Mengenal Penyintas Kehilangan Bunuh Diri dan Treatment yang Dibutuhkan

Tri Apriyani | septianidyta
Mengenal Penyintas Kehilangan Bunuh Diri dan Treatment yang Dibutuhkan
Ilustrasi depresi

Dunia K-Pop kembali berduka. Salah satu anggota girlband asal Korea Selatan bernama Goo Hara dikabarkan meninggal dunia karena bunuh diri pada 24 November 2019 lalu. Ini tentu mengejutkan publik karena belum lama ini ia diketahui merupakan seorang penyintas kehilangan bunuh diri atas kematian sahabatnya, Sulli (eks-FX) yang merupakan sesama aktris Korea Selatan.

Memahami peristiwa ini, sesungguhnya seberapa besar perhatian yang harus diberikan kepada para penyintas kehilangan bunuh diri?

Kehilangan seseorang akibat bunuh diri memang agak berbeda dengan kehilangan lainnya. Ada perasaan campur aduk yang tak linier, yang bisa naik turun tanpa bisa dicegah. Keluarga, kerabat, sahabat yang ditinggalkan bisa saja memperoleh efek dari pertanyaan yang tidak bisa dijawab sampai kapan pun.

"Mengapa" akan membayangi mereka dan dapat turut mempengaruhi mereka untuk mengambil keputusan serupa. Lantas apa yang bisa kita lakukan apabila kita mengenal dekat salah satu dari mereka? 6 poin ini bisa kamu simak baik - baik. 

1. Stay close to them

Selalu ada untuknya adalah bentuk kasih sayang yang bisa kita berikan pada para penyintas. Berikan waktu yang penuh, tidak setengah-setengah. Bila tak memungkinkan, beri perhatian dengan pesan singkat atau telepon. Tanyakan kabar mereka tanpa mesti menyinggung trauma yang mereka miliki.

Selalu dekat dengan mereka tanpa mereka merasa sungkan karena diawasi. Pastikan saja bahwa mereka tahu kamu bisa dihubungi tanpa sungkan selama 24 jam. Hal ini agar mereka tidak mengisolasi diri setelah kehilangan. Bahwa ada tempat yang bisa didatangi bila ia ingin membicarakan hal penting, termasuk yang sensitif sekali pun. 

2. Jadilah pendengar yang baik

Bila mereka memilihmu sebagai kawan bicara, maka duduk dan pastikan mereka tahu kamu ada di sisi untuk mendengarkan cerita mereka. Jangan paksa mereka untuk menjelaskan situasi dan jangan merasa lelah mendengarkan cerita bila itu hal yang sering ia ulang.

Jadilah pendengar yang baik dalam arti sebenarnya. Bagaimana caranya? Jangan menyela sebelum diminta berpendapat atau membeberkan masalah pentingnya kepada orang lain.

3. Jangan menjadi hakim dalam cerita

Seringkali kita salah menanggapi cerita dari lawan bicara. Ada baiknya kita membantu penyintas untuk mengingat almarhum/almarhumah dengan kenangan yang baik-baik saja. Jangan memfokuskan penyintas pada topik kehilangan dengan mengatakan hal abstrak seperti, "paling tidak ia sudah tak akan merasa sakit lagi di sana". Itu tidak akan membantu.

Jangan pula terlalu menunjukkan simpatimu dengan membandingkan kehidupan orang lain dengan miliknya, karena itu akan membuatnya merasa dikasihani. Jangan menceramahinya seputar dosa dan keadaan keluarga yang ditinggalkan bila ia turut melakukan bunuh diri, karena itu jelas akan membuat bebannya lebih besar lagi.

Jangan ragu untuk jujur. Katakan kamu tak akan pernah bisa kuat sepertinya, bahkan untuk membayangkan berada di posisi kehilangan seperti yang dihadapinya. Paling tidak ia tak canggung membuka diri dan menyadari eksistensimu yang direct, berusaha untuk memahaminya.

4. Pintar-pintar lah memposisikan diri

Berikan ia rasa pasti setidaknya mengenai perasaannya. Bila tak tertahan maka menangislah bersamanya. Namun ingatlah posisimu sesungguhnya. Bahwa kamu hadir sebagai sandaran, sebagai support system yang akan selalu mendukungnya.

Peluk ia dengan kehadiranmu. Katakan padanya bahwa sesekali merasa tidak baik baik saja itu tak apa. Semua orang juga melakukan hal yang sama, termasuk berusaha bangkit dan melakukan yang terbaik sekali lagi.

5. Help them to stay present

Risiko untuk memikirkan bunuh diri juga besar dialami oleh penyintas kehilangan. Maka berikan porsinya untuk memiliki peran positif dalam kehidupan ini. Bantu ia merasa dibutuhkan dan memiliki tujuan. Ajak ia berdiskusi soal masalahmu atau perkenalkan ia dengan lingkaran yang lain seperti konseling sebaya agar terbentuk koneksi mendalam antara dirinya dan dunia.

Selain itu, ajak ia melakukan kegiatan bersama seperti olahraga, liburan ke sebuah destinasi wisata, mencoba makanan di restoran tertentu, atau kegiatan lain yang dilakukan secara rutin. Ajak ia melakukan kegiatan yang membuat gembira dan damai serta memiliki pencapaian agar ia merasa kembali memiliki tujuan.

6. Bantuan profesional

Bila ada hal yang membuatmu bingung, maka jangan ragu untuk berdiskusi dengan tenaga profesional. Simpan nomor penting atau informasi konseling yang bisa membantunya. Bila tak memberatkan, kenalkan, ajak, dan dampingi ia saat meminta bantuan pada terapis.

Tunjukkan padanya bahwa hal itu bukanlah perbuatan memalukan. Tunjukkan padanya bahwa melakukan hal tersebut boleh jadi membantunya keluar dari masalahnya. 

Demikian poin penting yang mesti diketahui bila mengenal dekat seseorang yang menjadi penyintas kehilangan bunuh diri. Bila ternyata di masa depan ada kejadian yang tak diinginkan, segera hubungi layanan darurat seperti 119 atau bantuan medis lainnya.

Jangan menunggu. Lakukan sesuai hati nuranimu. Lakukan peranmu dengan benar agar tak ada lagi jiwa yang pergi dalam keadaan serupa.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak