Mbak Tasniem ytk. Selamat menjalankan ibadah puasa.
Saya seorang perantau yang tergelitik membaca surat terbuka Mbak Tasniem kepada Jokowi. Saya bukan dari partai pendukung Pak Jokowi, bukan juga seorang politikus. Saya hanyalah seorang perantau di Jakarta yang ikut menikmati apa yang dikerjakan oleh Pak Jokowi sebagai Gubernur Jakarta.
Mbak pasti tahu bahwa PDIP mencalonkan Jokowi karena ada desakan masyarakat yang menghendaki Jokowi jadi presiden. Saya termasuk yang tanda tangan untuk dukungan ini, walaupun saya sama sekali tidak terkait dengan partai apapun dan tidak ada keinginan dan kemungkinan utk masuk dalam politik praktis. Sebagai perantau di Jakarta yang tidak punya hak pilih waktu pemilihan Gubernur DKI, saya mengikuti dan memantau kinerja tokoh politik yang fenomenal ini.
Saya tiba-tiba ada semangat untuk memperhatikan sepak terjang dan kerja keras Pak Jokowi sebagai Gubernur DKI, di tengah krisis kepercayaan saya kepada para politikus. Hampir setiap hari saya haus mencari berita tentang kegiatan Pak Jokowi di Jakarta dan memantau apakah blusukannya membawa hasil atau sekedar pencitraan.
Dan ternyata hasilnya cukup banyak dirasakan oleh masyarakat. Normalisasi dan pengerukan sungai dan waduk-waduk yang di bawah tanggungjawabnya, memanusiakan para pedagang kaki lima, menertibkan preman Tanah Abang yang tidak pernah ada gubernur yang berani menyentuhnya, lelang jabatan lurah, penempatan lurah Suzan yang sempat dipermasalahkan, tapi jalan terus karena dia benar.
Kemudian membuat sistem jaminan pendidikan dan kesehatan yang bisa diakses oleh masyarakat miskin, memperbaiki transportasi publik, memulai pembangunan MRT, memindahkan para penghuni liar ke rumah-rumah susun yangg sangat layak, menyulap tempat kumuh menjadi kampung deret yang layak, membatasi penambahan mal dan supermarket supaya pasar lokal dan pedagang kecil tetap hidup, menghidupkan budaya lokal dengan festival-festival seni.
Juga menggerakkan masyarakat pinggiran sungai untuk membersihkan sungai, membela para pedagang kerak telur yang tidak mendapatkan akses ke PRJ yang memang hanya untuk kaum kaya, membangun sistem transportasi terpadu, dan masih panjang lagi deretan kerja nyata Jokowi di Jakarta.
Dalam waktu yang tidak lama Jakarta menjadi semakin manusiawi. Namun, karena keberpihakannya itu mengusik kepentingan kelompok penguasa yang selama ini diuntungkan dari kebijakan yang tidak adil dan tidak berpihak, maka banyak dihambat kerja nyatanya.
Dia tidak bisa membereskan semua sungai di jakarta untuk menanggulangi banjir karena banyak sungai yang menjadi wewenang pemerintah pusat. termasuk juga ketika mau menggerakkan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum, tiba-tiba ada kebijakan mobil murah dari pemerintah pusat.
DPRD DKI pun tidak berpihak padanya. Mundurnya persetujuan anggaran pemerintah DKI oleh DPRD membuat Jokowi tidak bisa segera eksekusi program-programnya yang pro rakyat. Tapi Jokowi tetap kreatif dengan menggandeng para pengusaha untuk menyalurkan CSR-nya untuk membantu pembangunan yang pro rakyat.
Ketika dizolimi oleh DPRD DKI, rakyat marah (dan bukan Jokowi) dan mereka demo melawan DPRD tanpa komando dari siapapun. Ketika Jakarta banjir dan waduk jebol, karena pemerintah sebelumnya kurang mengurus, dia nongkrongi para tukang untuk perbaikan waduk, disaat yang lain tidur nyenyak di malam hari.
Sebagai seorang perantau di Jakarta saya iri warga Jakarta mempunyai pemimpin yang begitu memperhatikan rakyatnya. Rakyat berpikir bahwa Pak Jokowi perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yang lebih luas, supaya komitmen dan kerjanya bisa dinikmati oleh semakin banyak masyarakat di Indonesia.
Kebjakan-kebijakan Jokowi pasti akan mengusik kepentingan-kepentingan golongan masyarakat yang selama ini diuntungkan oleh sistem yang tidak adil. Sudah barang tentu sistem online dan e-system akan merugikan tikus-tikus koruptor yang selama ini diuntungkan dari sistem yang tidak adil. Yang dibutuhkan rakyat sekarang adalah pemimpin yang amanah dan mempunyai komitmen untuk pembangunan kebaikan bersama dan bukan pemimpin yang pandai beretorika dan hanya menguntungkan segelintir orang.
Tentu kebijakan pengembangan sistem ini akan membuat kelompok-kelompok yang selama ini diuntungkan oleh sistem yang tidak adil menjadi gerah dan merasa terancam karena peluang untuk menikmati yang bocor kian sulit. Jokowi memang tidak pandai beretorika karena memang dia pemimpin yang down to earth dan bekerja nyata berpihak pada masyarakat banyak.
Ia hanyalah melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh politikus, tidak ada yang istimewa. Keistimewaan dia hanyalah karena dia politikus langka yang mau melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Sudah terlalu banyak politikus yang pandai beretorika dan berargumentasi mengawang di langit, tapi tidak pernah bekerja untuk yang memberi mandat, yakni rakyat.
Mbak, coba renungkan dalam-dalam, apakah Jokowi tidak bisa menjadi presiden? Mungkin benar dia tidak mampu kalau harus menjadi pemimpin atau politikus seperti yang selama ini kita punyai, namun dia mampu menjadi politikus dan pemimpin bangsa yang seharusnya dilakukan. Marilah kita berpikir demi kepentingan kebaikan lebih luas bagi masyarakat. Jokowi jelas manusia biasa, tapi untuk sekarang ini dia adalah putra terbaik bangsa ini yang peduli dengan masyarakat dan rakyat.
Oh iya mbak, setiap calon presiden memang harus diusung oleh partai karena sistem politik kita. Tentu Jokowi pun demikian, dicalonkan oleh ibu Mega sebagai ketua partai yang diberi mandat untuk pencalonannya. Namun ini tidak serta merta ia menjadi capres boneka. Kalau sistem politik kita memungkinkan untuk mengusung calon independen, dia juga pasti akan dicalonkan rakyat, mbak.
Saya yakin itu. Dengan sistem kita seperti ini semua capres menjadi "boneka"nya partai. Tetapi sekali lagi, Jokowi waktu jadi gubernur DKI juga diusung oleh partai, tetapi dia telah bekerja untuk rakyat bukan untuk partai. Jokowi tidak ada bedanya dengan Pak Prabowo, yang bisa juga menjadi capres boneka partai-partai pengusungnya.
Bedanya, dia mencalonkan diri (menjadikan dirinya sendi boneka dari partai yang dipimpinnya). Jadi capres boneka tidak relevan lagi, atau relevan untuk semua partai karena dikondisikan oleh sistem yang ada.
Mbak, selama ini saya golput karena muak dengan para politikus. Namun, saat ini saya akan menggunakan hak pilih saya karena ada pemimpin alternatif seperti pak Jokowi ini. Muak saya dengan politikus-politikus oportunis yang masih banyak di negeri ini masih tetap ada, namun sepertinya Jokowi memberikan harapan untuk menjadi alternatif. Saya bukan menjadi pendukung buta Pak Jokowi!
Sekali lagi dia bukan dewa, tetap perlu kita kontrol nanti kalau jadi presiden. Saya kira dia akan terbuka untuk menerima kritik dan masukan dari rakyat. Coba renungkan dia berani kontrak dengan rakyat, dengan cara membuka nomor rekening gotong royong.
Ini bukan sensasi, ini bukan cari popularitas, bukan juga sekedar menunjukkan kreatifitas, tapi ini sebuah keberanian dia untuk membuat kontrak dengan rakyat. Para penyumbang nanti akan menuntut dia kalau tidak menjalankan amanah dari rakyat. Dia pemimpin yang kreatif dan cerdas tapi lebih dari itu ia mempunyai komitmen kuat untuk memperhatikan rakyat.
Bukan hanya janji tapi sudah terbukti, di Solo dan DKI. Saya tahu bahwa capres yang Anda dukung juga meniru cara ini, tapi saya tidak yakin kalau di balik itu ada spirit dasar yang lebih fundamental. Mbak, meski saya sanksi mbak akan berubah pikiran, tapi saya tetap mengajak, mari kita beri kesempatan putra terbaik bangsa untuk membawa kita menjadi bangsa yang beradab, manusiawi, bermartabat, berkomitmen pada rakyat untuk memajukan Indonesia baru, Indonesia hebat.
Demikian mbak, semoga tulisan saya ini bisa menjadi bahan perenungan. Salam hangat dan selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita selalu dianugerahi kedamaian dan kesejahteraan.
Dikirim oleh A. Suyadi, seorang perantau
Anda memiliki cerita atau foto menarik? Silakan kirim ke email: [email protected]