Pria adalah kaum yang diciptakan Tuhan dengan kecenderungan kompetitif. Misalnya, kaum pria di zaman dahulu tentu berkompetisi berburu makanan di hutan. Pada zaman sekarang, kaum pria juga berkompetisi dalam urusan pekerjaan untuk menjadi yang terbaik dalam tugas-tugasnya demi pencapaian level tertentu di tempat kerjanya. Maka, jangan heran jika pria dianugerahi sifat-sifat maskulin dengan fisik lebih kekar dan kekuatan lebih besar daripada wanita.
Sedangkan wanita, dengan kecenderungannya menjaga hubungan sosial, menjaga kerukunan, maka dianugerahi Tuhan sifat-sifat feminim dengan bentuk fisik yang lebih kecil dan ramping daripada pria.
Walaupun pria dan wanita memiliki bentuk dan kekuatan fisik yang berbeda, tetapi pada umumnya memiliki kebutuhan yang sama sekaligus pada hal-hal tertentu memiliki kebutuhan berbeda.
Sayangnya, karena stereotype yang berlaku di masyarakat, beberapa kebutuhan pria yang dianggap masyarakat tidak maskulin menjadi pantangan tersendiri bagi kaum pria dan karenanya dianggap tabu.
Namun, hal ini bersifat umum dan tidak berarti setiap individu pria akan menganggapnya tabu, karena toh pada dasarnya pria juga membutuhkannya dan tergantung pola didik keluarga. Penasaran tidak sih, hal-hal apa saja yang dianggap tabu oleh pria walaupun pria juga membutuhkannya? Cek faktanya:
1. Merawat wajah biasa dilakukan wanita, tetapi dianggap tabu sebagian pria
Wanita sudah jelas sangat memperhatikan penampilan dan karenanya sangat memperhatikan kebersihan dan kesehatan kulit wajah dengan melakukan perawatan tertentu. Baik itu perawatan wajah di salon atau melakukan rutinitas skincare di rumah.
Pria juga tentu tidak mau wajahnya tidak terawat, kotor, berjerawat dan sebagainya. Namun, sayangnya bagi sebagian pria merawat wajah adalah hal tabu karena dianggap menyerupai wanita. Wajah yang sehat dan bersih tentu bukan hanya kebutuhan wanita, tetapi juga kebutuhan pria.
Paling tidak, pria wajib merawat wajahnya dengan sabun cuci wajah dan cream pelembab agar kulit wajahnya tetap bersih dan terawat. Jika sudah bermasalah, tentu saja baik itu pria maupun wanita akan menemui dokter kulit untuk memperbaiki kondisi kulit wajahnya.
2. Gaya bahasa mendetail dan komunikatif tidak berarti pria tidak maskulin
Sudah bukan rahasia lagi kaum pria terkenal dengan gaya komunikasi yang singkat dan langsung pada inti pembicaraan. Juga, bukan rahasia lagi kaum wanita terkenal dengan gaya komunikasi yang supel, ceria, panjang, mendetail dan lebih komunikatif.
Pada masing-masing gaya komunikasi pria maupun wanita, memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pada situasi tertentu, wanita memang perlu berkomunikasi dengan gaya pria, terlebih dalam situasi resmi dan disibukkan dengan banyak kerjaan. Sebaliknya, pria juga perlu mengadaptasi gaya komunikasi wanita yang lebih komunikatif dalam situasi tertentu.
Gaya komunikasi komunikatif yang mendetail tentu akan lebih baik dalam penyampaian, tidak hanya pesan yang ingin disampaikan tetapi emosi lawan bicara. Hal ini akan sangat baik jika diterapkan karena lebih efektif membuat lawan bicara paham dan lebih menyampaikan empati daripada gaya bicara yang singkat.
Terlebih, jika pria itu seorang ayah dengan gaya bicara yang komunikatif akan membuat anak-anaknya lebih nyaman dan tidak kaku sehingga tercipta hubungan yang lebih cair. Anak yang nyaman dengan kehadiran ayahnya tentu lebih patuh dengan nasihatnya, tidak banyak melawan dan merasa disayangi. Ayah dan suami yang komunikatif bahkan lebih memiliki keterikatan emosi dengan pasangan dan anak-anaknya.
3. Pria juga perlu menggunakan pakaian warna-warna cerah
Ya, secara umum pria lebih menyukai warna-warna gelap seperti hitam, coklat, navy untuk pakaian sehari-hari mereka. Warna-warna gelap selain warna cerah dianggap lebih maskulin juga membuat pria lebih percaya diri karena beranggapan warna-warna cerah adalah warnanya wanita.
Namun, dari mana stereotype ini berasal? Tidak ada aturan yang melarang pria memakai pakaian cerah. Apalagi di zaman modern ini, di mana dunia fashion sudah mencapai puncaknya, pakaian pria lebih bervariasi dari sisi warna, model dan bahan bahkan tetap membuat pria tampil maskulin.
4. Siapa bilang pria tak boleh menangis
Sudah menjadi budaya di masyarakat kita bahwa pria tak boleh menangis karena dianggap menyerupai wanita atau tidak maskulin. Bahkan, hal ini sudah berlaku sejak masa kanak-kanak. Sehingga, orang tua sering mengatakan pada anak lelakinya "Laki-laki tak boleh menangis" atau "Masa laki-laki cengeng?"
Siapa sangka pola asuh seperti ini salah menurut para pakar. Menurut para pakar pria atau anak lelaki boleh menangis, tidak ada pantangan. Justru melarang anak lelaki menangis berdampak buruk.
Menurut Lena Aburdene Derhally, seorang terapis di bidang kecemasan dan masalah antar pasangan, dilansir CNN Indonesia, melarang anak lelaki menangis akan membuatnya tertekan. Anak lelaki sama seperti halnya anak perempuan, butuh mengekspresikan perasaannya.
Dampak yang lebih buruk dari pola asuh ini adalah masalah mental pada anak lelaki saat ia menjadi pria dewasa. Pria dewasa yang tak dapat mengekspresikan emosinya sering memiliki masalah kecemasan, penanganan masalah yang buruk dengan kecanduan alkohol, depresi hingga bermasalah dengan pasangannya. Jadi, mengekspresikan emosi adalah hal yang wajar dan baik untuk kesehatan mental, juga boleh dilakukan oleh pria maupun wanita.
Nah, para gentleman karena kamu berarti maka kamu berhak menangis, fashionable, merawat diri dan berbicara lebih komunikatif dan kamu tetap maskulin, kok! Jangan takut dianggap berperilaku seperti wanita gara-gara pandangan stereotip di masyarakat.
Jadi, para pria maskulin kamu sudah siap mendobrak hal-hal yang dianggap tabu di masyarakat?