PPKM Versus Varian Baru Covid-19

Hernawan | Rosna
PPKM Versus Varian Baru Covid-19
[Gerry Fletcher/BBC]

Sudah lebih dari 1 tahun pandemi Covid-19 melanda. Kini, masyarakat dihadapkan dengan varian baru dari jenis Coronavirus ini. Varian baru virus Covid-19 yaitu B.117 asal Inggris, B.1351 asal Afrika Selatan, dan varian mutasi ganda dari India B. 1617. Ketiga varian ini telah ditetapkan oleh WHO sebagai Varian of Concern atau VoC.

Virus Corona varian Delta (B1617.2) menunjukkan keganasannya ketika pertama kali menyebar luas di India pada bulan April-Mei lalu. Media internasional menunjukkan kondisi para pasien yang mengenaskan karena sistem kesehatan kolaps, bahkan sampai terjadi penumpukan jenazah. Hal ini yg dikhawatirkan dapat terjadi di Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menyampaikan alasan pemerintah memilih menetapkan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro daripada Lockdown yang banyak diusulkan untuk menekan lonjakan kasus Covid-19.

Jokowi menjelaskan, pemerintah memperhitungkan kondisi ekonomi, kondisi sosial, kondisi politik, dan juga pengalaman dari negara lain. Pemerintah telah memutuskan PPKM Mikro masih menjadi kebijakan yang paling tepat untuk menghentikan laju penularan Covid-19, hingga ke tingkat desa atau langsung ke akar masalah yaitu komunitas.

Apakah benar PPKM Mikro sudah kebijakan yang paling tepat dengan varian baru yang penularannya lebih cepat? Kesakitan lebih tinggi? Permasalahan yang ada, sejak PPKM Mikro dijalankan sampai dengan PPKM Darurat sekarang, kasus covid meningkat terus dengan variasi populasi yang lebih banyak lagi. Tidak hanya itu, orang-orang dari berbagai usia juga turut terpapar, dari mulai remaja, dewasa muda, anak–anak, hingga balita.

Menurut pandangan penulis, PPKM Mikro dan Darurat masih sangat lengang dan tidak mengurangi mobilitas masyarakat, sehingga resiko penularan yang besar masih dapat terjadi. Penulis merekomendasikan penyesuaian kembali dengan kebijakan lama PSBB yang lebih tegas dan efektif memutuskan penyebaran.

Varian Delta ditemukan pertama kali di India pada akhir 2020. Varian ini oleh WHO diklasifikasikan sebagai variant of concern, artinya memiliki risiko penularan dan kesakitan yang lebih tinggi dibandingkan versi aslinya. B1617.2 atau varian Delta memiliki peningkatan transmisi yang membuatnya bisa menyebar lebih mudah antar manusia.

Di Inggris sendiri, dikatakan dalam BMJ journal, jumlah kasus baru Covid-19 telah meningkat di Inggris selama beberapa minggu terakhir, dan penerimaan pasien ke rumah sakit mengikuti.

Per 9 Juni jumlah orang di rumah sakit setiap hari dengan Covid-19 melebihi 1000, setelah turun menjadi ratusan pada pertengahan Mei setelah gelombang sebelumnya. Penelitian menunjukkan bahwa delta dikaitkan dengan risiko penularan yang diperkirakan 60 persen lebih tinggi daripada varian sebelumnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak