Memeluk Mimpi Bersama Merdeka Belajar

Hernawan | Arif Yudistira
Memeluk Mimpi Bersama Merdeka Belajar
SMK N 2 Kasihan Bantul Konser Memeluk Mimpi-Mimpi di Taman Ismail Marzuki [25/4/2024] (Direktorat SMK Kemendikbudristek)

Merdeka belajar dirancang Kemendikbudristek untuk mewujudkan pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan mengembangkan pembelajaran yang penuh makna. Secara umum, guru dirancang untuk menyiapkan pembelajaran dengan sebaik-baiknya, meski kini lebih sederhana dengan menyiapkan rancangan pembelajaran yang lebih ringkas dari sisi administratif. 

Pembelajaran yang penuh makna itu didesain sebagai pembelajaran yang berkesan dan dikenang di mata anak-anak kita. Kita ingin mendesain pembelajaran yang sesuai dengan minat anak, pembelajaran yang berbasis karya dan juga pembelajaran yang memacu minat dan bakatnya. Cita-cita merdeka belajar ini tidak bisa terwujud tanpa peran guru. 

Ada cerita menarik  di sebuah SMK N 2 Kasihan Bantul, Yogyakarta bekerjasama dengan Komunitas Titi Mangsa menggelar konser musik di Taman Ismail Marzuki (25/4/2024). Dalam konser itu, mereka bekerjasama menghadirkan artis ternama untuk kolaborasi. Mereka adalah Sherina Munaf, Ario Bayu, Nyoman Paul, Isyana Saravati dan Happy Salma. Pertunjukan itu diberi tajuk “Memeluk Mimpi-Mimpi ; Merdeka Belajar Merdeka Mencintai”.

Konser ini adalah konser anak-anak SMK yang didukung oleh Teaching Factory dan juga Kemendikbudristek. Dalam konser inilah anak merasa senang dan bangga bisa tampil dan berkolaborasi dengan sejumlah pihak baik artis maupun pegiat komunitas. 

Anak-anak merasakan betapa beratnya latihan, bekerja keras dan menyuguhkan hal yang bermakna kepada publik melalui musik. Inilah yang hendak dicapai dari Merdeka Belajar, sebuah kurikulum yang membuka ruang lebar kreativitas guru dan murid. 

Beban Administrasi

Beberapa guru mengeluh tentang problem administrasi di kurikulum merdeka. Saya tak tahu mengapa guru tidak mengeluh pada aspek keberhasilan siswa atau pun keberhasilan guru dalam mengoptimalkan pembelajaran di sekolah? Administrasi guru berbasis online sejatinya lebih ringan ketimbang guru menggarap administrasi berbasis kertas seperti sebelum kurikulum merdeka. Apakah kita akan kembali seperti dulu, sibuk dengan beban administrasi yang setumpuk dan kembali pada aspek pengajaran klasikal yang meletakkan guru sebagai pusat pembelajaran?

Kurikulum merdeka memberi ruang seluas mungkin untuk guru berkreasi, tetapi kurikulum ini juga memberi fasilitas untuk guru terus meningkatkan kapasitas dan kapabilitas. Alangkah sedihnya murid-murid kita bila guru tidak berkembang secara kemampuan pedagogik, kemampuan profesionalitas dan juga kemampuan metode pengajarannya.

Aplikasi Merdeka Mengajar memberi ruang yang sangat luas melalui kemudahan-kemudahan yang dihadirkan baik melalui materi berupa bacaan, materi berbasis video pembelajaran hingga ruang bagi guru menerapkan apa yang mereka pelajari dengan karya [proyek]. 

Apabila ruang itu dimanfaatkan sebaik-baiknya, maka sudah tentu guru akan memperoleh manfaat yang luas baik dari segi internal maupun eksternal. Dari segi internal guru bisa mengembangkan kemampuan literernya, dan juga kemampuan pedagogik dan metodologi serta ide kreatifnya di ruang kelas. Sementara dari sisi eksternal, guru bisa memperoleh aneka efek lainnya secara karir akademik dan karir profesionalitas yang didukung dengan pemanfaatan aplikasi Merdeka Mengajar. 

Susah Maju 

Perubahan kurikulum sebelumnya ke kurikulum merdeka adalah perubahan mindset. Saya membayangkan seandainya guru-guru muda begitu semangat belajar dan menerapkan kurikulum merdeka, mereka bisa lebih cepat mengembangkan karir akademik maupun profesionalitas mereka. Di sisi lain, mereka akan semakin disenangi murid karena menjadi guru yang dirindukan. 

Sayangnya, sebagian guru merasa susah belajar, susah maju,  susah mempelajari teori di aplikasi Merdeka Mengajar, apalagi diminta membaca buku tebal-tebal. Problem internal guru ini menjadi penghambat guru untuk maju dan memiliki etos belajar yang tinggi. 

Skema kurikulum merdeka memang dirancang untuk mensejahterakan guru dengan tangga atau tahapan pembelajaran yang didesain khusus. Guru yang mau belajar, melakukan perubahan di kelas maupun sekolah, menjadi guru penggerak akan lebih cepat untuk mencapai karir akademik dan karir profesionalitas. Sementara guru yang memilih diam, banyak protes dan banyak mengeluh akan tertinggal dari sisi kemampuan profesionalitasnya maupun dari karir profesinya. 

Jika guru malas maju dan hanya fokus pada masalah internalnya, yang menjadi korban justru murid-murid kita. Murid-murid kita masih memerlukan sentuhan, metode yang sesuai dengan perkembangan dunia mereka (termasuk digital dan media sosial) yang tidak jarang sering merusak dan memberi pengaruh negatif. 

Guru dituntut untuk memberi pelajaran yang adaptif, kolaboratif dan kreatif. Tanpa modal pengetahuan yang cukup serta memperhatikan pola belajar anak, tentu guru tersebut akan semakin ditinggalkan. Kita tidak ingin melepas mimpi-mimpi murid kita, kita ingin memeluk cita dan mimpi mereka. Inilah yang hendak digapai dari Merdeka Mengajar yang tentu tidak mudah. Tanpa perjuangan dari guru-guru yang hebat di seluruh tanah air.   

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak