Psychological Capital, Meningkatkan Keberanian Karyawan dalam Berpendapat

Ayu Nabila | Rion Nofrianda
Psychological Capital, Meningkatkan Keberanian Karyawan dalam Berpendapat
Ilustrasi karyawan (Freepik/katemangostar)

Dalam era globalisasi yang semakin pesat dan penuh dengan tantangan, organisasi dan industri dihadapkan pada berbagai persoalan yang menuntut kemampuan beradaptasi dengan cepat.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, bukan hanya inovasi teknologi yang dibutuhkan, tetapi juga kontribusi dari setiap individu di dalam organisasi.

Salah satu kontribusi yang sangat penting datang dari perilaku berpendapat karyawan atau yang dikenal dengan employee voice behavior.

Hal tersebut adalah perilaku di mana karyawan mengungkapkan pendapat, ide, dan saran secara sukarela untuk perbaikan organisasi, meskipun pendapat tersebut seringkali berbeda dari apa yang sudah ada di lingkungan kerja.

Namun, meskipun konsep ini terlihat sederhana, pelaksanaannya sering kali terhambat oleh berbagai faktor, seperti kekhawatiran akan mendapatkan penilaian negatif dari rekan kerja atau atasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Daniel Abraham Sinambela bersama timnya memberikan wawasan baru mengenai pentingnya faktor-faktor psikologis dalam mendorong perilaku berpendapat karyawan.

Mereka menyoroti peran besar psychological capital (modal psikologis) yang terdiri dari empat elemen utama: efikasi diri, optimisme, harapan, dan ketahanan.

Keempat elemen ini tidak hanya mempengaruhi bagaimana karyawan menghadapi tantangan di tempat kerja, tetapi juga dapat menjadi pendorong utama dalam perilaku berpendapat yang konstruktif.

Efikasi diri, atau keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri, menjadi fondasi yang kuat dalam mendorong karyawan untuk berbicara dan mengungkapkan pendapat.

Karyawan yang merasa percaya diri cenderung lebih terbuka dalam menyampaikan ide atau kritik yang mungkin berbeda dengan pandangan umum.

Optimisme, yang mencerminkan sikap positif terhadap masa depan dan kemampuan mengatasi hambatan, turut memperkuat keberanian karyawan untuk berbicara.

Mereka yang optimis percaya bahwa perubahan yang mereka usulkan akan diterima dengan baik dan dapat membawa manfaat bagi organisasi.

Harapan, yang berkaitan dengan kemampuan untuk merencanakan dan mencapai tujuan, juga mendorong karyawan untuk lebih proaktif dalam memberikan kontribusi.

Ketahanan, atau kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, memungkinkan karyawan untuk tetap berbicara meskipun ada risiko ditolak atau tidak didengar.

Dalam studi yang dilakukan oleh Sinambela dan rekan-rekannya, ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara psychological capital dan perilaku berpendapat karyawan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 57% perilaku berpendapat karyawan dapat dijelaskan melalui faktor-faktor psychological capital ini.

Hal ini menegaskan pentingnya bagi organisasi untuk mengembangkan psychological capital di antara karyawannya agar mereka lebih berani untuk berbicara dan memberikan masukan konstruktif.

Namun, meskipun potensi psychological capital sangat besar, masih ada banyak organisasi yang belum sepenuhnya memanfaatkan hal ini.

Seringkali, budaya organisasi yang tertutup dan hierarkis menjadi penghalang utama bagi karyawan untuk mengungkapkan pendapat.

Ketakutan akan konsekuensi negatif, seperti penurunan jabatan atau bahkan pemecatan, sering kali membuat karyawan memilih untuk diam.

Padahal, masukan mereka sangat berharga untuk kemajuan dan daya saing organisasi. Untuk itu, penting bagi manajemen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka dan mendengarkan masukan dari karyawan tanpa adanya penilaian negatif.

Pengembangan psychological capital dapat dilakukan melalui berbagai program pelatihan dan pembinaan yang fokus pada peningkatan efikasi diri, optimisme, harapan, dan ketahanan.

Organisasi juga harus memberikan ruang bagi karyawan untuk mengemukakan ide-ide mereka tanpa rasa takut akan konsekuensi buruk.

Dengan demikian, tidak hanya karyawan yang akan merasa dihargai, tetapi organisasi juga akan mendapatkan manfaat dari ide-ide segar yang dapat meningkatkan kinerja dan daya saing.

Pada akhirnya, perilaku berpendapat karyawan tidak hanya memberikan keuntungan bagi individu, tetapi juga bagi organisasi itu sendiri.

Karyawan yang merasa dihargai dan diberi kesempatan untuk berbicara akan lebih termotivasi dan lebih produktif. Oleh karena itu, pengembangan psychological capital menjadi langkah penting yang harus diperhatikan oleh organisasi jika ingin tetap kompetitif di tengah tantangan yang semakin besar.

Dalam dunia yang semakin kompleks ini, keberanian karyawan untuk berbicara dan memberikan masukan akan menjadi salah satu kunci utama bagi kesuksesan dan kelangsungan hidup organisasi.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak