Di Antara Ombak & Bukit Hijau, Harapan Way Haru Tak Pernah Tumbang

Sekar Anindyah Lamase | Rahmah Nabilah Susilo
Di Antara Ombak & Bukit Hijau, Harapan Way Haru Tak Pernah Tumbang
Ilustrasi Pantai (Pexels/Sharath G.)

Di antara gemerlap modernitas dan kemajuan infrastruktur yang menjulang di berbagai kota Indonesia, tersimpan kisah yang jarang terdengar, sebuah cerita tentang kehidupan yang tumbuh di tepi keterbatasan, di antara tantangan yang tak bisa dihindari. 

Di sini, sebuah desa berdampingan dengan pesisir pantai, ombak dan angin menjadi teman sehari-hari, dan setiap hari adalah perjuangan yang tenang namun penuh makna.

Way Haru. Nama yang mungkin tak tercantum di peta wisata, namun pesonanya menempel di ingatan siapa pun yang pernah menjejakkan kaki di tanahnya. 

Bukit hijau membentang seperti selimut alam, pantainya panjang dan sunyi, dan lautan biru memantulkan cahaya matahari bak kaca yang berkilau.

Di tengah hiruk-pikuk dunia yang bergerak cepat, desa ini tetap murni, sebuah mutiara yang tersimpan, belum tersentuh pembangunan, namun memancarkan ketenangan yang sulit ditemui di tempat lain.

Terletak di Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Way Haru berada di ujung barat daya Pulau Sumatra. Desa ini bersandar di antara dinding bukit dan deburan Samudra Hindia yang liar, dekat perbatasan Bengkulu. 

Untuk tiba di sana, perjalanan bukan sekadar perpindahan jarak. Ia adalah ujian kecil bagi siapa pun yang mencoba mengenal Way Haru lebih dekat.

Kendaraan harus menembus bibir pantai dengan motor, menantang ombak yang terus menghantam dan pasir yang bergulung seperti gelombang hidup. 

Di tepi pantai, warga sering berhenti, menunggu ombak mereda tanpa kepastian. Gelombang datang silih berganti, dan mereka hanya bisa menyesuaikan diri.

Mereka tidak perlu mobil, jalur ini hanya mengakui keberanian, bukan kemewahan. Mereka sudah kenyang akan janji yang tak tertepati.

Motor yang dipakai setiap hari kerap mogok, rantai kaku, knalpot kemasukan air asin. Bila laut sedang murka dan pantai mustahil dilewati, jalur darat dipilih sebagai alternatif, meski panjang, sempit, dan licin. Ban motor tersangkut dalam lumpur, tubuh terpeleset, lalu bangkit kembali. Tidak ada pilihan lain; inilah satu-satunya jalan menuju rumah.

Way Haru bukan sekadar tempat tinggal. Ini adalah rumah, tempat tumbuh, bekerja, tersenyum, dan saling menjaga. Suara laut menjadi pengantar tidur, deru ombak bagian dari kehidupan sehari-hari. 

Meski jauh dari pusat kabupaten dan sering terlupakan, desa ini memberi identitas, kebanggaan, dan rasa memiliki yang dalam bagi warganya.

Ketangguhan masyarakat Way Haru adalah pelajaran tersendiri. Mereka menjaga laut yang memberi makan, merawat ladang yang terbatas, saling menopang satu sama lain. 

Tak ada gedung megah, tak ada infrastruktur mewah, hanya tekad untuk bertahan, hidup selaras dengan alam. 

Setiap perjalanan menuju desa ini mengajarkan kesabaran. Lekuk pantai, tanjakan berlumpur, gelombang yang menghadang, semua menjadi bagian dari narasi hidup. 

Jalur darat yang panjang dan licin menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Way Haru mampu mengubah keterbatasan menjadi kekuatan.

Way Haru menjadi saksi bagaimana ketangguhan masyarakat pesisir diuji setiap hari. Bagi mereka, laut bukan musuh, melainkan sahabat, sumber kehidupan yang harus dijaga. Ombak keras bisa merusak, tetapi bila dihargai, laut memberi kehidupan dan identitas.

Desa ini tetap seperti mutiara yang terabaikan. Indah, jarang terlihat, kaya nilai dan pengalaman, namun belum sepenuhnya mendapat perhatian. Alamnya menjanjikan, tetapi hadir tanpa fasilitas dasar.

Way Haru adalah simbol ketangguhan masyarakat pesisir Indonesia: hidup sederhana, kuat menghadapi tekanan alam, dan setia menjaga tempat yang mereka sebut rumah. 

Semoga semakin banyak cerita disuarakan, semakin banyak pihak peduli, tanpa merusak alam, tetapi memberi ruang bagi pembangunan berkelanjutan.

Way Haru layak dikenal. Layak diperjuangkan. Layak untuk tidak lagi menjadi mutiara yang terabaikan.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak