Bagaimana Bule Memandang Lalu Lintas di Jakarta?

Siswanto | Siswanto
Bagaimana Bule Memandang Lalu Lintas di Jakarta?
Suasana kemacetan lalu lintas di kawasan Casablangca, Jakarta, Rabu (7/12). [suara.com/Oke Atmaja]

Indonesia mengalami dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Sekarang sedang musim hujan.

Di Ibu Kota Jakarta, ketika hujan turun, jalan raya biasanya sepi. Banyak pengendara sepeda motor menepi untuk berteduh. Tetapi setelah hujan reda, mereka berkendara lagi dan jalan raya kembali ramai.

Keadaan setelah hujan sangat berbahaya. Jalan raya licin dan sering terjadi kecelakaan lalu lintas.

Pada tahun 2013, Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan bahwa 38.279 orang meninggal dunia karena kecelakaan di jalan raya. Kira-kira 15.3 orang per 100 ribu orang.

Mungkin jumlahnya meningkatkan pada musim penghujan.

Pada waktu saya di Jakarta, saya memperhatikan perilaku para pengendara. Pengendara sepeda motor maupun mobil sering ngebut saat jalan raya sedang sepi. Dan ini sangat bahaya.

Setiap kali saya hendak naik Gojek, Grab atau Uber, biasanya saya menunggu setelah hujan reda. Rupanya, hampir semua orang juga melakukan seperti itu sehingga jalan raya ramai sekali.

Mungkin masalah lalu lintas dapat diatasi jika masyarakat menggunakan kendaraan umum. Menurut Wihanesta dan Samadahi dari The Jakarta Post, jika transportasi umum dipilih daripada kendaraan pribadi, kecelakaan lalu lintas bisa dikurangi.

Publik akan memilih transportasi umum jika sarana dan prasarananya diperbaiki.

Untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, sebaiknya biaya parkir dibuat mahal. [Madeleine Quirk]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak