Bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Setiap bangsa mempunyai bahasa utama yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Setiap bangsa memiliki bahasa yang berbeda-beda dengan ciri khas dan budaya masing-masing negara.
Indonesia merupakan negara yang terletak di rumpun melayu. Bahasa yang berkembang dan banyak digunakan di rumpun ini adalah bahasa melayu. Lambat laun literasi bahasa melayu mengalami perubahan menjadi bahasa Indonesia. Hal ini sudah dibakukan menjadi ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).
Seiring dengan perkembangan zaman, bahasa Indonesiapun menjadi kaya dengan dialektika milenial. Sisi positif yang bisa didapat saat ini adalah bahasa Indonesia semakin kaya karena pertambahan kosakata baru yang setiap saat bermunculan
Percampuran bahasa asing dengan Indonesia
Pada kurikulum pendidikan anak di Sekolah Dasar, sudah memasukan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran di Sekolah Dasar. Sejak dini anak Indonesia sudah mengenal bahasa Inggris. Alhasil, anak milenial mencoba mempadupadankan bahasa inggris dan bahasa indonesia dalam komunikasi antar sesama. Tak asing kita mendengar sebutan Bro dan Beb untuk panggilan akrab dan sayang. Atau juga sebutan “Ok/Oke” sebagai pengganti kata “iya/setuju”. Literasi tersebut seakan menjadi baku karena dipergunakan setiap saat.
Ada lagi literasi bahasa dengan menggabungkan kata dalam bahasa asing dengan kata dari bahasa Indonesia. Seperti kalimat ”kids zaman now” yang berarti anak zaman sekarang, “On The Way (OTW)” yang berarti sedang menuju tujuan.
Bahasa mengikuti pola pergaulan milenial
Bahasa Indonesia merupakan kekayaan yang sangat penting bagi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan dengan seiring adanya campur tangan dan kenyataan penggunaan bahasa di media sosial yang berbeda dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan bahasa di media sosial merupakan suatu hal yang patut ditanggapi, apalagi ditengah maraknya penggunaan bahasa asing yang semakin akrab di lingkaran generasi milenial. Generasi milenial adalah generasi muda saat ini dan dianggap istimewa karena sudah mengenal dan akrab dengan teknologi canggih seperti telepon genggam, dan internet. Kata “milenial” sendiri juga berasal dari bahasa asing.
Bahasa di media sosial dapat dengan mudah diciptakan oleh siapapun karena telah menjadi alat pemersatu kehidupan sosial saat ini dan bersifat santai. Bahasa generasi milenial sekarang adalah wujud dari kreatifitas berbahasa. Ungkapan seperti julid, bosque terdengar aneh bagi yang belum terbiasa mendengar. Kata-kata seperti kuy, sabi, sabeb berarti yuk, bisa, bebas, merupakan kata dalam bahasa Indonesia yang dibalik, dan akan tidak dapat dimengerti oleh orang-orang tua. Adalagi contoh kosakata seperti “gelay” yang berarti tidak suka, “gemoy” berarti gemas, “gabut” berarti bingung mau melakukan apa atau sedang bosan, “baper” berarti terlalu sensitif atau mudah sedih.
EYD menjadi asing di negara sendiri
Jika melihat dari kondisi saat ini bahasa Indonesia menunjukkan tanda-tanda "kemunduran". Hal ini sebagai salah satu konsekuensi dari serangan media sosial. Bahasa Indonesia yang menjadi kebanggaan bangsa Indonesia, seakan tak berdaya menghadapi perubahan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa seperti kata pepatah “Bahasa Menunjukkan Bangsa”.
Sesuai dengan perkembangan zaman, dalam pergaulan sehari-hari generasi milenial sudah mulai mencampuradukan bahasa Indonesia dengan bahasa asing. Walaupun tidak menjadi masalah yang signifikan, namun yang disayangkan pemakaian bahasa-bahasa gaya milenial juga biasa digunakan pada sebuah forum ilmiah, media massa, kuliah, seminar dan forum formal lain. Mungkin bisa jadi secara harfiah generasi milenial kurang bangga dengan bahasa dan budayanya sendiri. Percampuran bahasa asing dengan Indonesia dirasa lebih keren dan dapat diterima dalam pergaulan.
Bahasa Indonesia harus dibina dan dikembangkan dengan baik karena bahasa Indonesia itu merupakan salah satu identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Setiap orang Indonesia patutlah bersikap positif terhadap bahasa Indonesia, janganlah menganggap remeh dan bersikap negatif. Setiap warga negara Indonesia mestilah berusaha selalu cermat dan teratur dalam menggunakan bahasa Indonesia.