Kesetaraan membuat perempuan bisa menempuh pendidikan tinggi dan berkarier dengan baik, setara dengan laki-laki. Hal tersebut sangatlah menguntungkan, karena perempuan menjadi lebih produktif dan mandiri, tentunya.
Namun ketika berumah tangga, biasanya suami dan istri akan membuat sebuah kesepakatan tentang pekerjaan. Apalagi setelah ada anak yang tentunya sangat membutuhkan orang tuanya.
Tidak jarang, seorang suami akan mengarahkan istrinya untuk tetap di rumah. Menjalankan kewajiban mengurus rumah tangga saja. Apalagi kalau penghasilan dari suami sudah mencukupi kebutuhan dan menabung. Mencari apa lagi?
Namun, bagi perempuan yang sudah terbiasa bekerja, tidak semudah itu untuk melepaskan pekerjaan yang selama ini membesarkan namanya itu. Tidak mudah untuk tiba-tiba menjadi manusia yang berdiam diri di rumah. Makanya, tidak sedikit yang menentang pendapat suami dan memilih untuk tetap bekerja.
Apakah semua berjalan biasa saja? Tentu tidak. Dalam rumah tangga, patuh terhadap suami menjadi hal yang sangat penting. Ketika kita tidak bisa mematuhi suami, maka banyak konsekuensi yang harus dialami. Berikut ini beberapa contohnya.
1. Tidak berkah
Sebanyak apapun penghasilan yang kamu dapatkan, jika di dalam prosesnya tidak mendapatkan izin dari suami, maka penghasilanmu tersebut tidak akan berkah.
Tidak berkah di sini misalnya adalah penghasilanmu banyak, namun habisnya cepat sekali. Atau, entah kenapa penghasilan yang kamu dapatkan tidak pernah membuatmu merasa cukup dengan itu.
Contoh lainnya adalah karena bekerja, kamu merasa jauh dengan Tuhan dan mendapatkan kehidupan yang tidak tenang.
Hati yang tidak tenang seringkali membuat diri merasa was-was dan banyak pikiran. Lambat laun, kamu tidak akan merasa bahagia dengan keadaan yang sedemikian rupa.
Itulah beberapa contoh dari ketidakberkahan yang disebabkan karena tidak adanya izin atau restu dari suami.
Bagaimanapun, suami merasa tidak memerlukan atau mengizinkan kamu untuk bekerja. Jadi, sebaik apapun kamu mencoba bekerja, sebanyak apapun kamu mendapatkan penghasilan, usahamu itu tidak akan pernah ada nilainya di mata suami.
Kamu mungkin menjadi karyawan yang penuh dengan pujian di kantor, namun kamu bukan istri yang didambakan dalam rumah tanggamu sendiri.
3. Dianggap persaingan
Alih-alih menjadi penyemangat suami untuk bekerja bersama-sama, kamu yang bisa berpenghasilan sendiri hanyalah akan menjadi ajang persaingan di mata suami. Mungkin kamu tidak ada maksud untuk itu, namun karena sedari awal sudah tidak ada kesatuan paham, maka akan tetap ada saja hal yang diperdebatkan.
4. Memicu banyak masalah
Rumah tangga adalah tempatnya masalah dan belajar dari masalah. Namun, tidak patuh kepada suami hanyalah akan menjadikan masalah yang tidak akan pernah sudah.
Pertama, kamu dianggap tidak patuh dengan suami, kamu tidak menghargai suami, tidak menghormati keputusan suami, dan lain sebagainya. Mungkin kamu menganggap terlalu berlebihan dalam menyikapi suami. Padahal, hakikatnya memang seperti itu.
Sebagai seorang manusia, baik istri maupun suami memiliki kesetaraan. Istri tentu saja boleh dan berhak bekerja, namun syaratnya adalah persetujuan suami.
Ketika kamu ingin bekerja lalu suami tidak memberi izin, maka lebih baik untukmu menunggu waktu. Sembari lebih mendekatkan diri kepada suami, memberinya penjelasan dengan pelan, dan mencoba merayunya untuk memberikan izin. Hal tersebut akan jauh lebih baik ketimbang memaksakan diri untuk bekerja meskipun tidak diizinkan.
Suatu saat nanti ketika kamu memiliki kesulitan, orang lain hanya akan bersorak dan menganggap bahwa kamu kualat.