Broken Heart, Lonely, and Korean Wave

Tri Apriyani | Alifia
Broken Heart, Lonely, and Korean Wave
IOTNBO (pinterest: seoulbeats)

Dulu selalu enggak tertarik tiap kali teman dekat saya menunjukkan kegemarannya terhadap segala hal tentang Korea. Pokoknya komentar saya selalu menganggap para artis Korea memiliki wajah yang sama, karena memang terlihat seperti itu. Sampai-sampai teman saya ini mengutuk saya agar suatu saat jatuh cinta dengan Korea. What the hell?

Dan, ya sepertinya kutukan itu tidak meleset. Saya malu mengakui ini, tetapi kurang lebih sejak  10 bulan lalu tepatnya September 2020, saya mulai tertarik dengan serba-serbi Korea atau yang biasanya disebut Korean Wave. Bermula dari galau, kesepian, uring-uringan dan segala macam gejala patah hati akibat ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Ya gimana enggak, lagi keadaan disuruh stay at home malah diputusin, jenuhnya jadi double kill dong.

Saya yang kehilangan doi sekaligus teman chatting, kerjaannya jadi scroll Twitter sepanjang hari. Trending topik twitter tentang It’s Okay to Not Be Okay yang ternyata merupakan salah satu judul drama korea memunculkan rasa penasaran saya. Orang-orang mengomentari drama tersebut sangat layak ditonton dan mereka menantikan episode selanjutnya.

Rasa penasaran itu mengantarkan saya untuk turut menonton It's Okay to Not Be Okay seperti orang-orang di kolom komentar. Baru habis satu episode, saya tertarik dengan karakter setiap tokoh di drama tersebut yang sangat kuat, saya juga jatuh cinta dengan visual Kim Soo-hyun yang tampan mempesona.

Akhirnya saya mengikuti drama tersebut sampai selesai, dari situ saya banyak menyerap hal baru bahwa ternyata drama korea tidak selalu seputar cinta-cintaan saja. Banyak pelajaran yang bisa kita petik dari tiap episode drama, misalnya dari drama It's Okay to Not Be Okay saya jadi paham bagaimana berpengaruhnya kehidupan masa lalu seseorang untuk kehidupan ia kedepannya.

Dari drama ini saya juga sangat tertarik dengan bahasa korea, logat mereka menurut saya sangat unik. Hobi baru saya adalah mengikuti apa yang mereka ucapkan walaupun masih sebatas annyeong, wae dan ottoke. Tapi itu cukup membuat saya bertekad mempelajari bahasa korea lebih dalam lagi. Selain itu salah satu kebiasaan orang korea membungkukkan badan sebagai bentuk penghormatan saya rasa mirip seperti di Indonesia, hal itu menggambarkan bahwa Indonesia dan Korea merupakan negara yang memiliki attitude baik.

Satu lagi yang menurut saya keren dari Korea yaitu fashion, tak heran kalau Negeri Ginseng ini dijadikan salah satu kiblat fashion di Asia. Style mereka selalu kece untuk jenis acara apapun walaupun sebenarnya sangat simple. Produk skincare dan make up Korea menurut review orang-orang juga sangat bagus, pantas saja mereka terlihat memiliki kulit yang sehat dan glowing.

Bukan hanya produk skincare berkualitas yang menjadikan kulit orang Korea terlihat sehat, makanan disana pun turut mendukung hal tersebut. Meskipun di Korea banyak aneka macam gorengan seperti di Indonesia, namun gorengan disana tidak tampak berminyak atau bisa disebut gorengan sehat.

Ada hal berbeda dari diri saya saat sebelum dan sesudah mengenal Korean Wave adalah ketika mengonsumsi mie instan. Entah mengapa setelah banyak menonton drama korea, perihal makan mie instan jadi semakin nikmat.

Keunikan-keunikan tersebut membuat saya ingin berterimakasih kepada teman saya yang sudah memberikan kutukan itu. Saya rasa, ini karma yang baik karena wawasan saya semakin bertambah sejak mengenal Korean wWve. Bahkan untuk saat ini, Korea menjadi wishlist negara yang ingin saya kunjungi suatu saat nanti. Tanpa sadar, jatuh cinta dengan Korean Wave pada akhirnya membantu saya lebih cepat move on.   

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak