4 Kesalahan yang Biasa Dilakukan Generasi Z dalam Mengatur Keuangan

Ayu Nabila | Septyarosa Syahputri
4 Kesalahan yang Biasa Dilakukan Generasi Z dalam Mengatur Keuangan
Ilustrasi belanja (Pexels/Energetic.com)

Mengelola keuangan sebaiknya sudah dilakukan sedini mungkin. Hal ini akan memberikan mereka edukasi finansial yang berguna hingga tua. Namun, agaknya tidak semua remaja, khususnya generasi Z mengerti cara mengatur keuangan. Kekeliruan ini juga bisa berdampak pada finansial mereka di kemudian hari. Lantas, apa saja kesalahan remaja dalam mengatur keuangannya? Berikut empat di antaranya.

1. Tidak mencatat pengeluaran uang digital 

Enggan atau lalai mencatat pengeluaran yang dilakukannya dalam bentuk transaksi digital. Pembayaran menggunakan dompet digital memang memberikan kemudahan dan kerap kali menawarkan promo menggiurkan. Tak ayal, ini membuat anak muda tanpa sadar menggunakan saldo mereka tanpa dicatat. Menggunakan uang digital juga membuat kita merasa tidak mengeluarkan apapun, karena bentuknya tidak terlihat.

Berbeda dengan tunai, uang digital memiliki nominal harga yang ganjil, misal Rp4.398. Tiga angka paling belakang mungkin terlihat tidak ada nilainya, namun, bayangkan jika dalam satu bulan ada ratusan transaksi dengan nominal ganjil di tiga angka paling belakang. Lumayan juga, kan?  

2. Belum memiliki rencana alokasi uang yang dimiliki 

Kebanyakan generasi Z itu belum bahkan tidak memiliki rencana alokasi uang yang mereka miliki. Tingkat kesadaran menabung dan berinvestasi remaja dinilai masih lemah. Kebanyakan dari mereka mengandalkan uang jajan orang tua atau gaji untuk menopang gaya hidup mereka.

Para remaja seringkali berfikir bahwa mereka belum punya tanggungan, dan masa muda tidak boleh disia-siakan. Padahal, kesadaran menabung dan berinvestasi di masa muda, akan meringankan beban kita di masa mendatang, bukan? 

3. Sudah diberikan kartu kredit sejak dini 

Salah satu kesalahan yang orang tua ajarkan kepada anak remaja mereka adalah membiarkan mereka memdapatkan kartu kredir di usia dini. Mereka sudah mengenal utang sejak dini, bahkan di saat mereka belum sepenuhnya mengerti konsep berutang dengan kartu kredit. Anak muda cenderung menganggap kartu kredit itu seperti kartu ajaib yang membuat mereka tidak harus memikirkan saldo.

Kartu kredit membuat anak muda berasumsi tentang 'gratis di awal'. Sama dengan konsep paylater. Dalam hal ini, orang tua harus benar-benar awas. Jangan biarkan anak yang baru mengenal uang, harus mengenal utang.  

4. Gemar melakukan pengeluaran impulsif 

Pernahkah kamu merasakan dorongan menggebu-gebu untuk membeli sebuah barang, bahkan tak jarang sampai terbawa mimpi? Kamu harus tahu bahwa ini adalah perilaku impulsive spending atau pengeluaran impulsif. Tidak peduli sehemat apapun kamu, kamu pasti pernah ada di titik ini, di mana kamu sangat menginginkan barang itu jadi milikmu.

Seseorang yang sudah lebih dewasa mungkin bisa berfikir lebih jauh akan plus-minus barang yang diinginkan, dan lebih bisa menahan hasrat untuk membelinya. Namun, remaja pada umumnya belum bisa sekuat itu. Mereka cenderung berfikir cepat. Apalagi, kalau lingkungannya mendukung. Prinsipnya, beli aja daripada kefikiran, dan cenderung FOMO (Fear of Missing Out). Ini bahaya, loh.  

Itulah empat kesalahan yang biasa dilakukan Generasi Z dalam mengatur keuangan. Pandai mengatur keuangan sebaiknya dilatih sedini mungkin. Penting bagi anak dan remaja untuk benar-benar memahami konsep uang, sulitnya mendapatkan uang, dan bagaimana menghasilkannya, ketimbang mempermudah akses mereka untuk menggunakannya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak