Sering membeli barang dengan tiba-tiba dan tidak terencana? Hati-hati, hal ini bisa membuat kondisi keuangan kalian menjadi buruk. Terlalu banyak pengeluaran yang tiba-tiba membuat seseorang tidak bisa menghemat.
Melansir dari The Economic Times, Sabtu (25/2/2023) impulsive buying adalah kecenderungan seseorang untuk membeli barang dan jasa tanpa perencanaan sebelumnya. Ketika sesorang mengambil keputusan pembelian secara mendadak, biasanya dipengaruhi oleh emosi dan perasaan.
Meskipun keinginan yang kuat pada impulsive buying terjadi secara tiba-tiba, namun terdapat beberapa hal yang menjadi pemicunya. Bahkan pemicunya bukan dari hal yang tiba-tiba.
Melansir dari Klee.id, Jumat (24/2/2023) terdapat 7 hal secara psikologis yang dapat menjadi pemicu seseorang melakukan impulsive buying. Berikut adalah pemicunya.
1. Sudah Memiliki Sifat Impulsif
Individu dengan kepribadian yang impulsif tentu juga akan lebih mudah melakukan impulsive buying. Hal ini terjasi karena ia telah terbiasa untuk mengambil keputusan tanpa memikirkan akibat dari keputusan tersebut.
2. Suka Mencoba Hal Baru
Begitu juga dengan individu yang suka mencari sensasi dan mencoba hal baru. Individu dengan kepribadian ini akan lebih mudah membeli sesuatu karena keingintahuannya dan penasaran.
BACA JUGA: CEK FAKTA: Benarkah Muzdalifah Mantan Istri Nassar Meninggal saat Tunaikan Ibadah Haji?
3. Kedok Self Reward
Ada berbagai motif yang dimiliki seseorang ketika melakukan impulsive buying. Salah satunya ketika seseorang membeli sesuatu karena membeli beli sesuatu dijadikan sebagai kompensasi dari pengalaman negatif yang dirasakan.
4. Bentuk Balas Dendam
Misalnya, seseorang sering impulsif membeli mainan di masa dewasa dengan alasan sebagai 'pembalasan dendam' karena waktu kecil tidak pernah dibelikan mainan. Individu yang memiliki tenaga, waktu, dan uang yang mencukupi juga lebih mungkin untuk melakukan impulsive buying, daripada yang kurang. Ketersediaan resources ini meningkatkan daya beli dan impulsivitas individu.
5. Self Control Rendah
Self-control yang rendah menjadikan kita kurang bisa mengontrol diri ketika membeli sesuatu. Self-control yang rendah juga akan sering membuat kita menyesal dan jadi kurang bahagia.
6. Emosi Sesaat
Emosi kita, baik emosi positif dan emosi negatif ternyata berpengaruh pada perilaku impulsive buying. Misalnya, kita sedang bad mood, kesal, marah, lalu kita melampiaskannya dengan berbelanja, untuk membuat kita merasa lebih baik. Hal ini sering disebut sebagai
Retail therapy. Retail therapy menjadi salah satu contoh motif dari perilaku impulsive buying.
7. Termakan Iklan
Misalnya kita termakan iklan, racun tiktok, harga murah, promo menarik seperti tanggal kembar dan pay day, review influencer, dan masih banyak segudang taktik marketing yang mempengaruhi seseorang untuk membeli sesuatu.
Ternyata sikap seseorang dan kebiasaan bisa menjadi pemicu seseorang melakukan impulsive buying. Namun, tak dipungkiri bahwa pengaruh eksternal juga dapat menyebabkan kita melakukan impulsive buying.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.