Beberapa tahun terakhir, media sosial kayak TikTok dan Instagram dipenuhi konten “curly hair routine”, “curly transformation”, sampai “from frizz to fierce”. Fenomena ini bukan cuma tren sesaat, tapi refleksi perubahan cara banyak orang memandang rambut keriting, yang dulu sering dianggap “nggak rapi” atau “nggak profesional”. Sekarang? Curls just got their era.
Salah satu pemicu besarnya adalah meningkatnya perbincangan soal self-acceptance dan body positivity. Data dari Dove Research: The Real Beauty Report (2023) menunjukkan bahwa lebih dari 60% perempuan muda merasa standar kecantikan tradisional bikin mereka tertekan.
Banyak dari mereka akhirnya mencari ruang aman untuk tampil lebih autentik. Rambut keriting, yang dulu disuruh “dilurusin aja biar gampang”, kini justru jadi simbol menerima diri apa adanya.
Media sosial punya peran super signifikan. Influencer rambut keriting, baik di Indonesia maupun luar negeri, mulai ngasih edukasi yang benar soal curly care. Mulai dari pentingnya sulfate-free shampoo, teknik plopping, sampai metode Curly Girl (CG) Method yang menghindari bahan-bahan merusak rambut.
Konten-konten ini relatable karena bukan cuma ngomongin produk, tapi juga cerita soal perjalanan menerima rambut sendiri. Buat Gen Z yang besar dengan edukasi digital, akses informasi yang benar bikin mereka sadar: “Oh, selama ini curls-ku bukannya jelek, cuma nggak dirawat dengan cara yang tepat.”
Dukungan komunitas juga nggak bisa diremehkan. Di TikTok, tagar #curlyhairjourney sudah ditonton miliaran kali, dan di Indonesia sendiri banyak komunitas online yang saling tukar rekomendasi produk, curhat soal diskriminasi kecil-kecilan (“kok rambutnya megar banget hari ini?”), sampai ngebahas pengalaman di salon yang kurang paham tekstur rambut keriting.
Ruang-ruang seperti ini bikin orang ngerasa nggak sendirian menjalani perjalanan yang mungkin dulu dianggap “masalah individual”.
Perubahan industri kecantikan pun ikut mendorong tren ini. Brand-brand besar seperti SheaMoisture, Briogeo, dan bahkan brand lokal Indonesia mulai ngeluarin rangkaian produk khusus rambut keriting.
Laporan NielsenIQ Beauty Trends 2024 mencatat peningkatan signifikan penjualan produk haircare berbasis tekstur, termasuk kategori curl-defining dan moisturizing. Ketika pasar mulai menyediakan opsi, orang-orang jadi punya kesempatan merawat rambut sesuai kebutuhannya.
Selain itu, narasi representasi di media juga berubah. Semakin banyak figur publik tampil percaya diri dengan curls mereka tanpa diluruskan untuk acara formal atau pemotretan. Kehadiran role model seperti ini memperluas definisi “cantik” di mata publik.
Pada akhirnya, curly hair journey bukan cuma soal rambut. Ini tentang generasi yang mulai berani bilang: “Aku nggak perlu nyesuaiin diri sama standar orang lain.” Curls sekarang bukan sekadar gaya, tapi bagian dari identitas yang sedang dirayakan.