Apa yang kamu pikirkan ketika mendengara kata utang? mungkin yang ada di dalam pikiran kamu ketika mendengar kata tersebut adalah konotasi-konotasi yang negatif, misalnya kekurangan, tidak mampu, gali lubang tutup lubang atau mungkin bangkrut.
Tapi, perlu diketahui nih teman-teman bahwa sebenarnya tidak semuanya penggunaan utang itu adalah hal yang negatif, apabila teman-teman bisa lebih bijak ketika melakukan dan menggunakan pinjaman, hal tersebut bisa menjadi sesuatu yang produktif juga loh.
Untuk temen-temen yang menganggap mengambil pinjaman itu adalah sesuatu yang boros, hal tersebut disebut hutang yang konsumtif, sedangkan pinjaman yang dapat teman-teman gunakan untuk menambah investasi atau menjadi modal untuk menjadi penambah penghasilan hal itu disebut utang yang produktif.
Lalu, bagaimana caranya mengidentifikasi utang tersebut disebut utang konsumtif atau utang produktif? Coba yuk kita simak perbedannya:
Pinjaman Konsumtif
Pinjaman yang disebut sebagai pinjaman yang konsumtif adalah ketika teman-teman mengambil dan menggunakan pinjaman untuk membeli barang-barang yang nilainya akan terus berkurang dengan seiring berjalannya waktu.
Sebagai contoh adalah mengambil pinjaman hanya untuk membeli pakaian mahal yang bermerek, sepatu, tas dan lain sebagainya yang dibeli hanya untuk memenuhi gaya hidup dan trend agar tidak tertinggal oleh orang lain. Hal ini jangan sampai terjadi ya teman-teman, belilah pakaian karena fungsinya.
Lalu, apakah menyicil mobil juga termasuk pinjaman konsumtif? Untuk mobil, akan dikatakan sebagai pinjaman yang konsumtif apabila ketika teman-teman membeli mobil hanya untuk mempertahankan gengsi, mobil yang dicicil harganya melebihi kemampuan keuanganmu.
Karena ketika kita membeli mobil dengan cara mencicil, selain dari harga mobil yang harus dibayarkan kita juga harus mencicil bunga tiap bulannya, belum lagi biaya perawatan yang harus dikeluarkan oleh pemilik mobil setiap bulannya. Sehingga, membeli mobil dengan cara mencicil akan menambah pengeluaran bulanan sangat banyak. Maka sebelum memutuskan untuk membeli mobil dengan cara mencicil, teman-teman harus memikirnya secara matang.
Pinjaman seperti inilah yang sebisa mungkin harus teman-teman hindari, karena utang yang seperti ini tidak akan memberikan keuntungan untuk teman-teman di masa yang akan datang, malah hanya akan menambah beban pikiran. Think smart ya guys!
Pinjaman Produktif
Untuk utang yang ini, bisa dikatakan sebagai utang baik, karena pinjaman yang diambil digunakan untuk membeli barang-barang atau dihabiskan untuk kegiatan-kegiatan yang dapat menambah pemasukan atau asset teman-teman. Contohnya adalah, ketika teman-teman membeli rumah dengan cara mencicil, hal ini disebut sebagai utang baik karena harga tanah dan rumah akan selalu bertambaha setiap tahunnya, sehingga rumah dan tanah yang dicicil teman-teman akan menambah investasi atau asset.
Begitu pula ketika teman-teman mengabil pinjaman dan digunakan untuk membangun usaha, seperti contohnya usaha rumah makan atau restoran, atau mungkin yang sedang tren saat ini adalah food truck. Uang pinjaman tersebut dapat diputar untuk mengembangkan usaha sehingga dapat menambah penghasilan teman-teman.
Selain itu, pinjaman untuk membiayai pendidikan teman-teman juga dapat dikatakan sebagai pinjaman yang positif, karena dengan bertambahnya pendidikan teman-teman, maka akan semakin tinggi pula potensi teman-teman untuk mendapatkan penghasilan yang lebih banyak kelak ketika pendidikan telah selesai. Hal ini bisa disamakan dengan investasi untuk masa depan.
Untuk teman-teman yang sudah memiliki penghasilan tetapi sulit untuk menyisihkan penghasilan perbulannya untuk ditabung, jenis-jenis pinjaman dan cicilan diatas bisa menjadi alternatif untuk dijadikan sebagai ‘pemaksaan’ untuk menabung dan dijadikan sebagai salah satu investasi teman-teman untuk masa depan nanti.
Berapa Batas Maksimal Cicilan Pinjaman Perbulannya?
Dari ulasan sebelumnya teman-teman sudah mengetahui perbedaan antara pinjaman baik dan pinjaman yang tidak baik. Lalu, seberapa banyak sih dari penghasilan perbulan yang dapat teman-teman sisihkan untuk investasi dengan cara melakukan cicilan, baik rumah ataupun cicilan produktif lainnya?
Perencana keuangan atau financial planner M. Kharisma RFC mengungkapkan bahwa, untuk investasi bagi kaum milenial yang rata-rata penghasilannya disekitaran 5 juta rupiah perbulan adalah harus memaksalan maksimal 35 persen dari penghasilannya.
Salah satu cara investasinya, yaitu dengan mencicil properti. Selain bisa dijadikan sebagai hunian sendiri, properti akan selalu meningkat harganya dengan seiring pertambahan tahun. Lalu, kenapa maksimal 35 persen dari penghasilan?
Karena banyaknya kebutuhan harian yang masih harus dipenuhi, seperti makan, transportasi dan hiburan, maka untuk tetap menjaga stabilitas keuangan teman-teman, pinjaman dengan cicilan maksimal 35 persen adalah yang paling ideal, karena apabila melebihi angka 35 persen dari pendapatan perbulan dikhawatirkan teman-teman akan melakukan tutup lubang gali lubang, atau melakukan pinjaman untuk menutupi pinjaman yang lain.
Coba bayangkan, apabila teman-teman memiliki hutang dengan cicilan 70 persen per bulannya, pasti yang terjadi adalah stress berkepanjangan dan kesulitan untuk memenuhi cicilannya kan?
Untuk menghindari hal tersebut, teman-teman bisa mulai dari sekarang untuk mengatur keuangan teman-teman dengan cara mencatat segala pengeluaran dan pemasukan teman-teman tiap bulannya, setelah itu identifikasi apakah teman-teman membutuhkan pinjaman untuk hal-hal yang produktif, kemudian putuskan besaran pinjaman yang akan teman-teman ambil dan berapa lama waktu untuk sampai pelunasan. Yang terpenting adalah, pinjamannya untuk hal-hal yang produktif ya teman-teman.
Pengirim: Andita Sari Mardatillah / Mahasiswi D3 Akuntansi Politeknik Keuangan Negara Stan (PKN STAN)
Email: [email protected]