Menjadi Public Enemy dalam beberapa waktu belakangan karena konten YouTubenya, mestinya membuat Ria Ricis harus 'tiarap' sejenak dari dunia per-YouTube-an. Sebab sepertinya, kekesalan satu Indonesia memuncak gara-gara kontennya yang dianggap ngawur.
Namun dugaan saya, ia tak bakal menyerah dengan berbagai sindiran dan cacian netizen. Lima tahun lebih menjadi konten kreator menjadi penentu bahwa Ria Ricis cukup tangguh mengelola kritikan kesal banyak orang. Setidaknya itu terlihat dari caranya tetap santai dan tak pernah sekalipun menutup kolom komentar media sosialnya.
Jauh sebelum ribut-ribut soal konten mengajak baby Moana main jetski dan bikin nangis kejer seorang gamer cantik yang diulik keluarganya, ternyata 2018 lalu Ria Ricis pernah menuai kecaman pemerhati lingkungan gara-gara membuang Squishy ke laut dan kloset dalam sebuah konten YouTube.
BACA JUGA: CEK FAKTA: Keputusan Jokowi, Ferdy Sambo Akan Segera Ditembak Mati, Benarkah?
Aksinya kurang terpuji itu dianggap mencemari dan mengotori lingkungan. Belakangan Ria Ricis menyebut itu hanya soal kesalahpahaman dan ia secara tulus meminta maaf. Selesaikah aksi kontroversinya yang bikin gemes warganet?
Salah satu konten paling disorot dari Ria Ricis adalah memasang adsense untuk vlog kematian sang ayah. Saat itu ramai pertanyaan dari netizen, ini berduka atau cari duit dari berduka, sih?
Permasalahannya, vlog berduka wafatnya sang ayah itu bukan hanya satu video saja, tapi hingga lebih dari satu video. Dalam kacamata awam, Ria Ricis dianggap terkesan memanfaatkan rasa berdukanya untuk mendulang banyak penonton.
Selain itu, masih banyak lagi kontroversi Ria Ricis di dunia per-YouTube-an, yang kata netizen layak mendapat teguran, terutama dari KPI sih. Tapi sayang, YouTube tak masuk dalam pantauan KPI sebagai otoritas pengawas penyiaran publik.
Sebetulnya apa sih maunya Ria Ricis? Mengapa ia seperti betah dengan omelan publik, dan tak pernah mau belajar dari pengalaman yang sudah-sudah?
Pertama, sebagai konten kreator, Ricis paham betul cara memantik dan men-trigger pengguna media sosial di Indonesia agar apa yang ia sajikan di kanal YouTube mendapat perhatian luas.
Tidak ada yang tahu apakah ada unsur kesengajaan dirinya mengkreasi setiap konten ngawur. Tidak ada yang tahu pula apakah ia telah menyiapkan skenario terburuk sekalipun jika akhirnya mendapat respons hujatan dari penonton.
Kedua, dengan jumlah pengikut lebih dari 30 juta pengguna di YouTube, mustahil Ricis dengan ikhlas lahir batin tidak memanfaatkan kanal YouTube-nya sebagai sumber uang terbesar, baik dari adsense maupun endorse produk.
Ini membuktikan video yang ia unggah tanpa melalui proses editing yang ketat. Apalagi hampir setiap hari, kanal YouTube-nya selalu merilis video baru. Bisa ditebak, sang editor tak perlu repot memotong banyak adegan hanya cukup menambahkan watermark, dan memberi judul yang clickbait.
**
Semua memang salah Ria Ricis, dan saya kira dari hatinya yang paling dalam mengakui hal itu. Tapi sebagai warganet, kita tak perlu ambil pusing.
Perkara ia adalah seorang influencer dengan banyak pengikut di bawah umur, itu bukan persoalan subtansif selama ia tidak menggunakan pengaruhnya ke hal-hal yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa.
BACA JUGA: CEK FAKTA: Benarkah Venna Melinda Meninggal Dunia?
Anggap saja semua konten Ricis bukan opsi pilihan tontonan terbaik kita. Jika tidak suka, silahkan abaikan saja, atau minimal jangan pernah menjadi pengikutnya di YouTube dan semua akun media sosial miliknya. Beres, kan?
Terkadang kita perlu bersikap rasional dan bijak dalam memandang sesuatu. Jangan sampai ketidaksukaan kita kepada seseorang, malah membuat suasana hati dan hidup kita menjadi rumit.
Hidup sudah sulit, jangan malah dibikit rumit. Santai saja!