7 Jenis Emosi yang Cenderung hanya Dimiliki Anak Broken Home

Hikmawan Firdaus | Novita Sari
7 Jenis Emosi yang Cenderung hanya Dimiliki Anak Broken Home
Ilustrasi anak broken home (Unsplash.com)

Anak-anak korban perceraian orangtua memiliki emosi yang lebih sensitif dan rentan. Karena pengalaman perpisahan orangtuanya, mungkin juga pertengkaran antara ayah dan ibunya yang sering ia saksikan dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Semua ini kemudian membuat mereka lebih emosional daripada anak-anak yang orangtuanya memiliki hubungan yang harmonis.

Perkembangan perilaku anak, termasuk emosinya, dapat dipengaruhi oleh banyak hal, namun faktor terpenting adalah pengalaman dengan orangtua. Perpisahan dari orangtua dapat menyebabkan anak melalui pengalaman emosional yang tidak mudah. Anak-anak dari segala usia mungkin lebih cenderung menangis atau depresi selama beberapa tahun setelah menjadi orangtua.

Melansir halaman halodoc, berikut beberapa jenis emosi yang cenderung hanya dialami anak broken home.

1. Mudah marah 

Anak-anak sering merasa kewalahan dan tidak tahu bagaimana harus bereaksi terhadap perpisahan. Hal ini dapat menyebabkan anak menjadi mudah tersinggung dan mudah tersinggung.

Anak-anak yang hancur karena perceraian dapat mengungkapkan kemarahan terhadap orangtua mereka, diri mereka sendiri, teman, atau orang lain. Kondisi ini mungkin hanya berlangsung sebentar, namun bisa juga berlama-lama dan menjadi luka di hati.

2. Merasa bersalah

Anak-anak sering bertanya-tanya mengapa perceraian terjadi dalam keluarga mereka. Mereka akan mencari alasan, bertanya-tanya apakah orangtua mereka tidak lagi saling mencintai, atau apakah mereka melakukan sesuatu yang salah.

Rasa bersalah ini adalah konsekuensi yang sangat umum dari perceraian pada anak-anak, tetapi dapat menyebabkan masalah lain. Rasa bersalah meningkatkan stres, yang dapat menyebabkan depresi, stres, dan masalah kesehatan lainnya.

3. Sensitif

Perceraian dapat membawa berbagai emosi, terutama bagi anak-anak. Perasaan kehilangan, kemarahan, kebingungan, kecemasan, dan banyak lagi semuanya dapat berasal dari transisi ini.

Perceraian dapat membuat anak dari keluarga broken home menjadi lebih sensitif, mudah menangis, curiga, ragu untuk mengungkapkan perasaannya, atau bahkan menjadi lebih ekspresif. Efeknya bisa berbeda untuk setiap anak, tergantung keadaan masing-masing keluarga.

4. Memendam perasaan

Perceraian dapat mempengaruhi anak secara sosial. Anak-anak dari keluarga yang bercerai mungkin memiliki waktu yang lebih sulit untuk berhubungan dengan orang lain dan cenderung memiliki kontak sosial yang lebih sedikit.

Anak-anak terkadang merasa tidak aman dan bertanya-tanya apakah keluarga mereka adalah satu-satunya keluarga yang bercerai.

5. Hilang Keyakinan pada Makna Relasi, Keluarga, atau Pernikahan

Anak-anak yang tinggal dalam keluarga sering kali mengalami ketidakstabilan emosi yang mempengaruhi keyakinan mereka tentang makna hubungan, keluarga, atau pernikahan. Akibatnya, ada kecenderungan untuk lebih mudah menyerah pada hubungan, menjadi pesimis atau sinis.

6. Kecemasan yang Merujuk pada Posesif

Anak-anak kecil mungkin menunjukkan tanda-tanda kecemasan ketika jauh dari orangtua mereka. Baik di sekolah atau di salah satu orangtua.

7. Kecenderungan untuk Impulsif

Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan, perilaku agresif, dan pengakuan dini aktivitas seksual juga lebih mungkin terjadi pada anak-anak yang melarikan diri. Mereka mungkin juga terlibat dalam aktivitas impulsif lain tanpa memikirkannya.

Waspadai kemungkinan emosi yang mungkin dimiliki seorang anak dalam keluarga yang hancur, jadi orangtua harus menangani perpisahan dengan lebih bijaksana. Jangan menganggap perceraian hanya sebagai masalah ayah dan ibu, tetapi pikirkan bagaimana anak akan berkembang di masa depan.

Penting untuk mengutamakan keterbukaan dan membatasi perasaan Kamu di depan mantan pasangan, untuk melindungi perasaan anak. Jika perlu, tawarkan konseling sebagai penyesuaian transisi bagi orangtua dan anak untuk mengatasi perpisahan ini.

Itulah diatas beberapa jenis emosi yang cenderung hanya dialami anak broken home atau anak korban perceraian orangtuanya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak