Gadget di Sekolah: Ancaman atau Alat Bantu Belajar?

Hernawan | Arif Yudistira
Gadget di Sekolah: Ancaman atau Alat Bantu Belajar?
Ilustrasi anak sekolah. (Pixabay/IndusSchool)

Internet atau teknologi seperti dua sisi mata uang. Ia bisa menjadi ancaman atau alat bantu pendidikan. Dunia pendidikan kita saat ini berada di persimpangan jalan antara memilih metode tradisional atau modern.

Anak-anak di negara kita, juga berada di dua kutub itu. Mereka sudah banyak mengenal teknologi yang begitu intim, tetapi belum dibekali literasi teknologi yang cukup. Akibatnya mereka terlampau dini menjelajah dan belajar teknologi tanpa tahu apa yang sebenarnya mereka pelajari.

Ada fakta miris yang jadi ilustrasi anak-anak kita hari ini tentang gagapnya mereka dengan media sosial dan internet hari hari ini. Salah satu portal media mengabarkan, siswa SMP di Buleleng, Bali begitu pandai dan aktif di media sosial tetapi belum bisa membaca.

Sekolah Desa vs Sekolah Kota

Jarak dan kesenjangan sekolah desa dengan sekolah kota di Indonesia begitu lebar. Mulai dari sisi fasilitas, sarana dan prasarana sampai mutu sekolah. 50 tahun lebih pendidikan di Indonesia belum cukup untuk memupus jarak dan kesenjangan antara sekolah desa dan kota.

Di sekolah kota, penggunaan gadget sudah tidak asing, apalagi di sekolah elit. Pembelajaran berbasis teknologi bukan hal baru. Mereka sudah dibiasakan dan akrab dengan penggunaan gadget sebagai alat bantu pendidikan. Di kota besar seperti Jakarta, Makassar, Yogyakarta, Surabaya misalnya, gadget sudah jamak dipakai anak-anak di sekolah. 

Pembelajaran di kelas untuk sekolah Internasional misalnya sudah biasa menggunakan gadget. Materi dan juga sistem pembelajaran di kelas sudah paperless. Fenomena ini bukan hal yang baru dalam dunia pendidikan kita.

Kemajuan teknologi diharapkan menunjang dan menopang pembelajaran dalam pendidikan. Kemajuan, inovasi dan perkembangan pendidikan di dunia bisa kita tilik melalui internet yang ada dalam gadget.

Kemampuan dan stratgi sekolah di kota untuk berusaha memiliki dan menyediakan gadget untuk siswanya menjadi semangat sekolah untuk menjemput kemajuan. Tidak dipungkiri, teknologi memberi kemudahan dalam membantu sekolah dalam mencapai kemajuan pendidikan.

Fenomena ini jauh berbeda dengan sekolah yang ada di Papua, pinggir Sulawesi, dan juga pegunungan NTT. Jangankan tablet, internet menjadi fasilitas yang elit bagi warga di sana. Bisa sekolah saja mereka sudah bersyukur.

Faktor sarana dan prasarana pendidikan juga tidak bisa dilepaskan dari prioritas pemerintahan di daerah. Ada daerah yang berfokus pada pengembangan Industri, pertanian maupun perkebunan. Mereka tentu menganggap urusan pemenuhan teknologisasi dalam pendidikan bukan hal prioritas. 

Pemerintah daerah yang menganggap pendidikan sebagai prioritas yang tak bisa diabaikan tentu akan berinvestasi sebanyak-banyaknya terhadap pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan. Kebijakan pemerintah daerah dan prioritasnya sekali lagi turut mempengaruhi terhadap penggunaan teknologi dalam pendidikan termasuk gadget di sekolah. 

Kesiapan 

Kesiapan penggunaan gadget di sekolah tidak bergantung pada siap tidaknya sekolah membeli gadget. Kesiapan ini berkait dengan pendidikan literasi yang sudah atau perlu dipersiapkan kepada anak anak kita. 

Pendidikan literasi terutama literasi teknologi ini penting sebagai bekal wacana pada anak. Mereka perlu tahu apa tujuan menggunakan gadget di dunia pendidikan. Jangan sampai gadget justru membuat anak anak kita terjebak dalam jurang teknologi yang membawa mereka pada kecanduan game dan dampak negatif lainnya.

Tidak dipungkiri gadget memang membantu banyak hal dalam dunia pendidikan kita. Ancaman gadget juga cukup berbahaya. Tetapi dengan modal bimbingan guru dan kecanggihan teknologi, bisa disiasati dan dicegah. Kemajuan memang harus ditempuh dengan kemampuan kita menaklukkan tantangannya.

Jangan sampai ketakutan kita kepada penggunaan teknologi justru membuat kita takut melangkah pada inovasi dan juga kemudahan yang ditawarkan teknologi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak