Quarter Life Crisis: Apakah Itu Normal ?

Hikmawan Firdaus | Siti Muawanah
Quarter Life Crisis: Apakah Itu Normal ?
Ilustrasi quarter life crisis. (Unsplash.com/Kleiton Silva)

Sepertinya kita yang hidup di zaman serba modern ini sudah tidak begitu asing dengan istilah quarter life crisis. Krisis seperempat abad dari usia kita, atau yang lebih dikenal dengan quarter life crisis adalah saat di mana seseorang berusia antara 18 sampai 30 tahun tetapi tidak memiliki arah dan tujuan hidup, merasa bingung mengenai hidupnya sendiri, dan cemas dengan masa depan yang belum pasti akan seperti apa. Biasanya semua kekhawatiran ini berhubungan dengan kehidupan sosial, percintaan, maupun pekerjaan.

Quarter life crisis terjadi ketika kita di hadapkan dengan kenyataan hidup yang tidak sesuai dengan ekspektasi yang kita harapkan. Kita mengalami krisis secara emosional, identitas, bahkan kepercayaan diri. Kita sering meragukan diri sendiri dan bingung dalam menentukan arah hidup. Ketika seseorang tidak mampu melewati proses perkembangan dirinya serta berbagai macam persoalan hidup, maka umumnya mereka akan mengalami masalah psikologi seperti merasa terombang-ambing bahkan depresi.

Menurut pendapat Robbinson (2015), fase quarter life crisis bisa menimbulkan gejala depresi dan kesehatan mental yang terganggu karena perasaan sulit yang dialami, perasaan tertekan, bahkan tidak stabil, sehingga ini merupakan momen penting  yang menjadi bagian dari kehidupan. Jika kamu sedang berada di fase quarter life crisis, jangan panik. Hal ini wajar dialami oleh semua orang yang berusia 20 tahunan. Meskipun mungkin kamu mengalami stres dan cemas akan hidup, momen ini adalah momen yang tepat untuk mengevaluasi kembali pribadi kita, serta menentukan pilihan yang lebih baik lagi untuk masa depan. 

Penyebab Terjadinya Quarter Life Crisis

Menurut Robbins (Nash & Murray, 2010), menyebutkan bahwa penyebab terjadinya quarter life crisis dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor internal yang berasal dari pikiran kita sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari luar. Berikut faktor internal yang menyebabkan terjadinya periode quarter life crisis:

1. Harapan dan Mimpi

Ini berkaitan dengan keluarga, karir, hubungan pertemanan, dan hubungan dengan pasangan. Seseorang tentunya ingin memiliki karir yang bagus, memiliki teman yang bisa mendukungnya, memiliki pasangan hidup yang setia dan mencintainya, dan ingin bisa membahagiakan keluarganya. Hanya saja, ada saat-saat di mana kita memiliki keraguan dan membayangkan hal-hal yang belum pasti terjadi di masa depan, yang mana dari keraguan dan kekhawatiran inilah muncul krisis emosional.

2. Spiritualitas dan Agama

Emosi yang belum sepenuhnya stabil ikut berkontribusi dalam melaksanakan kewajiban agama. Mungkin kita masih belum cukup memahami hakikat dari ajaran agama masing-masing, sehingga memunculkan berbagai macam pertanyaan kritis yang membuat kita bingung apa sebenarnya tujuan kita hidup di dunia ini.

Selain dua faktor internal di atas, ada juga beberapa faktor eksternal yang membuat seseorang mengalami quarter life crisis, yaitu :

1. Hubungan pertemanan, percintaan, dan keluarga

Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang tentunya tidak bisa hidup seorang diri. Kita butuh untuk berinteraksi dengan orang lain, terutama keluarga, teman, dan pasangan. Seseorang merasa membutuhkan sosok yang bisa menjadi pasangan, namun mempertahankan sebuah hubungan bukanlah hal mudah. Seseorang ingin dirinya bebas dari keluarga dan hidup secara mandiri. Seseorang juga merasa bahwa dirinya sulit mendapatkan teman yang benar-benar tulus. Dari orang-orang inilah yang akan membantu kita dalam menentukan apakah kita berhasil melewati fase quarter life crisis atau tidak.

2. Akademis atau pendidikan

Siapa pun pastinya memiliki keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang baik.  Namun, ada beberapa saat di mana seseorang merasa salah jurusan ketika sudah memasuki bangku kuliah. Apakah sudah tepat dalam menentukan jurusan, apakah setelah lulus lanjut pascasarjana atau bekerja, semua itu bisa menimbulkan kekhawatiran dalam diri kita untuk mengambil keputusan.

3. Karir atau Pekerjaan

Seseorang akan merasa bingung dan seperti hilang arah ketika melihat pencapaian teman-temannya yang sudah mendapatkan pekerjaan impian sementara ia sendiri masih menganggur. Adapun kecemasan lain yaitu antara memilih pekerjaan yang diminati atau pekerjaan dengan gaji besar. Rasa ketidakpastian yang dialami inilah yang semakin membuat kita merasa takut dan cemas.

Cara untuk menghadapi quarter life crisis

1. Jangan membandingkan diri dengan siapa pun dan fokuslah pada diri sendiri

Jika kita terus merasa terpuruk dan membandingkan diri dengan orang lain, itu hanya akan membuang-buang waktu kita yang berharga. Dari pada fokus pada hidup orang lain, lebih baik kita fokus pada diri kita sendiri. Dengan begitu, diri kita lah yang akan semakin berkembang. Mulai cari tahu apa yang menjadi tujuan hidup kita sebenarnya dan apa yang kita inginkan dalam hidup. Fokus memperbaiki diri menjadi lebih baik lagi dan yakin bahwa kita bisa melewatinya dengan baik.

2. Cari dan temukan orang yang bisa mendukung kita

Orang yang memiliki minat dan tujuan yang sama biasanya akan saling memberikan dukungan. Kita juga bisa mencari sosok atau tokoh yang menginspirasi dan membuat kita jadi lebih baik lagi. Dengan begitu, kita tidak akan merasa seorang diri di dunia ini.

3. Mengembangkan kemampuan

Hal terpenting adalah dengan mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita. Setiap manusia yang diciptakan pastinya memiliki kelebihan dan keistimewaan dan begitu pun sebaliknya, pasti juga memiliki kekurangan. Jika kita mengetahui kelebihan dan potensi diri, kita mudah dalam menentukan fokus hidup. Setelah mengetahui kelebihan dan potensi diri, teruslah asah dan kembangkan potensi. Dan jika kita mengetahui apa kekurangan kita, kita bisa mencoba untuk menerima dan berusaha memperbaikinya agar menjadi lebih baik lagi.

4. Mencintai diri sendiri

Ketika sedang mengalami quarter life crisis, kita cenderung mengabaikan bahkan membenci diri sendiri. Padahal, untuk mendapatkan apa yang menjadi impian kita adalah dengan mencintai dan menghargai diri kita dulu. Cobalah untuk membuat diri kita nyaman, lakukan apa yang kita suka, perhatikan apa yang diri kita butuhkan, dan perlakukan diri dengan sebaik mungkin. Jika kita sudah mencintai diri sendiri, maka akan lebih mudah untuk kita menerima segala kekurangan kita, sehingga kita tidak perlu mencemaskan hal-hal yang justru akan menghambat diri kita berkembang.

5. Kendalikan overthinking

Seseorang yang overthinking seringkali hanya fokus pada hal-hal yang sebenarnya sepele. Dari pada menghabiskan waktu untuk overthinking, lebih baik fokus lah pada apa yang bisa kita perbaiki. Jangan biarkan hal-hal yang belum pasti mengganggu pikiran kita bahkan aktivitas sehari-hari. Cobalah untuk mengalihkan perhatian dengan menekuni hobi, berolahraga, atau lakukan rutinitas sehari-hari. Melakukan hobi bisa menjadi satu dari sekian banyaknya cara untuk menikmati hidup.

Quarter life crisis terjadi pada semua orang yang mulai beranjak menuju dewasa. Hidup memang tidak pernah lepas dari masalah, maka dari itu memiliki perasaan takut dan khawatir sangatlah wajar. Kita lah yang perlu mengendalikan diri dan perasaan kita agar tidak berlarut-larut dalam keterpurukan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak