World Peace Forum dan Peran Indonesia Menjaga Perdamaian Dunia

Hayuning Ratri Hapsari | Arif Yudistira
World Peace Forum dan Peran Indonesia Menjaga Perdamaian Dunia
Ilustrasi perdamaian dunia (Pixabay.com)

WPF (World Peace Forum) atau Forum Perdamaian Dunia akan diselenggarakan pada tanggal (9-11/ November 2025) di Jakarta. Forum ini akan menjadi ajang penting bagi para tokoh, akademisi, pemimpin agama dan juga pemimpin dunia untuk membahas soal-soal mutakhir di lingkup Asia dan dunia pada umumnya.

Kegiatan WPF ini telah berjalan ke-9 kali. Salah satu inisiator dari WPF ini adalah Din Syamsudin, mantan ketua umum Muhammadiyah. Dalam kepemimpinannya, Din meyakini bahwa umat Islam memiliki peran strategis dan tugas mulia dalam mengupayakan, terus berdialog dan juga aktif dalam menjaga perdamaian dunia.

Selama menjadi ketua PP Muhammadiyah selama dua periode 2005-2010 dan 2010-2015, itu pula Din Syamsudin telah menjadi tokoh sentral dalam menggerakkan dunia untuk turut serta merawat perdamaian dunia.

Pada World Peace Forum yang ke-9 kali ini mengangkat tema "Considering Wasatiyyat and Tionghua for Global Collaboration” yang cukup unik, karena menggali kearifan dari ketimuran dan nilai-nilai Asia. Nilai-nilai Tionghua memiliki kesamaan dan juga kearifan dengan Wassatiyat Islam.

Pada tingktan Asia dan dunia, WPF memiliki peran cukup strategis sebagai upaya dalam mencegah perang, dan merumuskan gagasan pokok dan menggali nilai-nilai spiritual dalam agama sebagai basis untuk merumuskan dan mencegah kekerasan.

Para pemimpin agama, aktivis, perempuan dan juga anak muda dapat berperan duduk bersama merumuskan gagasan dalam upaya mewujudkan perdamaian dunia.

Pencegahan

Gerakan dan suara WPF dapat menjadi langkah strategis dalam mengajak, menyuarakan dan menyatukan visi strategis dari timur dan Asia. Perhatian dari Presiden Prabowo yang akan membuka WPF ke-9 menjadi penting dalam mendukung, dan bergerak bersama mewakili negara kita.

Gerakan perdamaian tidak hanya strategis sebagai forum responsif terhadap keadaan perang atau konflik di belahan bumi dunia. WPF juga sangat strategis dalam upaya mencegah terjadinya kekerasan, konflik dan perang.

WPF juga menjadi wadah untuk menuangkan, merumuskan gagasan dan kesepakatan bersama, lebih penting lagi komitmen bersama antara anak muda, tokoh keagamaan, serta pemimpin dunia.

Dengan WPF dan forum perdamaian lainnya, akan lebih banyak partisipasi, lebih banyak ajakan dan juga komitmen bersama untuk perdamaian dunia akan semakin baik.

Kearifan Tionghua yang diangkat dalam WPF ke-9 kali ini digagas oleh Cheng Ho Multi Culture Education Trust didirikan di Kuala Lumpur pada tahun 2005 oleh Maha Guru Chin Kung, seorang guru Buddha tradisi Mahayana, dan Tan Sri Lee Kim Yew, seorang pemimpin bisnis Malaysia yang disegani.

Tan Sri Lee Kim Yew terinspirasi oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He), pelaut, penjelajah, diplomat Tiongkok, dan Laksamana Armada Dinasti Ming, yang telah memimpin pelayaran mengelilingi dunia dari tahun 1405 hingga 1433.

Salah satu aspirasi Laksamana Cheng Ho adalah menyatukan agama-agama dalam damai dan harmoni untuk mencapai cita-cita agung dunia yang berintegritas dan harmonis (Republika, 2025).

Indonesia memiliki peran strategis dalam skala geopolitik Asean maupun dunia. Selain diakui sebagai anggota G-20, Indonesia dengan politik luar negerinya bebas-aktif memiliki peran sentral strategis dalam mengambil perannya di tingkat Asia dan dunia.

WPF bisa menjadi ajang dan ruang kolektif gagasan bersama, menjadi titik temu dan juga suara dari Asia untuk dunia dalam mengambil peran dan langkah strategis dalam menegakkan perdamaian dunia.

Kearifan Asia, Wasatiyat Islam, dan sejarah Indonesia yang beragam memiliki pengalaman dan jejak panjang sebagai basis inspirasi dan gerakan untuk dunia yang lebih baik di masa mendatang. Semoga WPF ke-9 dapat menjadi sarana dan forum untuk menyuarakan perdamaian dan menjaganya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak