Kasus Bunuh Diri Belakangan Marak, Ini Tanggapan Psikolog

Hernawan | khiza ikmal
Kasus Bunuh Diri Belakangan Marak, Ini Tanggapan Psikolog
Ilustrasi depresi (Pixabay)

Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia dikagetkan dengan banyaknya kasus bunuh diri. Bahkan beberapa kasus viral di media elektronik dan media sosial. Pada bulan Desember 2021, kasus bunuh diri yang dilakukan oleh pacar seorang oknum polisi di Jawa Timur sempat ramai diperbincangkan di media sosial. Bukan hanya tentang kronologisnya. Namun, beberapa dugaan kasus yang melatar belakangi sehingga menjadi motif bunuh diri juga menjadi trending topic di beberapa platform media sosial. 

Dari beberapa unggahan akun media sosial korban, diduga ia mengalami stres karena beban hubungan dengan sang pacar. Korban dipaksa oleh pacar untuk melakukan aborsi lebih dari 1 kali. Sedangkan keluarga pelaku tidak mengijinkan korban menikah dengan anaknya dengan alasan pekerjaan. 

Masih di bulan yang sama, masyarakat dikagetkan lagi dengan aksi nekat seorang siswi di Jawa Timur yang mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri di depan kelasnya, pada pukul sekitar 11 siang hari. Diduga, korban alami depresi setelah putus cinta. 

Menurut dosen Psikologi Klinis IAIN Kediri, Tatik Imadatus, M. Psi, beberapa kasus bunuh diri biasanya diawali oleh korban mengalami stres, depresi dan murung yang akhirnya timbul ide untuk bunuh diri. Tatik juga menuturkan bahwa beberapa orang yang telah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup harus mendapatkan pendampingan secara intensif agar tidak melakukan hal-hal yang mendorong untuk melakukan aksi bunuh diri. 

Menurut Tatik, kita harus mengetahui kondisi kita masing-masing. Apabila merasa tidak nyaman, baiknya segera mencari pertolongan, baik ke BK, psikolog atau lainnya. Berkaitan dengan kasus bunuh diri siswi di Jawa Timur,  Tatik menyarankan penggalakan fungsi BK agar lebih menyeluruh. 

Terkadang, seseorang merasa ragu untuk bercerita kepada orang lain, dengan alasan mungkin tidak ada yang bisa dipercaya, banyak menerima penolakan atau merasa mengumbar aib.

Sebenarnya, saat merasa tidak nyaman, sebaiknya segera membagi cerita kepada seseorang yang bisa dipercaya dan membuat nyaman. Karena dengan membagi kisah dan rasa, walaupun belum menemukan solusi, kita akan merasa lega dan lebih tenang. Sebab, emosi tidak akan hilang. Jika kita tidak mengeluarkannya, emosi mungkin hanya akan tertekan ke alam bawah sadar akan muncul lagi kemudian hari.

Ketika emosi sudah tercurahkan, dan hati merasa lega, akan membuat lebih tenang dan berpikir dengan kepala dingin. Masalah lebih jelas urat akarnya sehingga lebih mudah untuk diuraikan.

Pada era digital ini, jika malu atau tidak percaya diri dengan orang lain, ada banyak jasa yang ditawarkan untuk melakukan konseling, baik berbayar maupun gratis yang cukup mudah diakses. Jadi, jangan pernah merasa sendiri karena pada masalah yang rumit, dunia masih punya banyak orang baik yang bersedia membantu.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak