Perilaku meniru orang lain, seperti gaya berpakaian, gaya bicara atau gestur sebenarnya lumrah dilakukan. Perilaku yang disebut dengan imitasi ini sudah kita lakukan sejak kecil, seperti meniru orang tua kita saat berbicara atau melakukan sesuatu. Bagi anak-anak, hal ini merupakan salah satu proses belajar.
Namun, tak hanya anak-anak, perilaku ini tak jarang juga dilakukan oleh orang dewasa. Hal ini bisa jadi merupakan salah satu bentuk kekaguman seseorang terhadap orang yang ditiru dengan menjadikannya role model, atau karena ia mengakui bahwa apa yang dilakukan atau dikenakan orang yang ia tiru memang terlihat baik dan bagus, sehingga ia ingin menirunya.
Sebenarnya, adalah sesuatu yang wajar jika ada keinginan dalam diri kita untuk meniru seseorang. Namun, jika hal ini sudah dilakukan secara berlebihan dan melebihi batas, tentunya akan menimbulkan berbagai akibat yang buruk, beberapa di antaranya adalah.
1. Sulit menemukan jati diri
Sejatinya, setiap orang dilahirkan dengan keunikan dan kelebihannya masing-masing. Hal inilah yang membuat seseorang berbeda dari orang lainnya. Oleh karena itu, orang yang terlalu sering meniru orang lain akan kesulitan menemukan jati dirinya, karena ia sering kali tidak menjadi diri sendiri saat melakukan sesuatu.
Nyatanya, terlalu sering meniru orang lain juga bisa membuat kita terlihat berperilaku tidak alami atau dibuat-buat, karena kita memang tidak melakukan sesuatu secara natural. Terlebih, gaya atau cara orang lain melakukan sesuatu belum tentu cocok dengan kita.
2. Membuat orang lain tidak nyaman
Misalnya, ketika seseorang terlalu sering meniru cara orang lain dalam berbusana atau berbicara, bahkan mengikuti sampai sedetail-detailnya, tentu hal tersebut akan membuat orang yang ditiru merasa risi dan tidak nyaman. Tak hanya itu, jika kita meniru seseorang terus-menerus, bisa-bisa kita bukan dianggap sedang mengaguminya, tapi merasa iri kepadanya.
Lebih parahnya lagi, jika perilaku meniru ini sampai menyebabkan kerugian pada orang lain, seperti meniru karya orang lain. Bukan sekadar meniru, lebih dari itu, kita sudah melakukan tindakan plagiasi.
3. Kewalahan karena ingin mengimbangi orang lain
Jika kita selalu meniru orang lain, artinya kita juga harus mengimbangi kemampuannya. Misalnya saja, ketika kita meniru orang lain dalam hal berpakaian, kita tentu harus membeli apa yang ia beli juga. Padahal, kita belum tentu memiliki kemampuan finansial yang sama dengannya. Akibatnya, kita yang akan kewalahan sendiri.
Demikian tiga akibat buruk terlalu sering meniru orang lain. Pastinya, alangkah lebih baik jika kita mampu menjadi diri kita sendiri.