Nyubok, Tradisi Cari Jodoh di Pedamaran, Sumsel yang Kini Tinggal Kenangan!

Candra Kartiko | Lena Weni
Nyubok, Tradisi Cari Jodoh di Pedamaran, Sumsel yang Kini Tinggal Kenangan!
Ilustrasi Tradisi Nyubok Pedamaran (YouTube/Mang Dayat)

Kenalan, pendekatan lalu pacaran ialah proses umum yang dilakoni muda-mudi sekarang untuk menyakinkan diri melangkah ke jenjang pernikahan. Berbeda dengan budaya sekarang, tempo dulu di Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, muda-mudinya menjalani tradisinyubok” sebagai bentuk ikhtiar melangkah ke pernikahan. Lantas seperti apa sih tradisi “nyubok” dari Pedamaran?

Dalam kanal YouTube Mang Dayat (03/06/2023) dijelaskan bahwa nyubok ialah tradisi mencari jodoh yang mana ketika seorang pemuda menaruh hati pada seorang gadis yang ia senangi, ia akan mendatangi rumah sang gadis sebagai langkah awal dari sebuah perkenalan. Jadi bisa dibilang, nyubok semacam apel, kata yang kerap digunakan untuk kegiatan berkunjung ke rumah sang pujaan.

BACA JUGA: Googling Culture: Sebuah Realita Dehumanisasi Teknologi

Namun meski demikian, ada perbedaan yang jelas antara nyubok dan apel, jika apel umumnya ada kesempatan saling bertatap muka dan bertamu di rumah, nyubok adalah pertemuan nyaris tanpa tatap muka, dengan si perempuan berada di dalam rumah, sedangkan si pria berada di luar rumah.

Sebelumnya harus dipahami dahulu, bahwa jenis rumah di Pedamaran umumnya adalah rumah panggung, yakni rumah dengan tiang tinggi sebagai penyangga lantai. Jadi, dalam proses nyubok itu sendiri, si pemuda umumnya menunggu di bawah sehadapan dengan jendela, sedangkan si gadis berada di atas, tepatnya di balik jendela yang hanya sedikit terbuka. Jadi bisa dibilang, nyaris satu sama lain tidak bertatap muka dalam prosesnya. Sebab inti dari nyubok itu sendiri adalah kesempatan berbicara untuk saling mengenal satu sama lain.

Meski demikian, dengan kesepakatan kedua belah pihak, si pemuda dapat meminta izin untuk melihat wajah sang pujaan, pun jika si gadis berkenan, ia akan membuka jendela dan menampakkan wajahnya, biasanya hanya berlangsung sebentar dan hanya bermodalkan sumber penerangan minim, seperti korek yang dibawa si pemuda.

Menariknya, tempo itu, seorang gadis tidak harus hanya menerima satu pemuda saja untuk berkenalan lewat tradisi nyubok. Sebab semakin menarik seorang gadis, akan semakin banyak pemuda yang berminat dan datang ke rumahnya untuk berkenalan lewat tradisi nyubok.

BACA JUGA: Fenomena Menikah Muda karena Konten Kemesraan, Akankah Berakhir Bahagia?

Dengan demikian, sangat mungkin dalam satu malam seorang gadis akan menerima beberapa pemuda dalam tradisi nyubok yang ia lakoni. Dan hal tersebut dianggap lumrah dan diterima sebagai bentuk persaingan yang sehat bagi para pemuda. Nantinya, para pemuda yang nyubok seorang gadis di malam yang sama akan saling meminta kesempatan, saling bergantian untuk berbicara dengan si gadis.

Dari nyubok, sang gadis nantinya akan memilih satu pemuda untuk dikenalkan ke pihak keluarga, atau oleh masyarakat Pedamaran proses tersebut disebut dengan istilah “beterang.” Beterang adalah proses lanjutan dari nyubok yang mana si pemuda dan si gadis sepakat menjalin hubungan serius sebelum benar-benar melangkah ke pernikahan.

Bila sudah sampai di tahap beterang, sang gadis akan menerima barang berupa perhiasan dari sang pemuda, sebagai simbol kepemilikan,  juga simbol kesiapan menuju pelaminan. Jadi bisa dibilang ujung dari proses beterang adalah pernikahan. Sayang, seiring berkembangnya zaman, tradisi nyubok ditinggalkan dan digantikan oleh proses penjajakan yang sekarang kita kenal dengan istilah pacaran.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak