5 Mitos Pada Laki-laki yang Kerap Berseliweran, Kaum Adam Wajib Speak Up!

Candra Kartiko | Wahyu Astungkara
5 Mitos Pada Laki-laki yang Kerap Berseliweran, Kaum Adam Wajib Speak Up!
Ilustrasi pria menangis (Pexels/Ekrulila)

Dalam masyarakat yang majemuk seperti di negara kita, Indonesia, sering kali masih terdengar mitos-mitos yang dipercaya tentang peran dan sifat laki-laki. Mitos-mitos ini ternyata tidak hanya membatasi pandangan kita terhadap kaum Adam, juga berdampak negatif pada kehidupan sosial masyarakat.

Oleh karena itu, tampaknya kita perlu mengenali dan mulai mereduksi mitos-mitos ini agar bisa memahami laki-laki secara lebih adil, terbuka dan penuh kesetaraan. Berikut beragam mitos yang kerap dijumpai. 

BACA JUGA: 5 Jenis Buah yang Tetap Awet Meski Tidak Disimpan di Kulkas

  • Dilarang mengekspresikan perasaan

Salah satu mitos yang paling menyesatkan adalah anggapan bahwa laki-laki "haram" hukumnya mengungkapkan sisi emosi. Mitos ini membuat laki-laki dibatasi ketika ingin mengekspresikan perasaan secara sehat dan terbuka. Sebenarnya, laki-laki juga memiliki perasaan yang sama seperti perempuan, dan menunjukkan emosi bukanlah tanda kelemahan, tetapi tanda kematangan emosional. Misalnya sedih, menangis. 

  • Harus kuat

Mitos ini menggambarkan laki-laki sebagai sosok yang tangguh, perkasa dan tidak boleh terlihat lemah. Namun, laki-laki juga manusia dengan segala kerentanan dan kelemahannya. Kaum Adam juga memiliki hak memperoleh dukungan dan perhatian. Memaksa laki-laki harus selalu kuat akan membebani mereka secara emosional. Dampaknya, ketika ada laki-laki yang tidak kuat secara fisik, rentan sekali dilabeli lemah. Bukankah hal ini justru menciptakan pelabelan negatif?

BACA JUGA: 4 Shio Paling Rakus dalam Hal Keuangan dan Karier

  • Harus menjadi pemimpin

Ada anggapan bahwa jika laki-laki secara alamiah harus menjadi pemimpin dalam kondisi apapun. Namun, kepemimpinan tidak ditentukan oleh jenis kelamin dan gender, tetapi oleh kemampuan dan kualifikasi individu. Menganggap bahwa semua laki-laki harus menjadi pemimpin hanya akan mengabaikan potensi dan minatnya. 

  • Tidak boleh feminin

Mitos ini menciptakan batasan yang sempit terhadap minat dan hobi laki-laki. Sebenarnya, minat pada hal-hal feminin tidak menentukan maskulinitas seseorang. Laki-laki memiliki hak untuk mengeksplorasi minat mereka tanpa takut dijatuhkan atau dihakimi. Misalnya, selama ini yang boleh bermain boneka dilabelkan pada perempuan. Namun, sebenarnya laki-laki juga boleh. 

BACA JUGA: 10 Alasan Kamu Harus Sering-sering Membersihkan Toilet, Lakukan Sekarang!

  • Pencari nafkah utama 

Mitos ini memaksa laki-laki sebagai pencari nafkah dalam keluarga. Bagaimana jika Ia memiliki keterbatasan fisik, dan sakit? Jadi kita perlu mengingat satu hal bahwa peran dalam keluarga idealnya didistribusikan secara adil berdasarkan kebutuhan dan kesepakatan bersama.

Bukan memaksakan salah satu pihak menjadi penjaga atau pencari nafkah, karena sangat rentan menjadi tekanan psikologis bagi laki-laki. Pada prinsipnya setiap orang memiliki hak yang sama memperoleh pekerjaan dan penghasilan. 

Itulah sederet mitos yang kerap dipercaya oleh sebagian kecil masyarakat yang diyakini kebenarannya. Padahal setiap orang, termasuk laki-laki juga memiliki hak yang sama sebagaimana manusia lainnya untuk mengeksresikan diri. Namun, karena masih ada mitos, justru laki-laki juga rentan menjadi korban. Oleh karena itu semua orang memiliki kewajiban menghormati keragaman dan menghargai hak-hak setiap individu. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak