FEATURE: Suasana Ramadan yang Berbeda

Tri Apriyani
FEATURE: Suasana Ramadan yang Berbeda
Ilustrasi tradisi ramadan. (Pexels)

Ramadan adalah bulan penuh rahmat, ampunan, serta keberkahan. Walaupun harus menahan lapar, haus, serta amarah, seluruh umat Islam di dunia sangat menanti dan menunggu serta menyambut dengan antusias bulan ini. Namun, suasana Ramadan kali ini tentu sangat berbeda. Bagaimana tidak berbeda? Allah sedang menguji umatnya dengan memberi cobaan virus seperti ini.

Pemerintah menganjurkan masyarakat untuk tetap di rumah dan beribadah dari rumah. Anjuran tersebut lantas membuat tempat beribadah umat Islam sepi dikala Ramadan. Hal ini dilakukan untuk membantu dan menyukseskan program Pemerintah dalam mengurangi penyebaran virus.

Bahkan tanpa diduga beberapa Musala dan Masjid di tempatku secara diam-diam melaksanakan ibadah tarawih, dengan cara mematikan lampu dan tidak menggunakan pengeras suara pada saat ibadah berlangsung. Jemaah yang datang untuk mengikuti ibadah dapat dihitung dengan jari, walaupun beberapa Musala dan Masjid nekat mengadakan tarawih tentu mereka tetap menjaga jarak selama beribadah.

Tak hanya ibadah tarawih, ibadah salat Jumat pun masih dilakukan beberapa Masjid dekat rumahku. Ibadah tersebut tak berlangsung lama karena pengurus Masjid mendapat teguran dan ditutuplah sementara Masjid itu dalam melaksanakan salat berjamaah.

Saat ini kegiatan ngabuburit atau menunggu azan magrib menjelang berbuka puasa pada bulan Ramadan jarang dilakukan masyarakat, tidak seperti tahun sebelumnya, tampak jalanan ramai dengan hiruk pikuk kendaraan yang membisingkan disertai kepulan asap memenuhi udara dan menunjukkan jalanan ramai kendaraan.

Kebanyakan masyarakat, baik kalangan muda sampai dewasa melakukan buka puasa di rumah saja bersama keluarga tercinta. Begitupun keluargaku, kami memilih untuk tetap berdiam diri di rumah. Berbuka dan salat tarawih kami lakukan bersama di rumah, dengan Ayah menjadi imam.

Sore hari ketika aku ingin pergi ke supermarket terdekat rumah aku melihat hampir seluruh restoran cepat saji sepi, tidak ada pembeli, tidak ada aktifitas makan di tempat bersama teman, kawan, kerabat, maupun saudara. Hanya terlihat makanan yang dibungkus untuk dibawa pulang.

Buka puasa bersama di luar, tidak ada. Teman-temanku juga tak berniat untuk mengajak buka puasa bersama di luar. Beberapa orang kini mengadakan buka puasa bersama yang dialihkan dengan buka puasa online, kegiatan ini bertujuan agar tetap berlangsungnya buka puasa bersama tanpa harus bertatap muka, serta untuk selalu menjaga silaturahmi satu dengan lainnya.

Sempat tebersit perasaan sedih dengan suasana seperti ini. Lantas, akupun segera menyadari. Untuk apa bersedih? Segala kejadian yang terjadi di dunia ini tentu semua atas kehendak Allah. Allahlah penyusun skenario sekaligus sutradara terbaik, sedangkan manusia hanya pemeran dalam jalan cerita yang telah Allah buat. Sekuat apapun manusia berusaha dan berencana, akan tetap kuat rencana Allah. Sebesar apapun usahamu, tidak akan mampu menyandingi kekuasaan Allah.

Allah memberikan cobaan seperti ini tentu tidak akan sia-sia. Akan selalu ada hikmah dibalik cobaan yang telah Allah berikan. Salah satunya adalah ketika kita sibuk bekerja sehingga tidak sempat buka puasa di rumah bersama keluarga atau pada saat kita yang menyibukkan diri dengan buka puasa bersama teman, kawan, sahabat di luar. Dengan adanya cobaan seperti ini, banyak waktu luang untuk kita habiskan bersama keluarga.

Percayalah kita mampu melewatinya, selama kita selalu bersama. Selalu berdoa dan memohon perlindungan kepada-Nya agar selalu diberi kesehatan serta kekuatan. Segala sesuatu yang sudah direncanakan Allah adalah kehendak-Nya agar kita kembali dan merenungkan diri.

Oleh: Astrid Melanonia / Mahasiswi Politeknik Negeri Jakarta
Email: [email protected]

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak