5 Bukti Jadi Anak Bungsu Lebih Membahagiakan Dibandingkan Sulung

Hernawan | sari rachmah
5 Bukti Jadi Anak Bungsu Lebih Membahagiakan Dibandingkan Sulung
Ilustrasi adik kakak (pexels/Olia Danilevich)

Karakter seseorang merupakan genetika yang diwariskan dari orangtua. Namun, genetika yang diwariskan tidak berdiri sendirian. Sebab ada banyak faktor situasi sosial yang mempengaruhi karakter seseorang, salah satunya urutan kelahiran. Lalu bagaimana urutan kelahiran memberi pengaruh terhadap karakter seseorang?

Urutan kelahiran memengaruhi kebiasaan dan perlakuan yang sering diterima seseorang, terutama dari orangtua. Lalu apa benar anak bungsu cenderung memiliki karakter yang lebih ceria dan bahagia daripada kakak-kakaknya?

Umumnya begitu, walau tidak berlaku untuk semua individu. Perlakuan seperti apakah yang sering didapatkan anak bungsu, sehingga membentuk kepribadiannya menjadi lebih ceria dan bahagia ? Simak yuk!

1. Orang tua cenderung menuntut pada anak sulung

ilustrasi anak sulung (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi anak sulung (pexels.com/August de Richelieu)

Si sulung sebagai anak pertama dalam urutan kelahiran biasanya akan diberi tanggung jawab lebih oleh orangtua. Disadari atau tidak, anak sulung biasanya dituntut orang tua untuk menjadi lebih dewasa, walau belum waktunya.

Hal ini berbanding terbalik dengan si bungsu yang jauh dari tuntutan, daripada anak sulung. Secara psikologi, tentu saja si bungsu akan menjadi pribadi yang lebih bahagia karena hidupnya  jauh dari beban. Namun, ada baiknya juga anak bungsu diberi tanggung jawab atau mengejar target tertentu, agar hidupnya lebih bertanggung jawab, memiliki visi juga misi.

2. Anak bungsu tak pernah disaingi saudara-saudaranya

ilustrasi anak bungsu (pexels.com/pixabay)
ilustrasi anak bungsu (pexels.com/pixabay)

Memang menjadi anak bungsu sungguh membahagiakan, karena terjauh dari kata “kompetisi” di antara saudara. Posisi menjadi anak bungsu selalu menjadi pusat perhatian keluarga. Pasalnya, kakak-kakaknya akan selalu dituntut melindungi si bungsu.

Umumnya, anak bungsu akan selalu dianggap anak kecil dari bayi hingga ia dewasa. Namun, memperlakukan anak bungsu seperti anak kecil seumur hidupnya juga tidak baik. Sebab, akan sulit baginya di masa depan ketika harus hidup sendiri tanpa kakak dan adiknya.

3. Anak bungsu dilindungi orang tua dari serangan verbal dan fisik kakaknya

ilustrasi kakak menajaga adiknya (pexels.com/Olia Danilevich)
ilustrasi kakak menajaga adiknya (pexels.com/Olia Danilevich)

Dalam banyak hal, anak bungsu akan selalu dibantu dan dilindungi orangtuanya. Selain itu, orangtua akan selalu menuntut kakak-kakaknya untuk selalu menjadi pahlawan bagi adiknya. Peran kakak akan melindungi adiknya dari serangan fisik dan verbal yang dapat membuatnya menangis. 

Namun demikian, tetap saja anak bungsu juga perlu belajar bertahan hidup dengan tangannya sendiri. Dengan begitu, ia dapat melindungi dirinya sendiri ketika jauh dari keluarga.

4. Anak bungsu tidak menanggung beban tanggung jawab

kakak menjaga adik (pexels.com/Sunvani Hoang)
kakak menjaga adik (pexels.com/Sunvani Hoang)

Karena anak sulung harus selalu sempurna di mata orangtua dan dibebani macam-macam tanggung jawab, maka si bungsu sering luput dari macam-macam beban serta tanggung jawab. Di sisi lain, orangtua sudah terlalu lelah mendidik kakak-kakaknya, sehingga tidak ada lagi energi untuk mendidik anak bungsu. Sehingga, beberapa kedisiplinan yang berlaku buat  kakak-kakaknya tak berlaku bagi si bungsu.

Kewajiban orangtua adalah mendidik anak dan memberi kasih sayang sama rata tanpa pandang bulu. Anak bungsu juga harus menerima tanggung jawab seperti kakaknya sehingga belajar mandiri, mendisiplinkan diri, lebih teratur, dan tidak bersikap seenaknya.

5. Anak bungsu populer di lingkungannya

ilustrasi adik yang bahagia (pexels.com/Allan Mas)
ilustrasi adik yang bahagia (pexels.com/Allan Mas)

Semua perhatian dan kasih sayang orang tua serta kakak-kakaknya terhadap anak bungsu akan masuk ke alam bawah sadarnya. Hal itu akan membentuk kepribadian si bungsu ini menjadi positif, supel, penuh empati, ceria, menjadi pendengar yang baik, mudah bergaul dan bahagia.

Dengan semua pembawaannya ini, rasanya wajar di manapun ia bergaul, akan menjadi populer dan disukai banyak orang. Betapa bahagianya menjadi anak bungsu, sudah disayang, populer pula.

Orangtua juga perlu tahu, bahwa kewajibannya adalah mempersiapkan mental anak-anaknya, sehingga mereka mampu hidup mandiri di masa depan. Kasih sayang yang utuh serta rasa tanggung jawab akan membentuk kepribadian anak bungsu tidak hanya ceria dan menyenangkan, tapi juga memiliki kesiapan mental untuk kehidupan mendatang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak