BENGKULU - Setelah persiapan yang berliku, akhirnya Festival Sastra Bengkulu 2019 akan digelar pada 13-15 September 2019. Festival bertema “Sastra, Anak Muda, dan Tradisi” ini akan berlangsung di Kota Bengkulu dan diikuti sekitar 100 peserta dari Indonesia dan mancanegara. Kegiatan ini diadakan oleh Imaji Indonesia bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Pemerintah Provinsi Bengkulu, Radio Republik Indonesia (RRI), FKIP Universitas Bengkulu, dan Djarum Foundation.
Separuh lebih peserta Festival Sastra Bengkulu 2019 adalah anak muda, yang sebagian besar dari Bengkulu. Mereka diharapkan menjadi benih-benih yang akan menyuburkan dunia sastra di kota ini. “Masa depan sastra Bengkulu, juga sastra Indonesia secara keseluruhan, berada di tangan generasi muda,” kata Willy Ana, penyair Bengkulu dan Ketua Panitia Festival Sastra Bengkulu 2019.
Berbeda dari acara tahun lalu yang khusus berfokus pada penyair, festival tahun ini yang bernama Bengkulu Writers Festival mengakomodir seluruh penulis sastra seperti penyair, penulis cerpen, novelis, dan esai. Sasarannya adalah berfokus mendorong makin banyak anak muda untuk tumbuh. Ada sekitar 50 penulis muda yang terjaring lewat proses kurasi, dan sebagian adalah mahasiswa Universitas Bengkulu. Karya-karyanya menunjukkan bahwa mereka punya potensi untuk menjadi penulis professional suatu saat nanti.
“Bakat ini tak boleh disia-siakan. Kami ingin mendorong mereka untuk menyadari bahwa bakat itu dapat diasah dan Insya allah suatu saat nanti lahir seorang penulis besar di antara mereka.”
Ini merupakan tahun kedua pelaksanaan Festival Sastra Bengkulu. Tahun lalu, festival ini pertama dilaksanakan dan diikuti sekitar 150 peserta dari Bengkulu dan berbagai kota di Indonesia serta utusan Malaysia dan Singapura. Para sastrawan diperkenalkan dengan berbagai budaya dan wisata di Bengkulu, termasuk Pantai Panjang, Benteng Marlborough, Tapak Paderi, Taba Penanjung, dan kebun teh Kepahiang. Kala itu para sastrawan dijamu oleh Plt Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah dan Bupati Kepahiang Hidayatullah Sjahid.
Tahun ini, karena berfokus pada penulis muda, maka sebagian besar acara merupakan pendidikan dan literasi bagi mereka, seperti seminar bahasa dan sastra serta workshop penulisan cerita pendek, puisi, dan esai. Seminar akan diisi oleh Joko Pinurbo, sastrawan asal Yogyakarta; Wacana Minda, sastrawan Malaysia; Putu Fajar Arcana, redaktur budaya harian Kompas; dan Kurnia Effendi, sastrawan dari Jakarta. “Kami juga memberi forum kepada tiga pengarang muda untuk berbagi pengalaman mereka dalam berkarya,” kata Willy Ana.
Adapun workshop akan diisi oleh Kurnia Effendi, Iyut Fitra, dan Iwan Kurniawan. Beberapa sastrawan, seperti Willy Ana, Mustafa Ismail, dan Zaim Rofiqi, akan buka-buka soal rahasia dan kiat mereka dalam berkarya. Seminar dan workshop ini diadakan di FKIP Universitas Bengkulu. “Kampus adalah salah satu tempat terbaik untuk mendorong munculnya banyak penulis muda,” kata Iwan Kurniawan, salah seorang anggota panitia pengarah FSB.
Adapun pembacaan puisi dengan nama “Malam Puisi untuk Indonesia Lebih Bertoleransi”, yang bekerjasama dengan RRI Bengkulu mengetengahkan pembacaan puisi oleh para penyair dan tokoh publik. Menurut Willy Ana, Direktur Utama RRI Bapak M Rohanudin dan Kepala RRI Bengkulu Bapak Ahmad Bahri memiliki kepedulian yang tinggi untuk seni dan kebudayaan. “Mereka memberi apresiasi kepada kegiatan ini,” ujar Willy Ana lagi. “Apalagi Bapak Rohanudin adalah seorang penyair.”
Direncanakan pembacaan puisi pada Sabtu malam, 14 September 2019, itu akan disiarkan secara langsung di RRI Bengkulu dan channel Youtube RRI Net