. Salah satunya adalah momen perayaan juara di Jakarta. Anies, menurutnya memiliki andil besar sehingga Jakmania perlu berterima kasih.

Hal serupa juga diucapkan oleh eks Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade bahwa sosok Anies benar-benar menjadi orang tua bagi Persija dengan segala kontribusinya bagi tim macan kemayoran.

Pola Hubungan Anies dan Jakmania dalam Sudut Pandang Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin bertugas untuk memberikan pengaruh terhadap objek kepemimpinannya. Dalam rangka memberikan pengaruh, berbagai strategi dilakukan oleh seorang pemimpin. Serangkaian strategi yang dipilih dan digunakan oleh seorang pemimpin dalam mencapai tujuannya disebut dengan gaya kepemimpinan.

Gary Yukl (2013) mengklasifikasikan berbagai meta kategori perilaku seorang pemimpin. Salah satu meta kategori tersebut adalah berkaitan dengan external leadership behavior. Pada meta kategori ini, Yukl menekankan bagaimana seorang pemimpin berperilaku dengan berlandaskan terhadap 3 prinsip yaitu jaringan, pemindaian lingkungan, dan representasi.
Hubungan yang dibentuk oleh Anies Baswedan dengan Jakmania pada masa kepemimpinannya di DKI Jakarta merupakan contoh yang baik untuk menggambarkan bagaimana external leadership behaviour dilakukan oleh seorang pemimpin.

Prinsip yang pertama yaitu berkaitan dengan jaringan. Yukl menekankan bagaimana pemimpin membangun hubungan dengan lingkungan internal maupun eksternal yang dapat memengaruhi kepemimpinannya. Hubungan yang dilakukan Anies terhadap Jakmania merupakan salah satu upaya Anies dalam menjalin hubungan dengan lingkungan eksternal yang dapat memengaruhi kepemimpinannya.

Hal tersebut cukup beralasan mengingat basis massa yang dimiliki oleh Jakmania sangatlah besar, terutama pada kawasan DKI Jakarta. Oleh karena itu, memiliki hubungan baik dengan kelompok dengan basis massa sebesar Jakmania akan sangat mempengaruhi proses kepemimpinan Anies di DKI Jakarta.

Prinsip kedua yaitu berkaitan pemindaian lingkungan berhasil dilakukan Anies dalam upayanya mengambil posisi serta sikap yang pro terhadap kebutuhan Persija Jakarta dan Jakmania. Telah disebutkan sebelumnya bahwa janji kampanye serta menjaga hubungan baik antara Pemprov DKI Jakarta dengan Jakmania adalah hal yang tidak dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Sekali lagi, Anies berhasil melakukan pemindaian keuntungan dan ancaman yang ada pada lingkungan kepemimpinannya di DKI Jakarta.

Prinsip yang terakhir yaitu terkait representasi. Menurut Yukl prinsip representasi digambarkan dengan perilaku seorang pemimpin dalam melakukan negosiasi dengan pihak eksternal. Kepercayaan yang dibangun atas dasar hubungan baik Anies dengan Jakmania menghasilkan kolaborasi yang nyata, bahkan Anies tidak segan untuk menyatakan bahwa Jakmania merupakan faktor penting dalam pembangunan DKI Jakarta. Kembali, Anies berhasil menghasilkan dampak dari pola hubungan yang dibangun bersama Jakmania.

Berkaca terhadap penerapan ketiga prinsip yang dipenuhi tersebut, cukup adil rasanya untuk menilai bahwa langkah Anies (terlepas politis atau tidak) dalam membangun hubungan baik dengan Jakmania sebagai salah satu unsur dari gaya kepemimpinannya yang cukup berhasil di DKI Jakarta.

Lebih lanjut, mengingat basis kelompok supporter sepakbola yang cukup besar baik di tingkat daerah maupun nasional secara keseluruhan, boleh jadi langkah strategis yang dilakukan oleh Anies dapat ditiru oleh sosok pemimpin lainnya sebagai salah satu strategi dalam upaya menumbuhkan pengaruh terhadap objek kepemimpinannya.

Referensi:

  • BPS DKI Jakarta. (2021, Januari 22). Retrieved Juni 7, 2021, from Badan Pusat Statistik DKI Jakarta: https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2021/01/22/541/jumlah-penduduk-hasil-sp2020-provinsi-dki-jakarta-sebesar-10-56-juta-jiwa.html
  • Faqih, F. (2014, Desember 9). Retrieved Juni 7, 2021, from merdeka.com: https://www.merdeka.com/jakarta/ahok-persija-harus-kami-beli.html
  • Hanifan, A. F. (2017, Mei 10). Retrieved Juni 7, 2021, from Tirto.id: https://tirto.id/the-power-of-emak-emak-dalam-politik-jakarta-coui
  • Hasibuan, M. S. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Keenam Belas, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.
  • Kompas Tv. (2017, April 23). Retrieved Juni 7, 2021, from Kompas tv: https://www.kompas.tv/article/3063/anies-sandi-janji-bangun-stadion-untuk-persija
  • Rivai, V. Z. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia: Untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. Rajawali Pers.
  • Rudi, A. (2018, Desember 15). Retrieved Juni 7, 2021, from Kompas.com: https://bola.kompas.com/read/2018/12/15/13154208/ketum-jakmania-ungkap-peran-anies-baswedan-di-laga-pamungkas-liga-1
  • Yukl, G. (2013). Leadership in organizations (8th ed.). Pearson Education, Inc

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak